youngster.id - Indonesia menghadapi tantangan signifikan dalam deteksi dan pengobatan kanker anak. Diperkirakan lebih dari 10.000 anak mengidap kanker setiap tahun. Namun, rata-rata hanya 2.000 kasus yang tercatat antara tahun 2021 hingga 2023 – sebagian besar disebabkan oleh kesenjangan dalam kesadaran, akses ke perawatan, dan kekurangan ahli onkologi pediatrik, terutama di daerah terpencil.
Hal ini mendorong Philips Foundation bekerja sama dengan World Child Cancer (WCC) untuk meluncurkan aplikasi kesehatan inovatif yang bertujuan meningkatkan deteksi dini dan pengobatan kanker anak di Indonesia.
“Setiap anak berhak mendapatkan kesempatan yang sama sejak dini – akan diagnosis kanker yang akurat serta akses yang setara terhadap pengobatan dan perawatan – itulah yang mendorong misi kami. Melalui kerja sama dengan beberapa pemangku kepentingan ini, kami menjembatani kesenjangan dalam perawatan kanker anak di Indonesia — meningkatkan kesadaran, mendorong diagnosis dan pengobatan yang lebih awal, serta meningkatkan tingkat kelangsungan hidup,” kata Welmer Blom, Managing Director World Child Cancer Belanda dikutip, Rabu (23/4/2025).
Inisiatif aplikasi ini bertujuan untuk melengkapi penyedia layanan kesehatan, orang tua pasien kanker anak, dan masyarakat umum dengan informasi terkini dan praktik terbaik yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka melalui aplikasi kesehatan yang inovatif. Penyedia layanan kesehatan, seperti dokter umum, dokter anak, dan ahli bedah, akan mendapatkan manfaat dari fitur seperti pemeriksaan gejala, saran perawatan suportif, serta sistem rujukan pasien yang diperbarui. Fungsi obrolan bawaan akan menghubungkan pengguna dengan ahli onkologi pediatrik lokal, dan modul e-learning tentang onkologi pediatrik juga akan tersedia untuk mendukung pengembangan profesional berkelanjutan.
Direktur Philips Foundation Margot Cooijmans mengungkapkan, setiap tahun, sekitar 61.000 kasus baru kanker anak didiagnosis di wilayah Asia Tenggara, namun hampir setengahnya tidak terdeteksi. Ini lebih dari sekedar angka – tetapi juga menyangkut anak-anak dengan masa depan yang Panjang.
“Inilah mengapa kami sangat berkomitmen untuk mengurangi ketidaksetaraan kesehatan dan memberi lebih banyak anak di Indonesia kesempatan untuk tumbuh sehat. Dengan memanfaatkan keahlian teknologi kami dan membangun kolaborasi kuat dengan mitra lokal kami, kami bertujuan menciptakan dampak yang besar dan tahan lama pada perawatan kanker anak,” ucapnya.
Kemitraan antara Philips Foundation dan WCC didukung Princess Máxima Center dan sejumlah lembaga kesehatan terkemuka di Indonesia seperti RSU Hasan Sadikin di Bandung, RSU Dr. Sardjito di Yogyakarta, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, dan Yayasan Anyo Indonesia.
Presiden Direktur Philips Indonesia Astri D. Ramayanti mengatakan, proyek ini dirancang secara teliti dan akan dilaksanakan secara ketat untuk mengatasi berbagai kesenjangan dalam perawatan kanker anak.
“Sejalan dengan visi kami untuk memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang melalui kolaborasi yang berkelanjutan dan inovasi yang terus menerus, kami berharap ini akan mendorong kemajuan yang bermakna dalam diagnosis dini, pengobatan, dan tingkat kelangsungan hidup. Dengan cara ini, kami dapat bergerak lebih dekat ke masa depan di mana setiap anak di Indonesia memiliki akses ke perawatan kanker yang lebih baik dan kesempatan untuk hidup yang lebih sehat,” ungkapnya.
Dalam aplikasi ini ada fungsi obrolan bawaan untuk menghubungkan pengguna dengan ahli onkologi pediatrik lokal, dan modul e-learning tentang onkologi pediatrik juga akan tersedia untuk mendukung pengembangan profesional berkelanjutan. Selain itu, orangtua akan dilengkapi dengan pengetahuan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk pengobatan anak mereka.
Aplikasi ini juga menyediakan informasi terperinci dan video tentang berbagai jenis kanker anak, pilihan pengobatan, saran pengelolaan mandiri, dan nomor kontak rumah sakit. Masyarakat umum juga akan memiliki akses ke sumber daya pendidikan, membantu deteksi dini kanker melalui peningkatan kesadaran dan panduan tentang pengenalan gejala.
Selain itu, akan digelar program pelatihan untuk meningkatkan keterampilan ahli radiologi dalam deteksi kanker anak menggunakan teknologi ultrasound dan CT. Selain itu, modul e-learning yang disesuaikan yang dirancang oleh ahli radiologi Princess Máxima Center akan dapat diakses melalui aplikasi.
“Misi kami adalah untuk menyembuhkan setiap anak dengan kanker, dengan kualitas hidup yang optimal. Bersama dengan pusat onkologi pediatrik di seluruh dunia, kami membangun dan berbagi keahlian kami untuk memungkinkan hal ini. Sangat luar biasa untuk diketahui bahwa dengan inisiatif ini kami dapat berbagi keahlian kami dalam teknik pencitraan canggih dan perawatan onkologi pediatrik, serta meningkatkan hasil bagi kanker anak di Indonesia melalui diagnosis yang tepat waktu dan akurat,” kata Judith Spijkerman, Princess Máxima Center.
STEVY WIDIA
Discussion about this post