youngster.id - Sampah atau limbah botol plastik yang biasanya memberikan dampak negatif terhadap bumi, menjadi sesuatu yang bernilai dan membawa kebaikan. Untuk mewujudkan hal itu, PT Plasticpay Teknologi Daurulang, perusahaan platform digital berbasis sosial meluncurkan program pengelolaan sampah botol plastik (Green Campaign & Circular Economy) yang ditujukan untuk komunitas dan masyarakat.
Melalui progam ini, Plasticpay mengajak dan mengedukasi masyarakat (social movement) tentang pentingnya pengelolaan sampah berkelanjutan, sehingga mereka dapat memanfaatkan serta membawa kebaikan.
Marco Dharmajaya, Direktur Plasticpay mengatakan, sebagai sebuah socio-eco-platform, Plasticpay menitikberatkan kepada program yang melibatkan masyarakat dan komunitas. Program pengelolaan sampah berkelanjutan tersebut terdiri dari empat sistem pengelolaan sampah botol plastik, yaitu menyediakan Mini Collection Point (MCP) manual yang dikelola oleh Masjid, Yayasan, dan Pesantren.
”Dalam implementasinya, Plasticpay mengajak kerjasama perusahaan-perusahaan untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik yang nantinya akan beli oleh Plasticpay dan hasil dananya tersebut digunakan untuk mendukung program-program CSR mereka. Hasil dari pengumpulan sampah botol tersebut akan kami salurkan ke perusahaan induk kami (INOV) untuk diproses untuk produk-produk daur ulang seperti tas, sajadah, karpet mobil dan lainnya. Kami berharap kolaborasi ini dapat berdampak positif pada keberlanjutan CSR perusahaan rekanan kami yang akhirnya akan dirasakan manfaat oleh masyarakat dan lingkungan,” jelas Marco dalam siaran pers Rabu (3/3/2021).
Selain itu, menurut Marco, langkah ini merupakan wujud dari komitmen Perseroan dalam mensosialisasikan gerakan ekonomi sirkular berkelanjutan (circular economy), serta mendukung Pemerintah Indonesia untuk mengurangi sampah sebanyak 30% dan sampah plastik di laut hingga 70% pada tahun 2025.
Sebagai informasi, Plasticpay merupakan entitas usaha dari PT Inocycle Technology Group Tbk (INOV). Saat ini INOV masih melakukan impor sampah botol plastik dari negara lain. Hal ini tentu sangat disayangkan mengingat jumlah sampah botol plastik di Indonesia sendiri masih sangat besar.
Marco juga menjelaskan setidaknya ada lima masalah sampah botol plastik yang terjadi di Indonesia. Yang pertama adalah tingkat daur ulang (recycling rate) di Indonesia masih sangat rendah yaitu dibawah 10%. Kedua, Indonesia masih menjadi negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia namun untuk proses daur ulang kita masih impor sampah botol plastik dari negara lain seperti Jepang, Australia, dan China.
Masalah yang ketiga adalah rantai supply chain untuk masalah sampah plastik di Indonesia sangat panjang, sehingga menimbulkan dominasi oleh kelompok tertentu. Yang keempat adalah kurangnya edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah botol plastik yang baik dan benar, dan yang terakhir adalah tingginya angka pekerja anak-anak (child labour) dalam proses pengumpulan sampah tersebut,” tutupnya.
FAHRUL ANWAR