Potensi Bisnis Bahan Pokok Digital Diproyeksi Capai Rp 84 Triliun

Grabmart tersedia di 50 kota di Asia Tenggara. (Foto: istimewa)

youngster.id - Nilai transaksi atau gross merchandise value (GMV) layanan kebutuhan pokok digital diproyeksi dapat mencapai US$ 5 miliar-US$ 6 miliar atau sekitar Rp 70 triliun-Rp 84 triliun) pada 2025. Hal ini mendorong startup unicorn seperti Gojek, Tokopedia dan Grab memperkuat lini bisnis ini.

Proyek ini diumumkan perusahaan konsultan strategi global L.E.K Consulting. Head of the technology practice L.E.K. Consulting Asia Tenggara Manas Tamotia mengatakan, situasi pandemi mendorong penetrasi layanan kebutuhan pokok digital di Indonesia.

“Pasar ini akan tumbuh lebih lanjut, dipercepat oleh pandemi Covid-19,” katanya dalam siaran pers, Kamis (18/2/2021).

Menurut dia, pandemi telah mendorong jumlah adopsi layanan belanja online naik dua sampai tiga kali lipat sepanjang tahun lalu. L.E.K Consulting mencatat, 65% pembeli memilih berbelanja kebutuhan pokok melalui layanan digital karena alasan kenyamanan.

Selain itu, adanya pertumbuhan jumlah pembeli kebutuhan pokok dari kalangan muda. Sebanyak 65% populasi di bawah 44 tahun dan berdomisili perkotaan menunjukkan perilaku pembelian yang impulsif. “Pembeli yang lebih muda cenderung melakukan pembelian online. Jenis konsumen yang cerdas ini meningkatkan permintaan untuk bahan makanan secara digiral,” kata Manas.

Potensi bisnis ini mendorong sejumlah startup merambah sektor ini dengan menawarkan layanan offline-to-online (O2O), pasar online maupun agregator. Gojek misalnya, meluncurkan GoToko dan GoStore,GoShop dan GoMart. Demikian juga dengan Grab dengan GrabMart serta menggandeng PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) yang membuat toko virtual Hypermart, Foodmart, Primo dan Hyfresh pada fitur GrabMart.

Para pelaku e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee juga ikut memperkuat fitur kebutuhan bahan pokok ini.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version