youngster.id - Hasil riset Cento Ventures di tengah pandemi, daya tarik perusahaan rintisan (startup) di Asia Tenggara masih besar. Ada suntikan dana bagi startup sebesar US$ 8,2 miliar atau sekitar Rp 118 triliun (kurs Rp 14.400) sepanjang 2020. Dari total kucuran dana tersebut, startup asal Indonesia menjadi yang paling banyak mendapat investasi. Persentasenya sekitar 70% dari total modal yang diinvestasikan di Asia Tenggara sepanjang 2020. Bahkan pada paruh pertama tahun lalu, tercatat sebesar US$5,9 miliar atau sekitar Rp 85 triliun disuntikkan para investor ke startup Asia Tenggara. Langkah ini berlanjut pada semester dua, dengan kucuran modal sebesar US$2,3 miliar atau sekitar Rp 33,1 triliun).
“Tahun 2020 memberikan alasan kuat untuk menilai kembali bagaimana teknologi bisa dimanfaatkan untuk mempertahankan fungsi utama kehidupan bermasyarakat,” kata Dmitry Levit, mitra dari Cento, yang dilansir Bloomberg baru-baru ini.
Dia mengungkapkan, Indonesia dan Singapura menjadi dua negara yang paling banyak mendapat kucuran dana dari investor dengan total persentase 65%. Bahkan Indonesia jauh mengungguli negara tetangga lain, termasuk Singapura yang meraup kurang dari 20% dari total modal.
Menurut Levit, investasi untuk transformasi digital di sektor retail, makanan, dan layanan finansial serta logistik akan terus meningkat. Menurut catatan Cento Ventures, hampir separuh dari pendanaan modal startup di Asia Tenggara, mengalir ke Grab Holdings Inc, Gojek, Bukalapak, dan Traveloka.
Sesungguhnya angka investasi mengalami penurunan turun 3,5% dari 2019. Meski demikian, penurunan tersebut lebih kecil dibandingkan investasi di wilayah India yang turun sebesar 31% dan Afrika sebesar 38%.
Startup di Asia Tenggara kemungkinan akan semakin menggeliat karena beberapa startup sedang berencana melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Grab Holding Inc disebut-sebut akan melantai di bursa saham di Amerika Serikat tahun ini. Pesaing Grab, Gojek juga digadang-gadang akan melakukan merger dengan e-commerce Tokopedia dan akan melakukan IPO.
Startup Indonesia lain yang bergerak di industri pariwisata, Traveloka juga sempat mengabarkan rencananya melakukan dual listing di Indonesia dan Amerika Serikat.
STEVY WIDIA