youngster.id - Strategi pendidikan di Indonesia harus difokuskan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Indikator yang dipakai untuk mengukur kinerja keberhasilan pembangunan bukan hanya tingkat partisipasi, tetapi juga kualitas pembelajaran.
Hal itu disampaikan Anindito Aditomo selaku Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, dalam acara Bright Future Talks 2024 yang digelar Faculty of Education Sampoerna University, yang bertema “Transformasi Pendidikan di Indonesia”.
Menurutnya, Indonesia sudah cukup berhasil menyediakan akses ke pendidikan dasar dan menengah. Tapi dari sisi kualitas, Indonesia masih punya banyak PR. Ini terlihat dari hasil PISA, yang menunjukkan bahwa pandemi memperparah krisis belajar yang sudah lama dihadapi.
“Untuk mengatasi hal ini diperlukan transformasi sistemik yang konsisten melalui tiga hal: menetapkan peningkatan kualitas pembelajaran sebagai tujuan, menerapkan kurikulum yang juga berfokus pada kualitas pembelajaran, dan tentu membantu guru untuk terus meningkatkan kompetensinya,” ujar Anindito, Rabu (17/1/2024).
Christianus I Wayan Eka Budiartha selaku Dekan Faculty of Education Sampoerna University mengatakan bahwa hasil PISA 2022 Indonesia merupakan tantangan bagi institusi pendidikan, termasuk Sampoerna University.
“Kami melihat hal ini sebagai tantangan sehingga kami semakin terpacu untuk terus melanjutkan komitmen kami untuk melahirkan calon pengajar yang profesional, transformatif, dan memiliki pendidikan berkualifikasi tinggi untuk bisa mendukung percepatan transformasi pendidikan di Indonesia, demi meningkatkan skor PISA selanjutnya. Salah satunya dengan memberikan akses pendidikan kelas dunia yang sesuai dengan kebutuhan dan relevansi peserta didik,” ungkap Christianus.
Saat ini sebetulnya semangat untuk transformasi pendidikan sudah ada dari berbagai pihak. Akan tetapi masyarakat melihat perubahan yang masif ini terlalu cepat dan timbul kegagapan sehingga belum mampu mendobrak kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu hasil pembelajaran siswa berdasarkan kurikulum dan proses belajarnya juga harus dinilai secara objektif.
“Dan situasi ini tidak lepas dari peran guru yang memiliki banyak faktor di belakangnya. Untuk itu para calon pendidik hendaknya harus memiliki kualitas, motivasi dan passion sebagai pengajar,” imbuh Pemerhati Pendidikan Doni Koesoema A.
HENNI S.
Discussion about this post