youngster.id - Tik Tok diprediksi akan menjadi tren utama media sosial di tahun depan. Ini terungkap dari Laporan Tren Media Sosial terbaru secara global yang dirilis perusahaan consumer intelligence Talkwalker.
Laporan ini juga menunjukkan sejumlah temuan menarik yang perlu diperhatikan oleh merek (brand) di tahun depan karena tren media sosial akan ditopang oleh konsumen.
Menurut Elena Melnikova, CMO Talkwalker, didukung oleh sistem personalisasi konten canggih, TikTok dapat membantu merek meraih eksposur, terhubung dan berinteraksi dengan audiens yang berkualitas. Oleh karena itu popularitas Tiktok terus menanjak secara global, termasuk di Indonesia. “Konten yang lucu dan ringan menjadikan Tik Tok sebagai media sosial paling populer di Indonesia,” ucap Elena, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (21/102021).
Ditambahkan Cassandra Tan, Head of Insights & Analytics Universal Music Group, Southeast Asia & Korea, TikTok mengakibatkan terjadi perubahan dari menikmati ke kreasi. Tidak ada “formula” dalam membuat posting-an “yang tepat”. Sebagai platform yang mengedepankan keberagaman, TikTok mendorong penggunanya untuk menampilkan citra mereka sendiri tanpa berpikir terlalu banyak tentang memenuhi standar tertentu. Siapa pun bisa menjadi kreator atau trendsetter.
“Dengan demokratisasi ini, konten menjadi lebih hiperlokal dan berkembang menjadi ‘receh’, seperti kata orang Indonesia, yakni konten yang lucu dan ringan,” ujar Cassandra.
Selain Tik Tok, tren penting lainnya pada tahun 2022 adalah metaverse – suatu penggabungan dunia fisik, augmented dan virtual. Dipimpin oleh industri gaming, metaverse meraih momentumnya di tengah realitas baru kita yang terbatas dalam hal interaksi tatap muka langsung. Seperti banyak tren lain yang akan menentukan arah tren pada 2022, munculnya realitas virtual dipelopori oleh generasi muda. Tren yang sedang berkembang ini merupakan bukti bahwa pengalaman offline dan online pelan-pelan menyatu, menciptakan lebih banyak peluang bagi brand.
Laporan ini juga menyoroti pentingnya inklusivitas merek. Perusahaan tidak dapat lagi menciptakan produk maupun layanan mereka, lalu tidak terlibat pada topik yang penting bagi audiens mereka.
STEVY WIDIA
Discussion about this post