youngster.id - Saat ini, Indonesia dipandang sebagai salah satu wilayah ekonomi digital terbesar dan terpenting di kawasan Asia Tenggara. Nilai perdagangan elektronik (e-commerce) Indonesia mencapai US$ 24,6 miliar, atau setara dengan Rp 319,8 triliun pada akhir tahun 2016. Proyeksi nilai rupiah tersebut dengan asumsi kurs sebesar Rp 13.000 per dolar AS.
Demikian hasil perhitungan Lembaga kajian ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia.
“Nilai transaksi e-commerce Indonesia tahun 2016 diprediksi meningkat signifikan hingga US$ 24,6 miliar,” kata Hendri Saparini Direktur Eksekutif CORE Indonesia dalam keterangan pers baru-baru ini.
Menurut Hendri, nilai transaksi tersebut naik signifikan, sampai dua kali lipat dibandingkan dua tahun lalu. Tahun 2014, transaksi perdagangan secara elektronik di Indonesia masih US$ 12 miliar, atau setara Rp 157 triliun, melonjak 150% dibandingkan tahun sebelumnya.
Perkembangan fenomenal itu ditopang oleh pasar digital Indonesia yang sangat besar dan sudah menjadi sasaran dari pemain-pemain global, termasuk dari kawasan di kawasan Asia Tenggara (Asean).
“Dengan 282 juta pelanggan telepon seluler dan jumlah pengguna internet yang diperkirakan bakal menyentuh angka 100 juta tahun 2016, itu merupakan pasar yang besar,” jelasnya.
Meski demikian, kata Hendri, dalam hal konektivitas dan tingkat penetrasi internet, Indonesia masih tertinggal dibandingkan banyak negara Asean lain. Walaupun laju pertumbuhannya termasuk yang paling tinggi di kawasan Asean.
Sektor ekonomi digital menyimpan peluang besar bagi Indonesia di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). “Peluang dimaksud berada di dua area, yaitu Indonesia sebagai pasar online maupun Asean sebagai pasar bagi pemain-pemain digital Indonesia,” tutur Hendri.
Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, bisnis aplikasi dan e-commerce akan melejit dan jauh meninggalkan binis selular (jaringan) dan perangkat (telepon pintar) dalam sektor teknologi informasi dan komunikasi ke depannya.
Menurut Menkominfo, pada 2014 saja, binsis e-commerce sudah mencapai sekitar Rp 150 triliun, sama dengan binis jaringan. Pada 2020, bisnis e-commerce ditargetkan mencapai US$ 130 miliar, atau sekitar Rp 1.500 triliun. “Bisnis seluler dengan pertumbuhan 8-10% per tahun paling tidak mencapai Rp 300 triliun pada 2020,” katanya di Jakarta, pada satu kesempatan.
Sementara itu, bisnis perangkat telepon pintar (smartphone) diperkirakan nilainya sama, bila pada tahun lalu sekitar US$ 5 miliar. Karena, walaupun volume penjualan terus meningkat, harga perangkat tersebut akan semakin murah. “Untuk itu, fokus bisnis ke depan adalah aplikasi,” kat Rudiantara.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post