youngster.id - Pandemi COVID-19 membuat perubahan perilaku konsumen yang meninggalkan keputusan sulit bagi bisnis yang bergantung pada aktivitas keseharian orang untuk bertumbuh. Dibutuhkan strategi baru, inovasi, dan yang terpenting, dibutuhkan mental berani dan kegigihan untuk bisa bertahan.
Berdasarkan data internal Moka, dipaparkan data penurunan pendapatan mencapai lebih dari 40% pada outlet-outlet bisnis yang sebagian besar adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terhitung Maret 2020. Namun saat ini, beberapa UMKM telah menunjukkan resiliensi terhadap kondisi ini dan beradaptasi dengan strategi masing-masing.
Karan Doeana, Head of Product Marketing Moka menjelaskan literasi dan pengaplikasian teknologi digital kini sudah menjadi keharusan dari UMKM untuk dapat beradaptasi. “Memasuki kondisi shifting ini, bisnis dihadapkan pada pilihan untuk melebarkan channel secara digital, baik untuk penjualan maupun operasionalnya. Diharapkan kedepannya tidak hanya bertahan, namun bisnis juga dapat terus bertumbuh dan berinovasi,” papar Karan dalam webinar A Cup of Moca yang digelar bersama bisnis ritel fesyen, Kami belum lama ini.
Acara yang diikuti oleh para pelaku UMKM ini menjadi sarana bagi para peserta untuk berdiskusi secara langsung dengan pegiat usaha berpengalaman dan pelaku startup teknologi.
Kami merupakan merek fashion lokal Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 2009 hingga kini memiliki 15 butik yang tersebar dari Aceh hingga Samarinda. Brand ini dikenal oleh masyarakat dengan produknya yang fokus mengeluarkan modest wear dengan pangsa pasar hingga ke Singapura dan Malaysia.
Istafiana Candarini, co-founder Kami mengungkapkan sejak adanya pandemi, pelanggan cenderung memilih berbelanja melalui platform online melalui website Kami. Hal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap bisnis, salah satunya adalah distribusi stok yang harus lebih banyak dialokasikan ke website (online). Selain itu, jika dilihat secara keseluruhan pola perilaku pelanggan pada umumnya cenderung mengalami perubahan yakni mengurangi konsumsi pembelanjaan dan memprioritaskan untuk belanja kebutuhan primer.
“Dengan perpindahan pola perilaku pelanggan menjadi online based, maka tiap butik Kami. rutin mengadakan live shopping di platform sosial media instagram. Dengan demikian, pelanggan dapat melihat koleksi yg tersedia di butik secara virtual tanpa harus datang ke butik, dengan melakukan transaksi penjualan secara online melalui customer service di setiap cabang,” ungkap Istafiana.
Istafiana menjelaskan, salah satu kendala yang dihadapi dalam perubahan kanal bisnis mayoritas ke online ini adalah distribusi produk ke cabang. “Dengan menggunakan bantuan sistem POS digital dari Moka, kami dapat membantu tim pusat dalam memantau penjualan dan juga keadaan stok real time di cabang,” paparnya.
Sebagai penutup, Istafiana menyampaikan pesan bagi para pemilik usaha yang sedang mengalami hal yang sama di kondisi seperti ini, untuk tidak terlambat dalam mengambil langkah ke depan dalam menghadapi kemungkinan pandemi yang akan berdampak pada penjualan.
STEVY WIDIA