youngster.id - Akses air bersih telah menjadi masalah utama masyarakat Desa Loborui, Kecamatan Sabu Liae, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Namun berkat teknologi terkini yakni pompa air tenaga surya, mereka tak perlu lagi berjalan 2 km menaiki bukit guna mengambil air dari bendungan air.
Kondisi geografis telah menyebabkan pulau ini menjadi salah satu pulau kering di Gugusan Pulau Nusa Tenggara. Curah hujan yang sangat minim sepanjang tahun 2019 hingga 2020 membuat kemarau berkepanjangan melanda Pulau Sabu Raijua hingga saat ini. Akibatnya, warga Desa Loborui yang mayoritas pekerjaannya adalah petani menderita.
Peduli akan hal itu Yayasan Bhinneka Bhakti Nusantara (YBBN) memasang pompa air tenaga surya oleh PT Java Surya Teknik (Sanspower) asal Surabaya, Jawa Timur.
YBBN membuat proyek sosial pompa air tenaga surya untuk pengadaan air bersih di Desa Loborui. Project ini dikerjakan selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai dari pertengahan Agustus hingga selesai 7 November 2020. Project diawali tahap perencanaan proyek hingga selesai proses pemasangan yang dilakukan tim Sanspower dan tim lapangan YBBN.
Komisaris Sanspower Tiyo Aviyanto mengatakan, setelah implementasi di daerah terisolir, pihaknya memiliki visi ke depan penerapan teknologi berikutnya yakni Internet of Things (IoT) untuk pompa sumur tersebut.
“Tahun ini kami telah membangun di beberapa lokasi, tahun 2021 kami yakin bisa membangun lebih banyak pompa tenaga surya di Indonesia. Sanspower juga sedang membangun produk berbasis IoT agar bisa memantau performa dan kinerja dari tiap pompa,” kata Tiyo dalam keterangannya, Jumat (27/11/2020).
Menurut dia, dengan perangkat IoT tersebut maka semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat akan bisa memantau rekapitulasi produksi energi dari panel surya hingga memantau dari kejauhan berapa air yang dihasilkan dari tiap pompa.
Langkah ini tentu disambut baik masyarakat. Tarsi, penanggungjawab lapangan Yayasan Bhinneka Bhakti Nusantara (YBBN) di Desa Sabu Raijua mengatakan sebelumnya mereka harus menempuh jarak cukup jauh untuk membawa air dari DAM ke rumah.
“Upaya berat ini semuanya demi air bersih. Kami sebelumnya harus berjalan jauh mendaki bukit rata-rata tiga sampai empat jam untuk memenuhi air satu jam. Setelah hadir teknologi, maka air dari DAM dipompa menuju tandon air yang letaknya dekat pemukiman kemudian didistrubusikan dengan pipa ke rumah warga,” katanya.
Tarsi menegaskan dengan teknologi ini masyarakat tidak perlu mengambil air jauh mendaki bukit hari, juga membuat kebutuhan irigasi tanaman sudah bisa langsung menggunakan air yang dipompa dari DAM.
“Demikian pula untuk hewan-hewan ternak kami. Masyarakat Loborui juga sekarang sudah dapat menanam sayur yang dapat dikonsumsi pribadi bahkan bisa dijual. Dan anak-anak tidak perlu menyisihkan waktunya untuk membantu mengambil air, mereka dapat belajar dan bermain,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post