Telkom University Sinergikan Industri Lewat National Industrial Gathering

Rektor Telkom University Profesor Mochamad Ashari (tengah) dan jajarannya.. (Foto: Telkom University/Youngsters.id)

youngster.id - Untuk berkontribusi dalam penguatan SDM, sekaligus mentransformasikan ilmu pengetahuan dan praktik. Telkom University gelar “Industrial Human Capital Development Summit (IHCDS) 2017”.

Acara yang diselenggarakan Direktorat Pusat Pengembangan Karir (DPPK) Telkom University ini berlangsung pada Kamis, 18 Mei 2017 di Grand Mutiara 1 & 2 Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta.

Rektor Telkom University Profesor Mochamad Ashari dalam keterangan tertulisnya mengatakan, temu industri tersebut digelar sebagai bentuk penguatan sinergi antara Telkom University dan korporasi penyerap SDM berkelanjutan.

“Cita-cita besar kami di masa depan, adalah menjadikan Universitas (Telkom) ini sebagai pusat Entrepreneur Excellent, artinya konten pendidikan kami harus menuju ke arah sana, sinergi akademik dan industri, ini akan diperlukan untuk menghadapi era kompetitif” terangnya.

Sementara itu, Wakil Rektor bidang Admisi dan Kerjasama Internasional Dr. AMA Suyanto menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan SDM di Indonesia terkait timpangnya kebutuhan Industri dan banyaknya SDM yang belum siap beradaptasi dengan perubahan.

“Itulah kenapa kami merasa ini penting, sinergi tidak saja untuk menyerap para sarjana kami yang jumlahnya bisa ribuan tiap tahun, tetapi dengan sinergi ini SDM kami memang sudah siap berinovasi bersama dengan industri, kurikulum kami pun sudah fokus pada kebutuhan inovatif industri di Indonesia” jelas Suyanto.

Lebih lanjut, selain untuk penguatan sinergi Universitas-Industri, IHCDS tahun ini merupakan upaya menghilangkan stigma menara gading agar tidak lagi melekat di dunia akademik. Untuk itu Telkom University secara rutin melakukan kegatan bernuansa sharing knowledge, industrial hearing, dan Job Expo dengan perusahaan beragam, tujuan pentingnya adalah meningkatkan kontribusi Universitas pada knowledge corporate and economy untuk dapat diimplementasikan.

“Universitas sebagai ruang penguatan knowledge base, sedang industri adalah laboratotiumnya, alasan itu yang membuat kami harus terus meminta masukan dari mereka (industri)” tutup Suyanto.

STEVY WIDIA

Exit mobile version