youngster.id - Vanessa Geraldine dari PRIEDS Technology, Utari Octavianty dari Aruna, dan Ketty Lie dari ErudiFi telah lulus dari program Google for Startups Women Founders Academy.
Google for Startups Women Founders Academy adalah program bimbingan pengembangan keterampilan selama 12 minggu untuk perusahaan rintisan yang dipimpin wanita di Asia Pasifik. Women Founders Academy dirancang untuk membantu para pendiri meningkatkan keterampilan kepemimpinan, memperkuat hubungan tim, dan mengatasi tantangan unik yang dialami pendiri startup saat membangun perusahaannya melalui lokakarya kelompok dan pelatihan one on one yang diberikan oleh pakar Google dan pakar industri.
Berikut kesan dan pesan dari para peserta Women Founders Academy bagi para perempuan pendiri usaha rintisan:
Utari Octavianty, Co-Founder & Chief Corporate Officer Aruna mengatakan, mendukung founder perempuan berarti memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mendapatkan pengetahuan dan jaringan.
“Google Women Founders Academy ini sangat menarik. Sebagai founder perempuan di Aruna yang merupakan startup bidang perikanan dan kelautan yang industrinya di dominasi oleh pria membuat saya mendapatkan semangat baru, karena bertemu dengan berbagai wanita hebat dari latar belakang industri yang berbeda. Tapi memiliki kesamaan yaitu sebagai founders dan leaders. Saat sesi berlangsung banyak masalah yang kami hadapi merupakan masalah serupa. Dan, yang lebih menarik lagi karena semua pesertanya perempuan. Atmosfir diskusi sangat terbentuk dan saling memberikan support satu sama lain. Saya sangat merekomendasikan program ini, karena ini berbeda dari kebanyakan pelatihan yang pernah saya ikuti, kami tidak hanya berfokus pada bisnis, tapi banyak faktor pendukung yang mungkin selama ini luput dari kacamata kita selaku founders tapi ternyata berpengaruh signifikan terhadap bisnis,” kata Utari.
Ketty Lie, Co-Founder, ErudiFi, menyampaikan, salah satu takeaway utama yang didapatkan dari program Google Founders Academy adalah pentingnya self-care sebagai seorang founder.
“Konsep energy wheel mengajarkan bahwa seringkali kita mengutamakan kebutuhan tim dan bisnis, dan ini tentunya sangat penting. Namun, jika kita tidak meluangkan waktu untuk check-in dengan diri sendiri dan memastikan bahwa sumber energi kita masih terpenuhi, maka kemungkinan untuk burnt-out itu sangat nyata. Jika sudah burnt-out maka akan sulit untuk memimpin dengan efektif. Selain itu, semakin berkembangnya bisnis dan tim, yang dibutuhkan dari seorang founder adalah arahan dan bimbingan. Kesibukan itu akan selalu ada, tapi kita tetap harus jadwalkan dan luangkan waktu untuk pause sehingga sudut pandang dapat lebih panjang dan luas. Mengikuti Google Founders Academy merupakan salah satu waktu pause saya,” ungkap Ketty.
Vanessa Geraldine, Co-founder & Chief Commercial Officer, PRIEDS Technology bercerita program ini menarik baginya karena berkesempatan untuk mendengarkan tips langsung dari berbagai expert di Google yang dapat langsung diterapkan.
“Saya sangat terbantu dan banyak belajar tentang kepemimpinan dari mentor saya, tentang pentingnya sebagai pendiri untuk take care diri sendiri agar bisa memimpin tim dengan baik. Banyak hal yang saya dapatkan dan dapat diterapkan di perusahaan, terutama tentang OKR dan internal organizational management. Waktunya tepat sekali untuk perencanaan tahun 2022. Kami mendapatkan banyak insight tentang bagaimana Google menerapkan HR practices, partnership dan framework go-to-market strategy, serta mendapatkan tips fundraising. Yang paling penting, saya bersyukur sekali bisa mendapatkan sebuah komunitas women founders melalui program ini. Good to know that I’m not alone in the battle!,” ujar Vanessa. (*AMBS)
Discussion about this post