youngster.id - Hari Kanker Sedunia 2018 (World Cancer Day 2018) mengangkat kesenjangan dalam kesetaraan di berbagai belahan dunia dalam mengakses deteksi dini, pengobatan dan pelayanan perawatan. Ketidaksetaraan dalam akses terhadap pencegahan, diagnosa, pengobatan dan perawatan yang membuat pengurangan kematian prematur akibat kanker menjadi sulit.
Sanchia Aranda, Presiden Union for International Cancer Control (UICC), dan CEO Dewan Kanker Australia mengungkapkan, target dunia adalah untuk mengurangi kematian premature akibat kanker dan penyakit tak menular hingga 25% pada tahun 2025.
“Target Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2011 adalah untuk mengurangi penyakit tak menular sebesar 25% dalam 14 tahun baru mencapai separuh jalan. Kita dapat mencapai target tersebut, namun masih banyak aksi nyata yang harus diambil. Ketidaksetaraan dalam akses terhadap pencegahan, diagnosa, pengobatan dan perawatan yang membuat pengurangan kematian prematur akibat kanker menjadi sulit. Jika kita berkomitmen untuk mencapai tujuan ini, kita semua harus bertindak cepat dan tegas untuk membuat akses terhadap layanan kanker yang berkeadilan di seluruh penjuru dunia,” kata Aranda dalam siaran pers, Senin (5/2/2018).
Menurut dia, saat ini diperkirakan terdapat 8,8 juta kematian akibat kanker setiap tahuannya. Namun, 70% dari insiden tersebut terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah sampai menengah, dimana peralatan perawatan kanker masih merupakan beban. Ketidak-setaraan ini juga dialami di negara-negara berpendapatan menengah dan atas, namun terfokus pada populasi tertentu, seperti penduduk asli, imigran, pengungsi, masyarakat pedesaan dan berpenghasilan rendah.
“Kami berharap dapat menginspirasi langkah konkret dari pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi ketidak-setaraan pada penanganan, pengobatan dan perawatan kanker, dimana sangat disayangkan telah berdampak pada populasi yang rentan di setiap negara. Kesenjangan antara masyarakat kelompok sosio-ekonomi tinggi dan rendah semakin besar. Sehingga suara yang terpinggirkan harus diwakili dalam diskusi-diskusi Hari Kanker Sedunia,” ucap Aranda lagi.
Sementara itu, Aru Wisaksono Sudoyo Ketua Yayasan Kanker Indonesia mengatakan, Menurut Yayasan Kanker Indonesia, penyakit kanker merupakan permasalahan di Indonesia dengan prevalensi yang cukup tinggi, yaitu 1,4 per 1.000 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Salah satu tindakan pencegahan kanker adalah dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur, termasuk olahraga lari.
“Pengobatan yang optimal dan ketersediaan fasilitas terapi –khususnya untuk penyakit kanker, adalah hak setiap warga negara. Angka kejadian kanker di Indonesia hanya dapat diturunkan melalui kepedulian serta kesadaran masyarakat akan kebiasaan hidup yang sehat dan melakukan deteksi dini,” kata Aru.
Oleh karena itu, dalam memperingati Hari Kanker Sedunia 2018, Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Cabang Semarang, melakukan kampanye dengan kegiatan Fun Run berjudul “Run Against Cancer”. Kegiatan yang bekerjasama dengan Pemkot Semarang dan didukung oleh Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Pusat, serta organisasi pegiat kanker lainnya ini berlangsung sepanjang 5+1 km di kota Semarang.
STEVY WIDIA