youngster.id - Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2020 lalu telah membawa perubahan signifikan pada perilaku masyarakat yang bersifat konvensional menjadi serba digital. Hal tersebut pun mendorong terjadinya disrupsi teknologi yang menuntut masyarakat untuk beradaptasi, khususnya bagi para pelaku usaha.
Karena itu, perlu ada usaha adaptif untuk mempertahankan bisnis di masa sulit ini. Di antaranya dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi, memperluas jangkauan dengan bergabung ke berbagai platform e-commerce, dan menerapkan sistem pembayaran nontunai atau digital.
CEO Cashlez Suwandi mengatakan, menurut survei Fiserv, pembayaran nontunai secara global meningkat sebesar 33%, sedangkan pembayaran dengan uang tunai menurun sebesar 38%. Di Indonesia pun pembayaran nontunai meningkat setiap bulannya, tercatat dari Databoks, per Mei 2021 transaksi digital tumbuh sebesar Rp23,66 triliun dibandingkan Mei 2020 yang hanya sebesar Rp15,03 triliun.
“Artinya, tren pembayaran digital ini akan terus meningkat,” ujar Suwandi dalam siaran pers “Post Pandemic Trends: How Business Needs to Adapt” Jumat (23/7/2021).
Suwandi mengungkapkan Cashlez hadir untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha saat ini. Cashlez sebagai penyelenggara payment gateway menyediakan sistem untuk meng-otorisasi proses pembayaran dari pembeli ke penjual dan Cashlez sebagai payment aggregator memfasilitasi berbagai transaksi, memungkinkan penjual untuk menerima berbagai model pembayaran tanpa harus membuat akun yang terpisah dengan bank atau tiap penyelenggara layanan pembayaran.
“Pandemi telah menegaskan pentingnya pembayaran digital dan infrastruktur pembayaran yang kuat bagi penyedia layanan keuangan digital di Indonesia untuk terus membantu pelaku usaha dan konsumen dalam bertransaksi. Ke depannya, sesuai dengan survei VISA, 74% memilih untuk tetap melakukan pembayaran secara nontunai bahkan setelah pandemi telah selesai.” tutup Suwandi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post