youngster.id - Pemerintah terus mendorong gerakan wirausaha. Para wirausaha tak sekadar berbekal modal keuangan, tetapi juga perlu memiliki fondasi bisnis dan spiritual enterpreneurship yang kuat.
Demikian hasil dari gelar bimbingan teknis dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang berlangsung 13-15 Oktober di Cirebon, Jawa Barat. Kegiatan ini dilakukan untuk peningkatan kapasitas pelaku ekonomi kreatif batik.
Bekraf menghadirkan empat narasumber, yaitu Ketua PBMT Indonesia H. Joelraso; Chairman PBMT Social Venture Singapore Ltd & CEO PBMT Ventura H. Saat Suharto Amjad; Dr. Mulyanto dari Universitas Sebelas Maret Surakarta; serta Nugraha Arif Karyanto.
“Kita harus memiliki nyali untuk menghadapi ketakutan mengawali usaha,” ucap Saat Suharto dalam materi Membangun Fondasi Bisnis. Menurut dia, visi yang jelas diperlukan dalam mengawali usaha. Pengusaha juga perlu melihat peluang bisnis yang bisa dikembangkan atau tidak pada daerah tersebut dan bisa untuk jangka panjang.
“Modal utama bisnis adalah pengusahanya sendiri yang meliputi ide, reputasi, integritas dan kejujuran. Pembukuan kuangan juga penting untuk mengetahui laba sehingga penggunaan biaya produksi tidak melebihi laba,” ucap Saat.
Sedang, Nugraha Arif mengatakan, peningkatan capacity skill pelaku ekonomi kreatif harus mulai dari diri sendiri. “Ubah cara pandang. Taklukkan masa sulit dengan melihatnya sebagai tantangan,” ucap Arif.
Arif juga membahas mengenai lima etos kerja, yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja kualitas, dan kerja ikhlas. Menurutnya, kerja keras dilakukan dengan mendedikasikan diri untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Kerja cerdas adalah menggunakan akal dalam bekerja. “Ikhlas melaksanakan pekerjaan kita adalah etos kerja yang melengkapi pengusaha,”tambahnya.
Sementara itu, H. Joelraso yang membahas spiritual entrepreneurship. Karya perlu diimbangi dengan doa. Segala jenis usaha memerlukan pentingnya Tuhan. “Profesionalitas perlu attitude dan dalam bekerja perlu orientasi dunia akhirat untuk melahirkan karya terbaik,” kata Joelraso.
Sudut pandang lain disampaikan Mulyanto. Dia memaparkan tentang pengembangan desain motif batik untuk menarik minat pembeli. Tiga hal utama dalam mengembangkan desain motif batik yaitu teknik, desain dan komunikasi.
Menurut dia, tujuh aspek mengembangkan desain produk yang beliau ungkapkan yaitu teknik dalam pemilihan materi membuat batik, ekonomis, ergonomi yaitu aman dan nyaman, sosial budaya, lingkungan, fungsional (bermanfaat), dan memiliki estetika.
Dalam mencari ide, perlu mengidentifikasi ikon suatu daerah, membuat visual ikon tersebut dan memanipulasi ikon tersebut pada visual batik. Bahkan, beliau mengatakan bahwa cerita daerah bisa digunakan sebagai motif batik yang menjanjikan.
“Dengan mengembangkan desain motif batik diharapkan pelaku ekonomi kreatif batik meningkatkan bisnis mereka melalui produk yang memenuhi permintaan pasar,” ucapnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para peserta. Riris dari Batik Trusmi senang bisa berpartisipasi pada bimbingan teknis ini karena ia banyak belajar. “Acara ini bagus dan bisa membangun, serta memberitahu pemahaman serta memotivasi para peserta untuk menjadi pengusaha yang lebih baik,” ucapnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post