youngster.id - Meski harus melalui tantangan industri cukup berat, memasuki kinerja Q3 tahun 2020 ini, XL Axiata berhasil mencatat pertumbuhan kinerja positif. Pendapatan layanan mencapai sebesar Rp18,3 triliun atau meningkat 8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).
Dian Siswarini Presiden Direktur & CEO XL Axiata mengatakan, kondisi Pandemi Covid -19 tentunya berdampak pada sektor daya beli masyarakat, dan hal itu turut dirasakan oleh semua operator termasuk Xl.
“Turunnya daya beli masyarakat ini ternyata tidak menurunkan intensitas kompetisi di industri. Kemudian outlook sektor telekomunikasi secara industri diprediksi tumbuh negatif, dan pada tahun 2021 pun belum bisa pulih sepenuhnya,” kata Dian, saat jumpa pers yang disiarkan secara online Jumat, (6/11/2020).
“Untuk itu, kami berupaya keras untuk bisa mempertahankan kinerja dengan mendorong penjualan dan disaat yang sama melakukan efisiensi di hampir semua lini bisnis. Hasilnya, kami masih mampu meraih pertumbuhan di periode sembilan bulan tahun ini,” ujarnya menambahkan.
Menurut Dian, selain pendapatan layanan yang terus bertumbuh, dari layanan data Xal terus meningkat sebesar 12% YoY, dan sekaligus meningkatkan kontribusinya terhadap total pendapatan layanan (service revenue) perusahaan menjadi sebesar 92%.
“Jadi sepanjang sembilan bulan 2020 atau di Q3 ini, XL Axiata juga berhasil meraih Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) sebesar Rp 9,9 triliun, meningkat 34% YoY,” imbuhnya.
Lebih dari itu, dari trafik data sepanjang sembilan bulan pertama 2020 meningkat 47% YoY dari 2.386 Petabyte menjadi 3.496 Petabyte. Sementara itu jika dihitung per kuartal, pada kuartal ketiga 2020 ini, trafik data meningkat 4% QoQ. Dengan demkkian, peningkatan trafik tidak terlepas dari bertambahnya jumlah total pelanggan, yaitu menjadi 56,9 juta, meningkat dari kuartal sebelumnya sebanyak 55,7 juta.
Selanjutnya, pada tingkat penetrasi smartphone pelanggan XL Axiata meningkat tipis dari 87% dikuartal sebelumnya menjadi 88%. Di sisi lain, untuk pendapatan per pelanggan atau ARPU campuran meningkat dari sebelumnya Rp. 34.000 menjadi Rp. 36.000 di periode yang sama tahun ini.
Adapun pada laba bersih setelah pajak pada sembilan bulan ini tercatat Rp 2,1 triliun. Secara kuartal, pada periode kuartal ketiga 2020 ini, EBITDA juga berhasil tumbuh 3% lebih tinggi dari kuartal sebelumnya (QoQ), dan laba bersih setelah pajak mencapai sebesar Rp 331 miliar.
Disisi lain, untuk beban usaha di kinerja Q3 tahun 2020 ini menurun 14% YoY. Dimana penurunan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, salah satunya beban biaya infrastruktur yang lebih rendah (28% YoY) sebagai dampak dari adopsi IFRS 16.
“Faktor selanjutnya adalah biaya interkoneksi dan biaya langsung lainnya juga turun 24% YoY, terutama karena interkoneksi yang lebih rendah sebagai dampak dari penurunan trafik penggunaan layanan voice. Terakhir, juga karena faktor biaya pemasaran yang turun 6% YoY setelah lebih banyak penggunaan saluran digital,” pungkas Dian.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post