youngster.id - Perkembangan teknologi telah mendorong perencanaan pembangunan yang berbasis digital. Hal ini mendorong Yayasan Kitong Bisa, menghadirkan aplikasi digital yang mendukung perencanaan dan pembangunan berkelanjutan di seluruh Indonesia.
Direktur Utama Yayasan Kitong Bisa Jouhannes Faidiban mengatakan, masyarakat membutuhkan sebuah sistem digital yang memfasilitasi mereka untuk dapat berkomunikasi dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Transmigrasi, dan Bappenas guna menyampaikan aspirasi lalu akan ditindaklanjuti.
“Sistem digitalisasi penampungan dan penyaluran aspirasi tersebut akan membuat rencana pembangunan menjadi lebih tepat sasaran. Penggunaan anggaran dapat menjadi lebih efektif dan aspirasi masyarakat dapat tersampaikan karena dapat berkomunikasi langsung dengan pemerintah pusat lewat sebuah sistem aplikasi,” kata Annes dalam keterangan pers, Jumat (24/3/2023).
Annes mengungkapkan, digitalisasi tersebut dipadukan pelatihan para local champions, yakni anak muda Indonesia yang memiliki kemampuan berpartisipasi dalam menyusun perencanaan dan inovasi pembangunaan dengan masyarakat di level desa. Mereka juga bisa mendampingi penganggaran hingga pencairan anggaran, serta merumuskan inovasi-inovasi pembangunan dalam program kerja untuk menyerap anggaran tersebut.
“Digitalisasi atas penampungan aspirasi, perencanaan, dan pembangunan desa berupaya mengatasi kesenjangan komunikasi dalam merencanakan pembangunan sesuai kebutuhan antara masyarakat hingga level desa dengan Pemerintah Pusat,” katanya.
Menurut Annes, masyarakat membutuhkan sebuah sistem digital yang memfasilitasi mereka untuk dapat berkomunikasi dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Transmigrasi, dan Bappenas guna menyampaikan aspirasi lalu akan ditindaklanjuti. Contohnya di sektor pendidikan, ketiadaan sekolah dan infrastruktur pendukungnya membuat jumlah guru sedikit di suatu wilayah.
“Maka, informasi tersebut kemudian dimasukkan ke aplikasi digital dengan bimbingan local champion dalam menyampaikan aspirasi penambahan bangunan sekolah, termasuk melakukan detail perencaanaan penganggaran dan eksekusi pembangunannya. Local champion akan menyampaikan aspirasi setelah melakukan pembahasan bersama tokoh masyarakat, termasuk menetapkan lokasinya dan menghitung besaran anggaran yang dibutuhkan,” paparnya.
Aplikasi inovatif ini telah ditampilkan di depan Presiden RI Joko Widodo di sela-sela peresmian Papua Youth Creative Hub (PYCH) di Jayapura, Provinsi Papua. Turut hadir Menhan Prabowo Subianto, Kepala Staff Presiden Moeldoko, Kepala BIN Budi Gunawan, Menteri Tenaga Kerja Ida Fauzyah, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Staf Khusus Presiden Bidang Inovasi dan Pendidikan, Billy Mambrasar.
Saat ini, Yayasan Kitong Bisa telah menggandeng pemerintah daerah serta beberapa NGO lokal dan internasional dalam menerapkan program local champion tersebut. Mereka menargetkan melatih lebih dari 100.000 local champion untuk menjadi penggerak pembangunan kampung lewat digitalisasi perencanaan dan pembangunan desa ini.
Annes memproyeksikan aplikasi bisa hadir di semua desa di Indonesia terlebih aplikasi ini dapat digunakan secara offline.
“Digitalisasi berbasis local champion ini bukan menggantikan sistem informasi desa, ataupun mekanisme Musrembangdes, Musrembangda, dan KRISNA yang ada. Tetapi akan saling melengkapi dan menguatkan. Digitalisasi ini memberikan kemampuan masyarakat dapat berkomunikasi secara dua arah secara real time,” pungkasnya.
STEVY WIDIA