youngster.id - YOUNGSTERS.id – Boleh jadi, Ardhi Setyo Putranto merupakan salah satu inovator bisnis terutama di bidang produk makanan. Di tangannya buah pisang yang bernilai rendah dan banyak dijadikan pakan ternak bisa bernilai tinggi. Dia melakukan percobaan hingga berhasil memproduksi kripik pisang yang berkualitas yang ditujukan bagi para penderita diabetes. Selain itu, Ardhi juga memberdayakan petani pisang.
Pemuda kelahiran Jogyakarta, 1 September 1991 ini memang memiliki semangat entrepreneur dan inovasi yang tinggi. Dia adalah pendiri PT Setya Putra Perkasa, produsen kripik pisang bermerek Banana Queen. Banana Queen diproduksi dalam 5 varian, yaitu rasa original, rumput laut, cokelat, susu, dan barbeque. Dan yang terutama ini bukan kripik pisang biasa.
“Banana Queen adalah produk keripik pisang organik tanpa sugar added pertama di Indonesia,” klaim Ardhi kepada Youngsters.id.
Dengan proses pemilihan bahan pisang organik dan tanpa bahan pengawet maka produk Banana Queen dapat dikonsumsi oleh para penderita diabetes. Dengan pilihan segmen ini maka produk milik Ardi ini sudah merambah hingga ke pasar mancanegara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Pakistan, Belanda, dan tahun 2016 ini akan dipasarkan di San Fransisco Amerika Serikat.
“Awal mula saya menciptakan produk Banana Queen karena saya ingin menciptakan sebuah karya di bidang makanan sesuai dengan kuliah yang saya ambil yaitu food technology. Saya ingin menciptakan suatu produk makanan yang memiliki perbedaan yang signifikan dan memiliki added value yang tinggi,” ungkap lulusan Teknologi Pertanian Universitas Gajahmada itu.
Produk dari pisanglah yang menjadi pilihan. “Saya sempat berpikiran untuk memproduksi kacang, ketela dan kentang namun saya berpikir di sektor itu sudah banyak sekali pemain lama yang akan sangat sulit bagi saya apabila saya bermain di sektor tersebut. Akhirnya saya menemukan ide untuk mengolah pisang menjadi banana chips,” kata Ardhi.
Semangat Enterpreneur
Sesungguhnya Ardhi terbilang masih muda ketika memulai bisnis ini, yakni di usia 20 tahun. Dorongan dari orang tuanya yang memicu semangat kewirausahaannya. “Berbisnis adalah planning hidup saya,” ujar Ardhi.
Putra pertama dari Ir Bambang Susetyono dan Dra Ani Setyopratiwi, Msi ini sudah punya visi kalau dirinya akan menjadi pengusaha dan bukan karyawan. “Ayah saya selalu bilang kalau mau jadi kaya saya jangan jadi karyawan,” ujarnya. Karena itu dia memutuskan untuk menyatukan semangat entrepreneur dengan ilmu yang didapatnya di bangku kuliah.
Usaha Banana Queen resmi dimulai 1 November 2012 ketika dia masih semester tiga. Ardhi menangkap peluang pada pisang matang. Menurut Ardhi produknya merupakan yang pertama kali memproduksi keripik pisang yang berasal dari pisang matang. Biasanya produsen keripik pisang lebih memilih bahan baku dari pisang mentah karena pisang mentah lebih mudah diolah. Di dalam pisang matang terdapat beberapa faktor yang harus dikendalikan untuk menghindari terjadinya karamelisasi atau browning (gosong). Itu sebabnya kenapa produsen keripik pisang lain lebih memilih pisang mentah sebagai bahan dasar, karena resikonya kecil.
Namun Ardhi malah memutuskan menggunakan pisang matang. Selain karena nilai gizinya tinggi, dia tidak perlu menambahkan pemanis sintetis di dalam produknya. Ini sesuai dengan segmen pasar yang memang ingin dituju yakni para penderita diabetes. “Saya memilih segmen penderita diabetes karena produk ini diproduksi dari bahan baku yang organik dan tanpa penambahan gula tambahan. Rasa manis yang ada berasal murni dari madu pisang, sangat cocok untuk penderita diabetes yang memang sangat membutuhkan asupan gula bagi tubuhnya,” ungkap Ardhi.
Dengan bekal ilmu teknologi pertanian dan modal Rp 750 juta Ardhi mulai usahanya. Dia mendapat uang dari pinjaman bank dengan mengagunkan rumah kedua orang tuanya. “Kedua orang tua saya sangat mendukung saya,” ujarnya.
Sebelum berproduksi Ardhi melakukan berbagai percobaan untuk mengolah pisang matang tidak gosong. Dan itu tidak mudah. Berbulan-bulan dia melakukan percobaan dengan berbagai jenis pisang untuk mendapatkan produk yang sesuai. Dia harus merelakan produknya jadi bubur, ongol-ongol, bahkan jadi gulali dan terpaksa harus dibuang.
Namun ia tidak berputus asa. Setelah enam bulan melakukan percobaan akhirnya dia menemukan proses yang dapat mendesain agar gula pada pisang bertemu dengan panas minyak tidak menjadi karamelisasi alias gosong. “Saya memanfaatkan teknologi yang dapat menurunkan titik didih minyak sehingga saat gula (nectar) pisang bertemu panas tidak menjadi cokelat alias gosong dan pisang tetap manis dan kuning,” jelas Ardhi.
Dalam proses itu Ardhi juga berhasil mendapatkan jenis pisang yang tepat, yaitu pisang uter yang banyak tumbuh di daerah Jawa Barat, Bantul dan Sleman. Pisang ini sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis dan kebanyakan hanya digunakan sebagai bahan pakan ternak. Namun dari hasil pengolahan Ardhi, pisang yang aslinya memiliki rasa sepat ini diolah sehingga mengeluarkan nectar dengan rasa manis yang menyerupai pisang raja tanpa perlu tambahan gula sebagai pemanis.
Hasil inovasinya itu membuat Ardhi kini meraih sejumlah penghargaan di bidang usaha dari berbagai media, termasuk First Price International Organic Food Malaysia 2015.
Titik Balik
Sejatinya, Ardhi tidak langsung memetik buah manis dari usahanya itu. Dia sempat dua tahun tidak mendapatkan keuntungan dari produk Banana Queen, bahkan rugi hingga Rp 400 juta. Pasalnya produknya kurang mendapat respon positif dari pasar. Kurangnya edukasi membuat orang menilai harga Banana Queen lebih tinggi dari produk sejenis. Hal itu membuat Ardhi sempat berniat menutup usahanya itu.
“Saya selama dua tahun tidak mendapatkan apa-apa dari bisnis ini. Bahkan sempat mau tutup karena saya melihat kok tidak ada progres,” ungkap Ardhi.
Namun orang tuanya, terutama sang ayah terus memberi semangat. “Bapak bilang dalam berbisnis bukan masalah uang semata tetapi masterpiece adalah jika kita bisa membuahkan hasil di kemudian hari,” ungkapnya.
Perlahan produk Banana Queen mulai mendapatkan pasar. Titik balik ketika anggota Kadin Yogyakarta itu mendapatkan pesanan sebanyak 5 ton dari Malaysia. “Pesanan itu membuat saya yakin bahwa usaha saya tidak lagi sia-sia,” ujarnya. Ardhi mengaku akhirnya di tahun 2015 Banana Queen sudah berhasil balik modal. Bahkan, kini Ardhi pun mendapat suntikan modal dari investor murni sebesar Rp 15 miliar.
Usahanya terus berkembang. Setelah Malaysia, permintaan berdatangan juga dari Brunei Darussalam, Pakistan dan Belanda.
Jika di awal dia baru memproduki keripik pisang 200 kg perbulan, kini produksinya sudah mencapai 2000 kg per bulan. Bahkan di tahun 2016 ini produk Banana Queen sudah siap dipasarkan di Amerika Serikat.
Demi menjaga kelangsungan usaha Ardhi melakukan kualitas kontrol. Mulai dari pemilihan bahan baku pisang hingga pengepakan dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Dia juga harus membagi waktu dengan jadwal kuliahnya yang padat. “Saya melakukan semua itu dengan senang hati. Karena passion saya memang di sini,” ucapnya
Penulis buku Business is Masterpiece ini banyak belajar dari pengalaman di lapangan. Pernah dia ditipu oleh oknum petani sehingga pisang yang dibeli ternyata bukan organik. Akibatnya produk yang dihasilkan terasa pahit dan harus dibuang. Semenjak itu Ardhi berhati-hati dan membuat perjanjian dengan petani supplier pisang, jika produk yang diberikan tidak sesuai harus diganti tiga kali lipat dari produk yang dibeli.
Selain itu, Ardhi juga menjalin kerjasama dengan para petani. Selama ini jenis pisang ini oleh petani hanya dijadikan pakan ternak dan dijual dengan harga murah. Oleh Ardhi pisang itu dibeli harga yang lebih tinggi, asalkan kualitas pisang organiknya benar-benar terjaga. “Prinsip saya dalam berbisnis adalah kepercayaan,” ujarnya.
Tak hanya itu, Ardhi juga bermitra dengan sekitar 30 petani di kawasan Gunung Kidul. Tak sekadar membeli bahan mentah pisang, dia juga memberi peralatan yang telah dimodifikasi sehingga dapat mengolah pisang yang telah dipanen sehingga menjadi bahan layak produksi.
“Selama ini saya melihat petani hanya menjual raw material dan itu membuat mereka hanya memperoleh nilai yang kecil dari hasil pertanian. Saya ingin mereka lebih bisa mendapat nilai yang lebih tinggi dari produk pertanian sehingga usaha pertanian mereka berlanjut terus,” ungkapnya.
Kesuksesan para petani tentu akan mendorong bisnis Ardhi lebih berkembang lagi. Saat ini dia tengah membangun pabrik baru. Dia juga berencana akan terus mengembangkan usaha Banana Queen ke banyak varian produk berbahan pisang. “Saya ingin ke depan terus berkarya dan berinovasi untuk dapat memproduksi makanan berbahan dasar pisang yang sehat dan lezat,” kata Ardhi penuh harap.
STEVY WIDIA
=========================================
Ardhi Setyo Putranto,STP
- Tempat Tanggal Lahir : Jogja,1 September 1991
- Nama Orang Tua/Istri : Ir.Bambang Susetyono dan Dra.Ani Setyopratiwi,M.si
- Nama Brand : Banana Queen
- Nama Perusahaan : PT Setya Putra Perkasa
- Berdiri : 1 November 2012
- Alamat usaha : Jl Nitikan No 8 Yogyakarta.
- Modal Awal : Rp 750 juta
- BEP : 2015
- Omzet : 2000 Kg/bulan
- Harga jual : Rp 15.000/kemasan
Prestasi :
- Juara Shell Live Wire 2014
- First Price International Organic Food Malaysia 2015
- Heroes Among Us versi majalah Hai 2015
- UKM Inspiratif versi majalah Nova 2015
- UKM berprestasi verisi majalah Kedaulatan rakyart 2015
===========================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post