youngster.id - Perusahaan rintisan memang sedang bertumbuh di Indonesia. Bisnis Startup ini didominasi oleh generasi muda. Banyak di antara mereka nekad meninggalkan pekerjaan yang mapan demi mewujudkan ide-ide bisnis. Salah satunya adalah Dhini Hidayati.
Sarjana Sastra China, Universitas Indonesia ini rela meninggalkan kariernya yang sudah mapan di sebuah bank swasta. Bersama rekannya Jessie Setiawan dan Nur Ronny Dinurohman, Dhini mengembangkan startup berbasis kewirausahaan sosial GandengTangan (www.gandengtangan.org) dengan badan usaha berbentuk Yayasan Gandeng Tangan Indonesia.
GandengTangan adalah startup yang unik, karena menggunakan konsep crowdlending untuk meggalang pendanaan bagi wirausaha sosial yang berasal dari pinjaman masyarakat umum.
“Ini memang personal experience. Saya merasa ada yang kurang hanya bekerja ke dalam korporasi dengan kenyamanan bekerja di gedung tinggi, ruang ber AC dan gaji tinggi tapi tidak ada human touch-nya ke orang lain. Saya kangen untuk memberi dan peduli pada orang lain. Makanya GandengTangan ngilangin rasa kangen itu,” ungkap Dhini kepada Youngster.id.
Sebelum bekerja dia memang sempat aktif terlibat di Indonesia Mengajar selama satu tahun. Keterlibatan dengan kegiatan sosial ini yang membuat Dhini tidak ragu memilih terjun sebagai sociopreneur. Bahkan, dia sempat membuat koperasi dan aplikasi pertanian. Namun tawaran dari Jessie dan Ronny lah yang kemudian memenangkan hatinya.
Dhini mengatakan, ide GandengTangan muncul karena keresahan ada lebih dari 50% penduduk di Indonesia memiliki penghasilan di bawah US$ 2, dimana itu adalah indikator global untuk kemiskinan.
“Kemiskinan tidak bisa dihentikan hanya dengan sumbangan amal. Setiap orang harus diberikan kesempatan dan harapan untuk mendapatkan akses pendanaan yang tepat agar mereka bisa mengubah hidup mereka sendiri,” ucapnya.
Menurut dia, ketika masyarakat yang ada di dalam garis kemiskinan “terbiasa” diberi donasi, akan sulit bagi mereka mandiri secara finansial. Donasi tetaplah penting pada situasi kritis, misalnya bencana alam. “Tapi kalau kita ingin menghapuskan kemiskinan, kita harus memberikan mereka suatu ”pekerjaan rumah” yang membuat mereka termotivasi untuk berpikir, belajar, dan berjuang. Sehingga cara cukup efektif untuk mengentaskan kemiskinan adalah memberi mereka kesempatan untuk lebih sehat, lebih mandiri, lebih berdaya, dan lebih berpengetahuan,” paparnya.
“GandengTangan memasilitasi pinjaman tanpa bunga karena kita percaya bahwa wirausaha mikro dan kecil bisa bertumbuh cepat apabila diberikan kesempatan untuk tumbuh. Dan pinjaman yang diberikan akan memberikan manfaat sosial yang lebih besar berkali lipat, apabila imbal hasilnya diputar kembali untuk mengembangkan usaha mikro dan kecil yang sedang tumbuh,” jelasnya.
Rahasia
Gandengtangan.org mulai diperkenalkan pada Maret 2016. Menurut Dhini saat itu mereka baru membuat proyek sedehana dan melibatkan beberapa teman saja. Dan tidak mudah memperkenalkan konsep penggalangan dana.
“Karena ini pinjaman tanpa bunga, orang berpikirnya langsung ke investasi ada financial return. Sedangkan yang mau kita lakukan adalah berupa pinjaman nol persen. Jadi GandengTangan itu hybrid, antara donasi dengan invesment di tengah-tengah. Jadi orang masih kayak bingung gitu,” ucapnya sambil tersenyum.
Berbeda dengan crowdfunding, konsep crowdlending yang diusung oleh GandengTangan memberikam lebih banyak kesempatan setiap orang yang ingin berperan dan meminjamkan dana mereka, minimal Rp 50 ribu, dengan bunga 0%.
Dhini menjelaskan, Bagi para pemilik usaha sosial yang ingin dapat menggunakan layanan GandengTangan mereka perlu mengajukan sebuah proposal terlebih dahulu. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: usaha yang mereka jalankan harus berlandaskan sosial, memiliki model bisnis dan memiliki sumber pemasukan yang jelas, setidaknya usahanya minimal sudah berjalan selama enam bulan, dan tidak dalam posisi pailit.
Jika proposal yang mereka ajukan diterima, peminjam bisa merilis proyeknya dan dapat melakukan kampanye untuk penggalangan dana dengan durasi maksimal hingga 45 hari. Keuntungan bagi para para pemilik usaha, mereka tidak akan dikenakan bunga pinjaman sama sekali. Namun dana yang sudah disumbangkan oleh para donatur nantinya akan dikembalikan lagi secara berkala oleh para peminjam.
Untuk para donator, kata Dhini, GandengTangan memiliki sistem gamification. Jadi nantinya para donatur yang telah berdonasi akan mendapatkan sebuah reward dari setiap donasi yang telah mereka keluarkan. Dengan cara ini, para donatur bisa meminjamkan modal lagi kepada para pemilik usaha lain. “Jadi dengan sistem ini akan tercipta atmosfer yang baik dimana antara pemberi donatur dan si pemohon donatur dapat saling terus bersinergi,” jelas Dhini.
Membangun startup ini membuat gadis kelahiran Bogor, 2 Februari 1988 ini harus bekerja keras. “Kami suka kerja over time, bahkan saat libur kita tetap harus bekerja untuk memikirkan bagaimana bisnis ini ke depan. Karena ini bukan bisnis yang memikirkan profit semata,” ucap pengagum Emil Salim dan Muhammad Yunus itu.
Dhini sempat merahasiakan aktivitas ini kepada kedua orang tuanya. “Awalnya orang tua tidak tahu dengan apa yang saya kerjakan di GandengTangan. Mereka hanya tahu saya bekerja di bank dan pulang malam setiap hari, dan Sabtu – Minggu selalu sibuk,” kisahnya sambil tersenyum.
Rahasianya itu terbongkar ketika orang tuanya melihat Dhini dalam liputan salah satu stasiun televisi tentang Gandengtangan.org. “Orang tua sempat kaget, loh inikan kaka. Setelah mereka tahu disitu juga saya baru cerita. Awalnya mereka meragukan: kayak apaan sih, ngapain sih itu. Tapi setelah saya jelaskan sama orang tua saya, akhirnya mereka men-support, ndak melarang lagi kalau aku kerja Sabtu dan Minggu,” ungkap Dhini.
Tulus Membantu
Dhini menyadari kalau bisnis ini bukan sekadar cari uang dengan hasil besar. Bahkan penghasilan yang diperoleh saat ini jauh lebih kecil daripada ketika dia bekerja di bank. Namun dia mengaku tidak mempermasalahkan itu. “Hasilnya masih kecil. Saya memang sudah menyiapkan sebelum masuk ke startup. Pastinya saya juga sudah saving buat setahun ke depan. Dan itu berlaku untuk semua founder di GandengTangan,” ungkapnya.
Lalu dari mana GandengTangan mendapatkan keuntungan? Menurut Dhini, fee base income diperoleh dari 5% dari total pinjaman proyek yang terdanai. Hal itu karena, tipe usaha rintisan digital seperti GandengTangan berada di tengah, antara konsep wirausaha sosial dengan usaha rintisan digital. Satu sisi tidak memikirkan profit, sisi lain membutuhkan profit untuk berkembang.
Hingga kini GandengTangan telah berhasil menghimpun dana pinjaman hingga mencapai Rp 300 juta. Telah ada terlibat 600 pendana indvidu, 12 unit usaha yang terdanai, dan sekitar 3.320 orang yang menerima manfaat, tersebar mulai dari Tangerang, Jakarta, Kutai-Kartanegara, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Beberapa UMKM yang tergabung dalam GandengTangan.org, seperti: Desy Catering, Sorgum Mama Tata, dan Pioneer Tahu-Tempe Organik.
Diakui Dhini, startup ini masih mengalami pasang surut. “Yang bikin kita tetap mau menjalani GandengTangan adalah ketika mendengar cerita dari si penerima pinjaman. Misal kelompok tani ibu-ibu yang sudah bisa bayar sekolah anaknya dari usaha mereka sendiri. Nah cerita-cerita semacam ini akhirnya kita bisa tetap jalan,” ucapnya.
Ke depan, Dhini berharap akan makin banyak orang yang mau dengan tulus membantu, sehingga dampak dari bisnis ini semakin besar. “Jangan berpikir hanya soal income tapi juga apakah ada impact-nya bagi orang lain,” pungkasnya.
==================================
Dhini Hidayati
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor 02 Februari 1988
- Pendidikan : Sastra Cina, Universitas Indonesia 2000 (S1)
- Perusahaan : Yayasan Gandeng Tangan Indonesia
- Aplikasi : Gandengtangan.org
Kinerja GandengTangan :
- Saat ini telah berhasil menghimpun dana pinjaman hingga mencapai Rp 300 juta.
- Sudah ada terlibat 600 pendana indvidu, 12 unit usaha yang terdanai, dan sekitar 3.320 orang yang menerima manfaat, tersebar mulai dari Tangerang, Jakarta, Kutai-Kartanegara, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
- Sudah ada beberapa UMKM yang mendapat pendanaan dari GandengTangan, seperti: Desy Catering, Sorgum Mama Tata, dan Pioneer Tahu-Tempe Organik.
Prestasi
- Top 3 winner Nextdev Competition 2015
- Nastional Finalist Asean Impact Challenge 2015
================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post