youngster.id - YOUNGSTERS.id – Kegemaran Donny Orlando akan kopi dimulai sejak kuliah. Beban tugas kuliah dan penelitian bisa jadi lebih enteng dengan seteguk seduhan kopi. Tak disangka, minuman ini kemudian menjadi bisnis utamanya. Tak sekadar berbisnis, dia juga punya idealisme untuk mengangkat citra kopi lokal menjadi lebih bernilai di mata masyarakat.
“Awal saya kenal kopi ketika duduk di bangku kuliah. Kalau sudah stres mengerjakan tugas, minum kopi menjadi penenangnya. Saat itu tidak terpikirkan sama sekali kalau saya akan memiliki usaha di bidang kopi,” ungkap Donny kepada Youngsters.ID saat ditemui di Jakarta.
Sarjana Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gajah Mada ini adalah pemilik brand kopi Delizioso Coffee. Bubuk kopi ini merupakan hasil dari pengolahan biji kopi Lintong, Sumatera Utara.
Kopi Lintong memang tengah menjadi primadona baru para penikmat kopi dunia. Ini adalah jenis kopi yang dikenal dengan single origin, jenis kopi yang tidak dicampur dengan jenis kopi lainnya. Kekentalannya bagus, keasaman medium ke atas, dengan cita rasa yang pahit namun manis di akhir kecapan.
Akan tetapi, menurut Donny, kualitas kopi lokal ini masih kurang mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia. Untuk itu, lewat Delizioso Coffee ia punya idealisme untuk mengangkat nilai kopi lokal, terutama kopi Lintong di mata masyarakat lokal. “Saya ingin menyajikan bahwa kopi lokal pun bisa memiliki cita rasa yang tinggi, berkualitas namun dapat dinikmati dengan harga terjangkau,” ucap Donny.
Mulai dari Nol
Donny mulai membangun bisnis ini awal tahun 2013. Dia berkisah, usaha ini bermula dari keterpaksaan. Dirinya baru saja berhenti bekerja dari salah satu perusahaan agricultur di Jakarta karena ketidakcocokan manajemen. Peristiwa itu membuat pria kelahiran Medan, 26 September 1989 ini memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya dan mencoba usaha dari nol.
“Saya sempat kerja serabutan, bahkan sempat jualan susu kedelai. Sampai saya ikut ajakan keluarga berkunjung ke daerah pertanian di Lintong, sekitar enam jam dari Medan jaraknya. Di sana melihat luasnya lahan pertanian kopi terpikir untuk berbisnis kopi. Apalagi saya melihat peluang lewat tumbuhnya kafe-kafe kopi di mana-mana,” ungkapnya.
Meski memiliki ilmu pertanian selama sekolah, Donny tidak terburu-buru membuat keputusan. Apalagi awalnya dia hanya mengenal kopi jenis robusta Sidikalang. Dia pun mengejar pengetahuan dengan mengikuti pelatihan uji cita rasa kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (ICCRI). Barulah dia benar-benar memutuskan untuk terjun ke bisnis ini.
Berbekal modal pinjaman dari orang tua sekitar Rp 200 juta, Donny pun mulai bisnis kopi. Dia mulai membeli mesin roasting untuk kapasitas 1 kg dan mulai melakukan roasting, yakni pengeringan biji kopi sendiri. Berkali-kali uji coba dia lakukan dan menghabiskan hingga 100 kg biji kopi. Itu untuk mendapatkan tingkat roast spesifik yang menghasilkan kopi dengan rasa dan aroma istimewa.
“Semua saya kerjakan sendiri. Maklum dana saya dapat dari pinjaman orang tua, ada tantangan dan tanggungjawab agar ini bisa berhasil dan bisa mengembalikan pinjaman tersebut,” ucap Donny sambil tersenyum.
Dia awalnya memproduksi kopi bubuk bermerek Tungku Mas. Namun melihat prospeknya jauh lebih baik untuk dipasarkan di ibukota negara, maka Donny pun mengalihkan usaha ke Jakarta. Dia pun membangun merek dagang Delizioso Coffee. “Biar lebih trendy. Nama itu terinspirasi oleh kepopuleran kopi Italia,” ungkapnya.
Bangun Kemitraan
Berbeda dengan pengusaha kopi lainnya, Donny tak sekadar membeli biji kopi lalu diolah, ia memutuskan untuk berhubungan langsung dengan petani sehingga bisa mendapatkan biji kopi yang berkualitas.
Lewat seorang kerabat dia berhasil mengenal para petani di perkebunan marga Siregar. Perkenalan itu ternyata tidak membuat bisnisnya jadi lebih mudah. Donny mengaku sempat terkejut karena perkebunan yang dia temui telah berusia sekitar 20 tahun, dan tidak terurus dengan baik.
“Waktu itu kacau. Saya lihat di Jember perkebunannya tertata rapih sekali. Tingginya tidak lebih tinggi dari manusia sehingga panennya mudah. Sebaliknya, di Lintong saya mendapati perkebunan yang tidak berpola. Tanamannya tumbuh begitu saja, tanpa dirawat dengan benar,” kisahnya.
Keadaan ini membangkitkan idealisme Donny. Dia pun mendekati para petani dan memberikan mereka pengetahuan tentang pengolahan lahan pertanian yang baik. Dia berdialog dengan para petani dan menawarkan mereka teknik pengolahan kopi yang bisa lebih bernilai tinggi. Bahkan Donny berani menawarkan harga yang lebih tinggi jika para petani bisa memberikan produk yang baik dan menjaga kualias.
“Sayangnya petani di kita ini mereka punya kebun tetapi tidak punya sistem pengolahan sendiri. Sesudah panen mereka hanya mengolah satu tingkat saja, yakni level menjemur setengah basah yang kemudian dikumpulkan ke pengepul,” ungkap Donny.
Meski demikian Donny tetap berusaha untuk berbagi ilmu dengan para petani mitranya. Meskipun mereka tidak menjual hasil padanya. “Saya ini hanya kecipratan dari sebagian besar hasil panen mereka. Tetapi saya cukup senang jika hasil panen mereka bisa lebih baik,” katanya bersemangat.
Di sisi lain, kemitraan dengan petani ini memberi Donny pengetahuan dalam memilih biji kopi. Sebelumnya dia mengaku sempat berkali-kali tertipu. Mulai dari mendapat kopi yang tidak sesuai dengan sample awal penawaran, hingga kopi berjamur. “Sekarang saya sudah bisa tahu hanya dengan melihat biji saja dari daerah mana asal biji kopinya. Dan tidak bisa ditipu lagi,” kata suami dari Boni itu.
Bapak satu anak ini memang gigih berbisnis kopi. Padahal satu tahun pertama usaha ini, ia nyaris tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Meski demikian dia tidak menyerah. Strategi pun dia ubah. Dia mulai menawarkan kemitraaan dengan para penjual kopi. Kerjasama itu dalam bentuk kepemilikian mesin seduh kopi merek Java Coffee Machine.
“Saya pikir tidak akan bisa mewujudkan tujuan untuk meningkatkan penjualan kalau konsumsi akan produk tidak besar. Sedangkan kalau kedai kopi pasti tidak akan kuat untuk membeli mesin seduh kopi yang harganya ratusan juta. Karena itu saya terpikir untuk menyelaraskan penjualan produk kopi dengan ketersediaan mesin yang harganya terjangkau,” jelas Donny.
Dengan harga mesin kopinya yang terjangkau, dia kini berhasil membangun 20 kemitraan dengan para pedagang kopi se-Jabodetabek. Dia juga berhasil meningkatkan omset penjualan hingga 200 kg per bulan. Meski masih “main” di skala UKM, tetapi Donny berharap dengan bisnisnya ini dia dapat meningkatkan minat masyarakat akan kopi lokal, khususnya Lintong.
“Saya ingin semakin banyak orang mau menikmati kopi lokal yang enak seperti Lintong dengan harga yang terjangkau. Sebab kalau bukan kita yang mengkonsumsi dan bangga dengan kopi kita sendiri bisa jadi suatu hari industri kopi kita akan hilang digantikan produk impor,” ucap Donny.
=============================================
Donny Orlando
- Tempat Tanggal Lahir : Medan , 26 September 1989
- Pendidikan: Sarjana Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gajah Mada
- Nama Istri : Boni
- Nama Usaha : Anugerah Tungku Mas
- Merek Produk : Delizioso Coffee , dan JAVA Coffee Machine
- Alamat Perusahaan/Penjualan : Sentra Kosambi Blok I2/52 Dadap, Tangerang
- Modal Awal : Rp 200 juta
- Omzet terakhir: Rp 20-25 juta / bulan
====================================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post