Senin, 29 September 2025
No Result
View All Result
youngster.id
Pratesis Ads
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development
No Result
View All Result
youngster.id
No Result
View All Result
Home Headline

Kevin Kumala : Terpanggil Untuk Melestarikan Alam Dengan Bioplastik

10 April 2017
in Headline, Sociopreneur
Reading Time: 6 mins read
Kevin Kumala : Terpanggil Untuk Melestarikan Alam Dengan Bioplastik

Kevin Kumala, Founder & Chief Green Officer Avani Eco (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

0
SHARES
0
VIEWS

youngster.id - Selama ini sampah plastik punya reputasi sangat buruk. Bahkan, timbunan sampah plastik menjadi masalah dunia dan disebut-sebut sebagai penyebab pemanasan global, polusi, dan berbagai masalah lingkungan lainnya. Namun sebuah inovasi telah menghadirkan kantong plastik ramah lingkungan, bahkan bisa dimakan.

Publikasi di jurnal Science mengungkap, tahun 2010 saja dunia menghasilkan plastik sebanyak 12 juta ton. Bahkan, Indonesia tercatat sebagai penghasil sampah plastik terbesar kedua setelah China, yaitu 1,8 juta ton per tahun. Dan jika terus terjadi diperkirakan bumi akan segera menjadi planet yang dipenuhi plastik.

Toh, masalah sampah plastik ini tampaknya mulai dapat dipecahkan. Seorang anak muda melakukan inovasi: membuat tas plastik yang aman dikonsumsi. Dalam sebuah kampanye penggunaan bioplastik, dengan tagline “I am Not Plastic”, diperagakan: kantong plastik itu dipotong-potong, lalu diaduk dalam gelas berisi air panas. Hebatnya, secara instan potongan plastik itu larut, kemudian diminumnya.

“Produk bioplastik buatan Avani aman dan tidak beracun. Sebab, bahannya berasal dari singkong yang bisa menjadi sumber daya yang baik untuk produk-produk biodegradable. Dan, pastinya, produk itu dihasilkan melalui proses riset dan pengembangan yang cukup lama,” klaim Kevin Kumala, saat ditemui Youngsters.id baru-baru ini di Jakarta.

Kevin merupakan founder, sekaligus Chief Green Officer Avani Eco—sebuah perusahaan rintisan berbasis sains asal Bali yang menawarkan beragam produk ramah lingkungan. Termasuk kantong plastik yang dapat terurai dan tidak berbahaya bagi alam dan makhluk lainnya.

Menurut Kevin, saat ini banyak produk bioplastik yang dipasarkan sebagai produk “ramah lingkungan” namun tidak memberikan keuntungan kepada lingkungan. Kantong plastik yang bisa didaur ulang itu seringkali masih menghasilkan residu beracun yang membuatnya berbahaya untuk kehidupan laut dan tanaman. “Bahkan produk ini sering tidak terdaur ulang seperti klaim awalnya, yang pada akhirnya menghasilkan kematian bagi ribuan mahluk laut dan berbahaya jika dikonsumsi manusia,” ungkap Kevin.

Pertengahan Maret 2017, Kevin terpilih mewakili Indonesia di festival industri kreatif South by South West (SXSW) yang diadakan di Austin, Texas, Amerika Serikat. Di sana, ia menampilkan solusi bagi masalah plastik dunia, yaitu melalui produk biodegradable yang aman yang dikembangkan Avani Eco.

 

Karena Kecintaan Pada Alam

Niat dan semangat Kevin untuk mengembangkan produk ramah lingkungan, seperti kantong plastik biodegradable, bermula dari kecintaannya akan alam. Pemuda yang hobi surfing dan diving ini tidak terima melihat lokasi yang dia datangi ternyata tercemar oleh plastik.

“Waktu saya diving dan surfing yang saya temui bukan lagi pasir putih, bukan lagi ombak biru yang dilihat dan dinikmati. Tetapi ketika nyebur ke laut semua terumbu karang tersumbat oleh plastik. Bahkan saya berenang melawan arus plastik dan surfing di atas ombak plastik. Semua terganggu dan unsur utamanya adalah plastik,” kisah Kevin.

Baca juga :   e-Recycle, Aplikasi Pengelolaan Sampah Plastik Terintegrasi

Hal itu juga membuat Kevin menyadari betapa besar dampak sampah plastik. “Bayangkan jika setiap hari, tiap warga Indonesia yang jumlahnya 250 juta menggunakan satu sedotan plastik sepanjang 20 cm dan langsung membuangnya. Sedotan yang semula cuma printilan ini jadi masalah karena sampah yang terakumulasi bila direntangkan bisa mencapai 5.000 kilometer, setara jarak Jakarta ke Sydney,” ucapnya lagi.

Alumni Biology Science, University Of Student California itu tak rela hal itu terus terjadi. Tak memilih cara protes yang lantang, Kevin lebih berusaha mencari solusi bagaimana menggantikan sampah plastik itu menjadi produk yang lebih ramah lingkungan. Bagaimana plastik yang memiliki nilai praktis dan kuat untuk digunakan sekaligus dapat terurai dan tidak berbahaya bagi alam dan makhluk hidup lainnya.

Setelah melalui riset yang cukup panjang, Kevin pun memberanikan diri membangun Avani Eco pada tahun 2014. Selain membuat kantong plastik yang bisa dimakan ini, Avani juga sudah memiliki beberapa produk ramah lingkungan lain, seperti jas hujan plastik ramah lingkungan, dan sedotan plastik dari pati jagung.

Dan, tentunya, bukan hanya berkutat di bahan plastik ramah lingkungan, Avani juga memiliki produk beberapa produk ramah lingkungan lainnya (non-plastic). Antara lain: styrofoam dari bahan ampas tebu, yang terdekomposisi dalam 90 hari, papercup dari pati jagung dan sendok makan dari bahan kayu yang biodegradable. “Banyak produk lain yang temanya disposable plastic,” ungkap Kevin.

 

Riset yang Panjang

Sejatinya, produk bioplastik yang dikembangkan Kevin tersebut bukanlah barang baru. Sejak tahun 1990, perusahaan di Eropa sudah memproduksi bioplastik dari jagung, serat bunga matahari. Namun, jika memproduksi bioplastik dari bahan yang sama, maka biayanya akan mahal.

Bahkan, banyak mahasiswa Indonesia telah melakukan penelitian pembuatan plastik dari pati singkong, ganyong, gembili, bahkan kulit pisang. Namun Kevin ingin mewujudkan gagasan itu menjadi nyata. Untuk itu, sejak tahun 2013 ia serius melakukan penelitian laboratorium guna menghasilkan bioplastik dengan ketahanan tinggi. Kandungan dalam pati yang memengaruhi kualitas bioplastik adalah kandungan selulosa dan amilosa.

Kevin pun mencari alternatif, dan menganggap singkong adalah bahan bagus. Apalagi tanaman ini banyak tersedia di Indonesia. “Di Indonesia produksi singkong 20 sampai 25 ton per tahun,” jelasnya.

Baca juga :   Plastic Bank Indonesia Cegah 40 Juta Kilogram Sampah Plastik dari Pencemaran di Laut

Menariknya, pemuda yang juga mengambil pendidikan Dokter Gigi itu tidak menggunakan singkong mentah. Melainkan yang sudah berbentuk tepung. Jenis tepung yang dipakai adalah industrial grade yang biasa dipakai untuk pakan ternak. Bisa dikatakan, tepung itu adalah buangan karena kadar patinya minim.

Menurut Kevin, ada tantangan besar untuk mewujudkan gagasannya tersebut. Selain butuh riset yang tekun untuk menghasilkan bioplastik berkualitas, juga biayanya tinggi. Kevin mengaku sempat kesulitan mendapatkan dana untuk risetnya. Toh, tanpa mau menyebut sumber pendanaan, Kevin menyebutkan ia mesti mengucurkan modal awal hingga Rp 200 juta.

Kendati begitu, ketekunan Kevin dalam melakukan riset berbuah hasil. Bioplastik buatan Avani Eco berhasil mendapat sertifikasi legal dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Bahkan, bioplastik Avani juga sudah mengantongi sertifikasi Oral Toxicity Test.

“Produk Avani ini sama sekali aman. Bahkan tidak hanya ramah bagi lingkungan di atas tanah, tapi juga ramah bagi lautan,” ujar Kevin bangga. “Teknologinya mungkin tidak baru, tetapi ada satu keunggulan yang kami banggakan yaitu produk kami sudah lulus toxicity test sehingga aman jika terkonsumsi oleh hewan laut,” klaim Kevin bangga.

Lebih dari itu, produk Avani pun mulai dilirik pasar. Ketika Kevin merasa produknya sudah siap dipasarkan, ia pun menawarkannya kepada para pelaku industri, seperti perhotelan dan restoran. Hasilnya, pada Februari 2017 Ritz Carlton Hotel menjadi klien pertamanya.

Hasil itu kian menambah semangat Kevin. Ia pun menggencarkan promosinya melalui sosial media. Pemasaran produk Avani yang semakin meluas turut mendorong perusahaan penerbangan milik BUMN Garuda Indonesia ikut menggunakan bioplastik Avani untuk pembelanjaan dalam penerbangannya.

“Bersyukur, semakin hari produksi selalu meningkat. Aku lupa jumlahnya kalau sekarang, tetapi kami sudah bisa mengekspor untuk 26 negara,” klaim Kevin dengan bangga.

Kapasitas produksi Avani meningkat pesat dalam setahun. Jika pada awal 2016 produksinya 0,2 ton per hari, saat ini produksinya mencapai 4 ton per, dengan memperkejakan 130 orang karyawan. Dari total hasil produksi tersebut, sekitar 80%-nya diekspor. Menariknya, kini tujuan ekspornya bukan hanya ke negara-negara barat, tetapi juga ke negara seperti Rwanda, Kaledonia Baru, Madagaskar, Tanzania, dan sebagainya. Secara keseluruhan ekspor produk Avani masuk ke negara-negara di kawasan Asia, Eropa hingga Afrika.

 

Produk bioplastik Avani Eco yang aman dan ramah lingkungan (Foto: Istimewa/Youngsters.id)

 

Ingin Ikut Melestarikan ALam

Keunggulan produk Avani ini, selain aman dan ramah lingkungan, harga jualnya juga cukup kompetitif. Jika kantong plastik biasa butuh waktu ratusan tahun untuk bisa terurai, kantong plastik milik Avani bisa larut secara instan dalam air jika menggunakan air panas. Tetapi, dalam air dingin bioplastik ini akan menjadi lunak dan kemudian terurai atau berubah menjadi karbondioksida, air dan biomassa dalam hitungan beberapa bulan (90 hari) secara alami.

Baca juga :   Program Sahabat Sekolah 3.0, Kumpulkan 2,7 Ton Sampah Plastik untuk Daur Ulang

Kendati begitu, dengan semua keunggulan itu, harga kantong bioplastik Avani tak jauh berbeda dengan kantong plastik biasa. Menurut Kevin selisih harga untuk kantong plastik bioplastik dengan kantong plastik polyester berkisar Rp 2000 – Rp 3000. Sementara untuk sedotan, selisih harganya cuma Rp 80.

“Boleh dibilang harga mahal tak bisa dibohongi, namun uang dalam jumlah sedikit itu bisa memberi dampak besar. Dampak positifnya adalah kematian hewan laut dan akumulasi racun tak terduga akibat penggunaan plastik polystyrene dapat berkurang drastis,” ucap Kevin.

Menurut Kevin, ke depan ada banyak rencana pengembangan yang akan dilakukannya. Hanya saja belum dalam waktu dekat. “Pengembangan sudah ada. Melihat keberhasilan ini, tentunya membuat kami terus berupaya melakukan inovasi baru,” tegas Kevin.

Disebutkan Kevin, beberapa rencana pengembangan produk yang akan dibuatnya, seperti: membuat sisir dari sekam padi, membuat sendok dan garpu dari bahan brem sehingga bisa juga untuk dimakan.

“Jadi banyak banget prototype yang masih bisa kami lakukan ke depannya. Termasuk alternatif energi, mikro alga, dan alternatif fuel, yang nanti akan kami kembangkan juga, “ jelasnya.

Meskipun sekarang telah bisa dikatakan sebagai pengusaha sukses, Kevin mengaku tak melulu memikirkan profit. Terpenting bagi dia, jika lebih banyak orang lagi di dunia mau menggunakan bioplastik, maka kematian hewan laut dan akumulasi racun tak terduga akibat penggunaan plastik polystyrene dapat berkurang drastis.

“Bukan hanya profit, tapi di sini ada purpose yang ingin saya capai sebagai pengusaha sosial. Panggilan saya di dunia ini adalah untuk melestarikan alam, kreasi buatan-Nya agar generasi berikutnya juga bisa menikmati,” pungkasnya.

 

================================================

Kevin Kumala

  • Tempat Tanggal Lahir     : Jakarta 21 Mei 1985
  • Pendidikan                         : S1, Biology Science, University Of Student California,  S2, BSM Program (Dokter Gigi), & MM, Bisnis Management, Bina Nusantara
  • Nama Usaha                      : Avani Eco
  • Jabatan                            : Founder & Chief Green Officer
  • Mulai Usaha                       : Februari 2014
  • Modal                                   : Rp. 200 juta
  • Jumlah Karyawan             : 130 orang

Prestasi           :

  • Most Avalaible Bisnis Indonesia
  • Startup Unicorn
  • Terpilih mewakili Indonesia pada festival industri kreatif South by South West (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat, Maret 2017

============================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Tags: Avani EcobiopalstikKevin Kumalaproduk biodegradableramah lingkungansampah plastik
Previous Post

Bidik Anak Muda Milenial, XL Axiata Luncurkan “AXIS HITZ”

Next Post

Digital Popular Brand Award 2017, Unjuk Popularitas Brand Di era Digital

Related Posts

polusi plastik
News

Aturan Global dan Kerja Sama Multi Pihak Kunci Mengatasi Polusi Plastik

21 November 2024
0
Asus Hadirkan Laptop AI Berperforma Maksimum, Penampilan Premium dan Ramah Lingkungan
News

Asus Hadirkan Laptop AI Berperforma Maksimum, Penampilan Premium dan Ramah Lingkungan

1 November 2024
0
Frisian Flag Indonesia x Re>Pal
Headline

Frisian Flag Indonesia Investasikan Rp21 Miliar untuk Atasi Sampah Plastik

25 November 2023
0
Load More
Next Post
Digital Popular Brand Award 2017, Unjuk Popularitas Brand Di era Digital

Digital Popular Brand Award 2017, Unjuk Popularitas Brand Di era Digital

Waze Fokus Ke Indonesia

Waze Fokus Ke Indonesia

Tel-U Berprestasi di Ajang Kompetisi Padus Nasional

Tel-U Berprestasi di Ajang Kompetisi Padus Nasional

Discussion about this post

Recent Updates

influencer kecantikan

Digital Marketing & Influencer Dorong Pertumbuhan Klinik Kecantikan

29 September 2025
Harbolnas

Empat Strategi Memaksimalkan Harbolnas di Era Konsumen yang Kian Selektif

29 September 2025
UmrahCash x VIDA

Kolaborasi UmrahCash dan VIDA Hadirkan Dompet Digital Syariah

29 September 2025
XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

29 September 2025
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

Dera Perdana Shopian : Ajak Milenial Berdonasi Digital

27 Juni 2019
Startup Hayokerja

Startup HayoKerja Hadirkan Solusi PHL bagi Perusahaan Pencari Tenaga Kerja

25 September 2023
pendanaan Fintech

Inilah 5 Fintech dengan Pendanaan Terbesar di Indonesia Tahun 2025

15 Mei 2025
Fastwork Raih Pendanaan Seri A US$4,8 Juta

Fastwork Luncurkan Fitur Baru Untuk Pengguna Jasa Freelancer

11 Agustus 2020
Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

Junaidi : Bikin Bimbel Karena Cinta Jadi Guru

0
Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

Brother Indonesia Rilis Aplikasi Mobile Brother iShop

0
Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

Bangun Bagian Dapur, IKEA Dukung Pembuatan Film “Ini Kisah Tiga Dara”

0
Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

Ferdian Yosa : Menangkap Tren di Bisnis Kuliner

0
influencer kecantikan

Digital Marketing & Influencer Dorong Pertumbuhan Klinik Kecantikan

29 September 2025
Harbolnas

Empat Strategi Memaksimalkan Harbolnas di Era Konsumen yang Kian Selektif

29 September 2025
UmrahCash x VIDA

Kolaborasi UmrahCash dan VIDA Hadirkan Dompet Digital Syariah

29 September 2025
XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

XLSMART Integrasikan Pusat Operasi Jaringan Terpadu Customer Experience dan Service Operation Center

29 September 2025
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Layanan Bisnis
Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved
No Result
View All Result
  • News
  • Technopreneur
  • Creativepreneur
  • Sociopreneur
  • Innovation
  • Youth Development

Copyright © 2016 - PT Inovasi Muda Mandiri. All rights reserved

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.
Go to mobile version