youngster.id - Selain memiliki kekayaan alam yang berlimpah, Indonesia juga dipercaya oleh negara-negara lain sebagai produsen tanaman rempah dengan kualitas terbaik. Belakangan ini, konsumsi jamu dipercaya dapat meningkatkan imun tubuh untuk melawan virus. Bisnis ini pun jadi semakin menarik.
Bagi masyarakat Indonesia, jamu sudah menjadi minuman warisan yang telah ada sejak lama. Berasal dari bahan alami yang tumbuh subur di Nusantara, minuman herbal ini sudah menjadi bagian dari budaya dalam menjaga kesehatan.
Kini industri jamu dan obat tradisional di dalam negeri telah berkembang lebih jauh sebab didukung ketersediaan bahan baku yang sangat melimpah. Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) mendata ada lebih dari 30.000 varietas yang tergolong tanaman obat dan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai formulasi dan varian produk jamu.
Di tengah pandemi Covid-19 produk jamu diyakini dapat meningkatkan imun tubuh untuk mencegah penyakit. Tak heran jika permintaan akan produk ini meningkat pesat. Peluang ini pun ditangkap oleh Nur Hatta Kresna Tri Aditya, pemilik produk olahan rempah dengan brand Rahsa Nusantara yang berada di Bandung, Jawa Barat.
“Ide bisnis ini adalah untuk melestarikan budaya khas daerah, serta menunjung nilai lokal dan peduli pada masyarakat dan lingkungan,” ucap Krisna, Founder & CEO Rahsa Nusantara saat dihubungi youngster.id.
Menurut dia, kearifan lokal yang diwariskan nenek moyang menjadi inspirasi dari bisnis ini. “Kondisi alam tropis yang lembab dan panas menjadi tempat bertumbuhnya jamur, bakteri dan virus. Namun nenek moyang kita sudah lama memiliki solusi akan masalah tersebut, yaitu rempah dan herbal. Itu yang mendorong kami untuk mengadopsi dan menghadirkan produk Rahsa Nusantara yang menghadirkan produk-produk dengan kearifan lokal yang dikemas dengan gaya yang lebih kontemporer sehingga mampu kembali dinikmati oleh generasi masa kini,” papar Krisna.
Menariknya, usaha ini memberdayakan kaum perempuan di sekitar rumah produksi mereka di kawasan Dago, yang termarjinalkan secara pendidikan dan pendapatan. Sehingga mereka mampu menyokong kehidupan keluarganya ke arah yang lebih baik.
“Banyak para ibu menjadi semakin percaya diri untuk memasak makanan bagi keluarganya dengan produk alami dan memberikan kenikmatan bagi yang menyantapnya. Kami memberdayakan perempuan di sekitar rumah produksi kami di Dago, Kota Bandung yang termarjinalkan secara pendidikan dan pendapatan. Sehingga mereka mampu menyokong kehidupan keluarganya,” papar Kresna.
Pivot
Pemuda ini bercerita awal dia memulai bisnis F&B berupa wedangan dan angkringan di daerah Cilandak, Fatmawati, Jakarta sekitar tahun 2014. Usaha itu sempat mencapai omset Rp 60 juta per bulan. Namun bisnis ini tidak bertahan lama.
“Saya tidak mengerti mengapa secara omset begitu sukses, namun secara operasional, menggerogoti. Jatuh bangun dua kali di bisnis ini dan akhirnya kami meutuskan untuk pivot, dengan membuat produk kemasan dari minuman-minuman yang kami miliki,” tuturnya.
Keputusan yang dibuat pada awal 2016 itu, menurut Kresna, didorong semangat wirausaha. “Buat saya, dorongan menjalani usaha ini berevolusi dengan perkembangan bisnis, saya dan tim. Awalnya saya menjalankan bisnis ini untuk menambah penghidupan bagi keluarga saya, sesederhana itu. Namun meski di awal kami berkembang secara organik, banyak stakeholder kami yang memberikan kepercayaan besar kepada kami. Kepercayaan merupakan modal yang tak berbentuk, sehingga kami menilai perlu untuk merefleksikan kembali alasan menjalankan Rahsa Nusantara,” ungkapnya.
Krisna mengakui, untuk bisnis baru ini dia hanya membutuhkan modal sekitar Rp 150 ribu untuk membeli alat-alat seperti ulegan, bahan baku, saringan dan kemasan. Dengan itu dia mulai permproduksi rempah-rempah yang diolah menjadi jamu. Produk ini diperkenalkan melalui jaringan teman-teman, dan ternyata mendapat sambutan antusias.
“Kami memulai dengan membagikan produk-produk Rahsa Nusantara kepada teman-teman kami pada akhir bulan Januari tahun 2016. Ternyata mereka antusiasi dan menanyakan bagaimana cara membelinya dan mau untuk membantu menjual produk kami meskipun dengan sistem pre-order. Hal ini kami lakukan untuk mengukur dan meminimalisir risiko yang kami terima,” jelas bungsu dari 3 bersaudara.
Bahkan, lanjut Kresna, lima tahun sebelumnya mereka sudah melakuan riset akan produk rempah khas Indonesia.
Lelaki kelahiran Surakarta, 6 Januari 1988 ini mengungkapkan, awalnya mereka mulai penjualan dengan sistem pre-order melalui instant messenger (WA). Kemudian mulai berani titip jual produk-produk di toko dan rajin mengikuti bazaar. Ternyata permintaan terus meningkat. Bahkan, produk ini dapat masuk ke ritel modern seperti Kemchicks, dan Ranch Market di Jakarta.
Pada awal 2019 lalu, Rahsa Nusantara baru mulai berjualan di e-commerce Tokopedia, Shopee, Lazada dan beberapa lainnya. Hingga akhirnya Mei 2020 mereka membuka website sendiri yaitu, Rahsa.id dan menjual produk-produknya di sana.
Dengan konsep itu, usaha ini dapat berjalan dengan baik. Tercatat lebih dari 4000 pengguna telah merasakan manfaat setiap produk yang diluncurkan Rahsa Nusantara.
“Lebih dari 4000 penggunanya. Selama ini, kami masih berfokus di sekitar Jawa Barat, Namun untuk produk, kami sudah mencapai kota dan pulau besar di Indonesia,” klaim Kresna bangga.
Di luar keuntungan yang enggan dia beberkan, Krisna mengungkapkan ada hal yang tak kalah penting, yaitu manfaat rempah-rempah yang disuguhkan dalam bentuk jamu. Ternyata, rempah-rempah ini memberikan manfaat bagi tubuh manusia secara preventif dan promotif.
“Selain itu, masyarakat semakin mau mengenal budaya rempah-rempah Indonesia, mulai dari meminum jamu dan merasakan manfaat akibat rutin minum jamu. Karena manfaat jamu memberikan manfaat bagi tubuh manusia secara preventif dan promotif,” ungkap Kresna.
Perputaran Alam
Bisnis ini selain memanfaatkan kekayaan alam, juga melibatkan masyarakat sekitar. Bahkan menurut Krisna sejak pertama kali Rahsa Nusantara diluncurkan mereka telah memberdayakan perempuan di sekitar rumah produksi. Selain itu, mereka juga mengolah kembali sisa produksinya menjadi bahan-bahan yang mudah diserap oleh alam seperti pupuk dan pakan ternak. ”Sehingga terjadi perputaran bahan alam dengan baik,” ujar Kresna.
Seiring berjalan waktu, bisnis ini menghadapi tantangan termasuk persaingan yang cukup ketat. Namun Krisna melihat tantangan dalam bisnis sebagai penopang untuk berkembang lebih baik.
“Karena hampir seluruh masalah atau kendala yang dihadapi bergantung pada bagaimana tim melihat masalah tersebut dan bagaimana mental kita menyelesaikan masalah tersebut. Begitu kita mampu melihatnya secara holistik dan menemukan pertanyaan tepat yang dapat menyelesaikan masalah tersebut, kita mampu berkembang menuju fase berikutnya,” tegasnya.
Kresna menuturkan bahwa dirinya sangat memerlukan persaingan usaha yang sama ketika usaha berlangsung. Menurutnya, persaingan usaha yang selama ini ada merupakan teman untuk berkembang dan belajar bagi kemajuan Rahsa Nusantara di masa mendatang.
“Kami butuh yang namanya persaingan. Namun cara kami menghadapi persaingan adalah akar dari bagaimana kami mengembangkan apa yang kami usahakan,” ujarnya.
Kresna menerangkan Rahsa Nusantara menghadapi sejumlah fase persaingan. Di awal mereka harus menghadapi persaingan sesama pemain jamu di level Kota Bandung yang 4 tahun lebih dahulu memulai bisnisnya. Fase berikutnya bertemu dengan pemain yang lebih lama dengan modal finansial yang lebih kuat. “Namun sesungguhnya mereka ini merupakan teman berkembang dan belajar kami,” ujarnya.
Krisna memandang peluang bisnis yang dijalankan ini menjanjikan. Oleh karena itu, ia optimis bisnis yang dijalankannya itu akan dapat terus berkembang dan berkelanjutan. Apalagi, usaha yang dijalaninya saat ini tak lepas dan selalu mengangkat nilai-nilai lokal suatu daerah di suatu negara. Hal itu tentunya akan mendatangkan peluang baru baginya.
Selain persaingan, tantangan Rahsa Nusantara adalah edukasi masyarakat akan produk ini. Untuk itu, Kresna menegaskan, mereka terus berupaya untuk memberikan produk dan layanan yang sesuai kebutuhan masyarakat. Selain itu, juga terus meningkatkan layanan pelanggan lewat ekosistem yang mendukung untuk mengonsumsi produk bernilai lokal. Lagi, mereka terus mengembangkan varian produk baru.
“Harapan kami ke depan adalah mampu memberikan produk, layanan dan ekosistem yang membantu masyarakat Indonesia menikmati produk-produk bernilai lokal yang beretika pada masyarakat dan bumi,” pungkas Kresna.
=======================
Nur Hatta Krisna Tri Aditya
- Tempat Tanggal Lahir : Surakarta, 6 Januari 1988
- Pendidikan terakhir : MBA dari Institut Teknologi Bandung
- Usaha yang dikembangkan : Membuat minuman berbahan rempah-rempah
- Nama brand : Rahsa Nusantara
- Jabatan : Founder & CEO
- Mulai usaha : Januari 2016
- Karyawan : 33 orang
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post