Muhammad Ghufron Mustaqim dkk. : Ingin Berdayakan Jaringan Reseller Produk UMKM Melalui Social Commerce

Muhammad Ghufron Mustaqim, CEO & Co-founder Evermos (Foto: Dok. Evermos)

youngster.id - Keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu kunci bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di tengah masa pandemi Covid-19, banyak UMKM terpukul mundur. Meski demkian selalu ada jalan untuk bangkit kembali. Salah satunya dengan konsep ekonomi gotong royong.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini jumlah UMKM mencapai 64 juta atau 99,9% dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia. Lebih dari 60% PDB berasal dari UMKM dan lebih dari 90% tenaga kerja diserap oleh UMKM. Oleh karena itu, kondisi ini membuat geliat UMKM sangat berpengaruh, terutama bagi pertumbuhan perekonomian nasional.

Oleh karena itu, banyak pihak terus mendorong agar UMKM dapat bangkit dan berkembang di masa pandemi sekarang ini. Salah satunya adalah Evermos, platform pemberdayaan ekonomi yang memiliki jaringan reseller produk UMKM lokal. Startup social commerce ini didirikan di Bandung oleh Muhammad Ghufron Mustaqim, Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq pada November 2018.

“Evermos bertekad untuk membangun ekonomi gotong royong di Indonesia dengan menciptakan platform yang menjembatani antara lokal UMKM di sisi penawaran dan konsumen di sisi permintaan yang dibantu oleh reseller. Tiga pemangku kepentingan antara UMKM, reseller dan konsumen yang saling berhubungan dan saling diuntungkan jika mereka bergerak bersama. Dengan platform ekonomi gotong royong ini, Evermos bisa membangun sistem ekonomi baru yang lebih setara, inklusif dan kohesif,” papar Ghufron, yang bertindak sebagai CEO Evermos kepada youngster.id baru-baru.

Oleh karena itu, Evermos menyasar kota-kota tier 2 dan 3 di Indonesia, dan memiliki jaringan reseller yang akan menjual produk-produk dari UMKM lokal ke jaringan mereka.

Kini, Evermos telah memiliki hampir 75.000 reseller aktif yang tersebar di 504 kota dan kabupaten di Indonesia. Evermos juga telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 500 merek lokal yang produk-produknya dipasarkan oleh jaringan reseller-nya ke seluruh Indonesia.

 

Solusi Reseller

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada 29,12 juta angkatan kerja yang terkena dampak Covid-19 pada tahun lalu. Sebanyak 2,56 juta di antaranya menjadi pengangguran. Lalu, 760 ribu menjadi bukan angkatan kerja. Tak hanya itu, 1,77 juta orang tidak bekerja sementara atau dirumahkan.

Rupanya masalah ini yang mendorong Ghufron dan kawan-kawannya mendirikan Evermos. “Sebenarnya alasan yang mendorong kami untuk mendirikan platform ini, karena ketika itu melihat banyak orang yang menganggur. Angkanya cukup besar. Kami ingin membantu mereka dalam mendapatkan penghasilan. Selain itu, kami melihat jumlah UMKM di negeri ini yang besar jumlahnya. Kami lalu menggabungkan keduanya, agar mereka bisa sama-sama mendapatkan keuntungan,” ucap Gufron lagi.

Ghufron menilai, menjadi reseller merupakan salah satu solusi agar masyarakat bisa mendapatkan penghasilan. “Mereka bisa berbisnis tanpa modal,” ujar alumni Universitas Gadjah Mada itu.

Untuk itu, sejak awal Evermos memasilitasi masyarakat yang ingin menjadi reseller dan berjualan secara online. Produk yang dijual di media sosial lewat platform Evermos adalah hijab, pakaian muslim, buku, dan lainnya. “Data internal, top 20% reseller dapat penghasilan dan komisi Rp2,5 juta per bulan,” katanya.

Evermos menargetkan satu juta reseller dalam lima tahun ke depan. Untuk itu, perusahaan menambah berbagai layanan dan memberikan pelatihan. “Ada tim pelatihan yang berikan pendampingan agar menjadi reseller profesional,” ujarnya.

Perusahaan juga menggaet 500 merek lokal, dan ditarget 10 ribu dalam lima tahun. Evermos mengklaim, mereka bisa meningkatkan omzet 10%-20% setelah bergabung. “Tidak semua UMKM tentunya bisa bergabung di platform ini dan bagi UMKM yang sudah bergabung disini sebelumnya mereka telah melewati proses kurasi yang ketat dari tim Evermos sesuai standar yang telah kami tentunkan. Jadi disaat proses seleksi berlangsung itu, bagi UMKM yang lolos tadi kami minta juga harus siap terutama dalam menjaga kualitas produk sampai efektifitas penjualan mereka,” papar Ghufron.

Pria kelahiran Sleman Yogyakarta, 15 Mei 1991 ini mengaku mempunyai misi untuk memberdayakan dan menyejahterahkan pelaku UMKM dengan memperluas jangkauan dan skala konsumen mereka. Apalagi UMKM adalah pilar ekonomi penting yang berkontribusi terhadap 60% PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Indonesia dan menyerap 97% tenaga kerja.

“Komitmen kami adalah terus berupaya untuk memberdayakan UMKM karena 90% brand yang bermitra dengan Evermos merupakan UMKM,” ungkap Ghufron.

Menurut Ghufron, menyesuaikan harga pasar dalam setiap produk yang dijual di platform Evermos, juga menjadi salah satu syarat untuk para pelaku UMKM dapat bergabung di usaha rintisan ini.

“Kami ini platform e-commerce yang memang diperuntukan bagi para reseller. Jadi kalau untuk urusan harga ini yang pertama tentunya sudah disesuaikan dengan produk dan kualitas terbaik serta harus konsisten. Karena kalau mereka (reseller) ini jualan barangnya nggak sesuai gambar atau foto, mereka ini pasti malu sama teman atau tetangga. Termasuk sama konsumen yang ada di online. Makanya paling penting soal kualitas. Sedangkan terkait harga, karena ini produk lokal yang berkualitas, pasti kami minta harga yang terbaik. Ini tentunya menjadi salah satu sebagai syarat bagi pelaku UMKM untuk bisa masuk di Evermos yaitu supaya mereka bisa memberikan harga yang terbaik untuk setiap konsumennya,” tutur Ghufron.

 

Syariah

Menurut Ghufron, Evermos sebagai social commerce tentu ingin mendapatkan keuntungan dari setiap transaksi yang berlangsung.

“Tentu kami mengharapkan platform ini memberi keuntungan setiap transaksi yaitu keuntungan finansial. Keuntungan itu bervariasi mulai dari 10% hingga 30% dari setiap transaksi. Di luar itu ada bonus-bonus juga buat para reseller kami,” ungkapnya.

Meski demikian, dia mengaku bisnis Evermos punya tantangan tersendiri. Karena itu, meski banyak yang mengunduh aplikasi ini, tetapi hanya sekitar 300 ribuan reseller yang aktif.

“Tantangan kami dari sisi reseller adalah menjaga semangat mereka dalam berjualan. Sedangkan kalau dari sisi UMKM, karena mereka kurang memiliki pengalaman dan edukasinya terbatas kadang-kadang kualitasnya kurang konsisten. Sehingga ketika produk mereka sedang laris-larisnya malah jadi kurang produktif. Tetapi nggak masalah. Ini menjadi bagian dari pembelajaran semua pihak, karena kami ingin membantu. Dan, adanya tantangan ini justru membuat kami jadi lebih bersemangat,” ungkap Ghufron.

Menurut Ghufron, setiap bulan Evermos memberikan pelatihan melalui 500 koordinator reseller di semua wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Bahkan dalam 1,5 tahun terakhir, Evermos menghabiskan 12.000  jam untuk melakukan training kepada para resellernya.

Disinggung mengenai produk yang bisa bergabung dan siap dipasarkan oleh reseller Evermos, Ghufron menjelaskan ribuan produk dari ratusan merek asli Indonesia yang sebagian besar UMKM dan tersedia di Evermos sudah melalui proses kurasi untuk memenuhi sharia compliance sehingga dapat dipastikan berkualitas dan mudah untuk dipasarkan.

Ghufron menegaskan, Evermos mematuhi peraturan syariah dan memosisikan diri untuk fokus menggarap ekonomi halal (ekonomi Islam) bagi 87% penduduk Indonesia yang beragama Islam. Bahkan mayoritas reseller, UMKM dan pelanggannya beragama Islam. Dengan mematuhi peraturan syariah, Evermos bisa lebih inklusif dan mengakar, sekaligus membantu perusahaan untuk tumbuh secara berkelanjutan.

“Karena fokus Evermos pada inklusivitas, platform ini tidak eksklusif hanya untuk Muslim pada kenyataannya, banyak resellers dan pemilik merek juga non-Muslim,” ujarnya.

Terkait peluang dan kompetisi di sektor ekonomi halal ini, Ghufron mengatakan Evermos tidak terlalu memperhatikan persaingan karena potensi pasar ekonomi halal sendiri sangat besar.

“Kami menganggap pemain lain bukan sebagai kompetitor, tetapi sebagai partner. Perlu banyak kolaborasi untuk membangun ekosistem yang kuat sehingga ekonomi halal ini bisa terbangun dengan lebih baik lagi di masa mendatang,” tambahnya.

 

Para co-founder Evermos
Ghufron dan para co-founder Evermos Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq, berkeinginan melalui platform social commerce Evermos bisa memberdayakan para reseller produk UMKM (Foto: Dok. Evermos)

 

Pendaaan

Sejak berdiri Evermos telah mendapat tiga kali pendanaan dari investor yang jumlahnya mencapai Rp 115 miliar. Dana segar ini telah digunakan untuk menambah jumlah karyawan dan pengembangan bisnis di Evermos ke depannya.

“Jadi sejak Desember tahun 2019 lalu, dari Jungle Ventures, kami sudah mulai mendapatkan pendanaan. Dan di tahun berikutnya ada Alfa dan Sun Way sebagai investor dana yang kami dapat. Jumlahnya kalau ditotal sekitar Rp 115 miliar. Dan pendanaan itu kami gunakan, salah satunya untuk menambah SDM. Termasuk pengembangan produk dan fitur Evermos ke depannya, terutama untuk merekrut lebih banyak reseller dan merekrut lebih banyak UMKM,” kata Ghufron.

Ghufron menyebut masih fokus pada peluang bisnis di dalam negeri yang pasarnya sangat luas ketimbang menjajal pasar luar. “Belum ada rencana pengembangan itu mungkin mulai dari 3 sampai 5 tahun ke depan, Mengingat pasar di dalam negeri sendiri juga masih sangat luas potensimya. Dalam jangka panjang kami berencana ekspansi ke luar negeri dengan tujuan Afrika Selatan tapi itu rencana jangka panjang bisnis kami ke depannya,” ucap Ghufron.

Di sisi lain, Ghufron yakin akan tim kerja yang solid. “Alhamdulillah tim kami solid. Selain karena kami memiliki pengalaman panjang sebelum di Evermos, kami juga banyak belajar dari pengalaman. Jatuh bangun yang kami alami selama mengembangkan usaha ini nggak masalah. Justru kondisi itu membuat kami merasa berhasil karena usaha kami semakin dikenal. Kami selalu mencoba meng-improve apa yang kurang selama ini agar bisa semakin menjadi lebih baik,” pungkas Ghufron.

 

========================

Muhammad Ghufron Mustaqim

=====================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version