youngster.id - Munculnya ekonomi kreatif dalam perekonomian Indonesia mendatangkan perubahan yang cukup signifikan. Dengan adanya perubahan tersebut, tumbuhlah industri ekonomi yang dapat memenuhi tuntutan pasar. Penggerak ekonomi kreatif adalah anak-anak muda.
Munculnya kreativitas dalam bidang ekonomi tidak memberikan batasan seseorang untuk menjalankan dunia bisnis. Banyak sekali ide-ide baru yang bermunculan, dan tentunya membuat masyarakat semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan.
Perkembangan ekonomi menuntut manusia sebagai pelaku ekonomi menjadi lebih kreatif dan inovatif. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang kreatif, manusia akan berusaha lebih keras menemukan ide baru yang lebih unik dan berbeda dengan yang lain. Dengan begitu, mereka dapat bersaing di dunia bisnis dengan produk yang mereka miliki, dan tidak tertinggal dengan yang lain.
Kreativitas ini tentu butuh keahlian seperti soft skill. Dan ilmu ini tidak semua diperoleh melalui jenjang pendidikan formal. Belakangan ada banyak komunitas yang mau berbagi ilmu kreatif bagi masyarakat. Salah satunya adalah komunitas WeWo. Ini adalah komunitas yang memberi kelas workshop rutin bagi masyarakat untuk mendapatkan keahlian baru.
Nama WeWo berasal dari Weekend Workshop, karena kegiatan workshop diadakan setiap sabtu dan minggu. Kini Wewo telah berkembang menjadi sekitar 40 jenis workshop yang pesertanya bisa berasal dari institusi atau perseorangan.
“Kegiatan ini dibuat sebagai alternatif kegiatan di akhir pekan agar lebih produktif, dan bukan konsumtif,” ungkap Natalia Y. Farida, Koordinator Wewo kepada younsgter.id saat ditemui di Museum Nasional belum lama ini.
Menurut Natalia, komunitas ini ingin berbagi ilmu bermanfaat bagi banyak orang. “Ternyata ada banyak teman-teman yang perlu mendapat edukasi mengenai soft skill. Kegiatan ini dibuat sebagai alternatif kegiatan di akhir pekan agar lebih produktif. Karena, selama ini masyarakat urban lebih banyak melakukan kegiatan yang konsumtif, seperti jalan-jalan, makan di luar, atau menonton film di bioskop saja,” ungkapnya.
Awalnya, kelas wokshop ini diberi nama sesuai dengan tema dan kreasi workshop yang sedang diselenggarakan. Ada Sapi Kejut (Sambil Ngopi Kita Merajut) dan Pake Cuka (Pasti Keren Cukil Kayu). Melihat animo yang makin besar, akhirnya Wewo telah berkembang menjadi sekitar 44 jenis workshop. Pesertanya juga datang dari berbagai daerah di Indonesia, begitu juga dengan para pemberi pelatihan berasal dari institusi atau perorangan.
Mereka juga mendorong banyak orang untuk ikut terlibat sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat. Termasuk ikut serta dalam festival internasional Make SMTHNG WEEK yang digelar di 40 negara bekerjasama dengan Greenpeace Indonesia. Mereka juga menggelar workshop bagi di lembaga pemasyarakatan serta kegiatan charity untuk penderita kanker anak.
Berbagi Ilmu
WeWo dibawah bendera PT WEWO Kinarya Bangsa didirikan 2015 oleh Dyah Ekarini Ratnaningtyas bersama sejumlah rekannya. Dyah mengungkapkan, tujuan dari berbagai kegiatan yang dilakukan Komunitas Wewo agar masyarakat yang ikut berkecimpung di dalamnya mendapatkan keahlian dan kemapuan baru baru. Salah satunya diaplikasikan kedalam sebuah wirausaha.
“Tujuan Wewo didirkan ini kami ingin berbagi ilmu maupun sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang, termasuk masyarakat. Sehingga dengan apa yang telah kami berikan nantinya melalui Wewo, masyarakat juga bisa mengaplikasikan kegiatan yang telah kami berikan ini dan melanjutkannya ke sebuah wirausaha untuk mengangkat perekomonomian mereka. Makanya ketika ada perorangan maupun perusahaan yang meminta Wewo, kami sangat terbuka kalau mereka mau menjadi pengajar,” jelas Dyah.
Hasil karya peserta workshop kemudian dilelang untuk mendapatkan dana, yang selanjutnya akan disumbangkan untuk penderita kanker anak di Komunitas Taufan. Shibori yang berbasis amal juga diadakan di Happiness Project: Art Day dalam bentuk pelatihan yang ditujukan kepada adik binaan di Yayasan Sahabat Anak yang sebagian besar terdiri dari anak putus sekolah.
“Hasil karya adik-adik ini dijual untuk membayar sewa kontrakan mereka yang diberi nama Rumah Kreatif Sahabat Anak di Grogol,” ujarnya.
Natalia menambahkan, bahwa WeWo berkolaborasi dengan berbagai pihak guna mendukung program pemberdayaan masyarakat.
“Wewo bekerjasama dengan beberapa brand institute yang bergerak di pemberdayaan masyarakat. Mereka memiliki dana CSR sehingga dana itu bisa membantu masyarakat untuk berkembang. Salah satunya lagi yang kami pernah lakukan di Warung Hijau, di Ancol Jakarta. Jadi Ancol itu punya dana CSR yang digunakan untuk pengembangan masyarakat di sekitar Ancol. Di situ Wewo berkolaborasi, kami buat kelas dan bantu produk hingga bagaimana cara memasarkannya,” papar Natalia.
Di sisi lain, para tutor WeWo juga mesti memiliki visi yang sama yaitu harus menjaga lingkungan. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan menggunakan bahan-bahan alami. Seperti kegiatan Make SMTHNG WEEK yang mendaur ulang kaos bekas menjadi tas.
Dampak Positif
Kegiatan WeWo adalah sosial. Oleh karena itu, menurut Natalia, keuntungan yang didapat para tutor tidak diukur dalam bentuk keuntungan materi. “Benefit ketika bergabung di Wewo salah satunya memiliki jaringan yang lebih luas serta dapat mengembangkan ide yang dimiliki, mendapat ide baru, serta banyak teman yang mau mengembangakan gagasan bersama-sama,” imbuh Natalia.
Menariknya lagi, menurut Natalia, selama lima tahun berdiri, Wewo tak pernah menghitung berapa banya jumlah para peserta yang telah mengikuti workshop. Yang lebih diperhatikan Wewo adalah dampak yang dirasakan oleh masyarakat setelah mengikti program workshop yang diselenggarakan Wewo.
“Sejujurnya, kami nggak pernah menghitung berapa banyak masyarakat yang sudah kami bantu. Tetapi dengan adanya komunitas ini kami ingin lebih banyak menghitung dampaknya. Apakah kehadiran Wewo ini akan berdampak pada hal pengembangan masyarakat. Contoh ada orang yang tidak mau mau ngapain. Tetapi setelah mereka mengikuti kegiatan dari Wewo, akhirnya mereka bisa membuat sesuatu yang dapat dijual sehingga orang itu bisa memiliki penghasilan baru. Itu yang kami inginkan. Dan hal itu, yang ingin kami lebih perluas lagi, semoga bisa lebih besar ke depannya,” ucap Natalia.
Selain itu, dia berharap WeWo terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Termasuk dalam hal teknologi digital.
“Tren sekarang cendrung ke online, kami juga harus mengikuti perkembangan ini. Sehingga Wewo perlu banyak perkembangan di bidang digital maupun bidang online ini. Ke depannya, kami punya rencana akan membuat workshop-nya secara online. Jadi teman-teman nggak perlu lagi harus datang face to face tapi juga bisa belajar lewat online. Kami juga sudah punya kanal Youtube, dan di situ teman-teman bisa mengakses tutorial-tutorial yang diberikan berbagai macam oleh tutor Wewo agar bisa belajar secara online. Pastinya, ke depan akan lebih banyak lagi kelas-kelas online yang akan kami buat,” pungkas Natalia.
=======================
Natalia Y. Farida
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 27 Juli 1985
- Pendidikan : S1, Menejemen Pemasaran, STEKPI Jakarta
- Usaha yang dikembangkan : membuat komunitas kelas kreatif
- Nama usaha/komunitas : WEWO Weekend Workshop)
- Mulai Usaha : Tahun 2015
- Jabatan :
- Koordinator Tim Inti Tutor Wewo (Program Make SMTHNG 2020)
- Jumlah Tutor : 40 Orang
=====================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post