youngster.id - Kegiatan bertransaksi bukan sesuatu yang sulit bagi kita yang berpenglihatan normal. Tetapi itu ternyata cukup sulit bagi teman-teman kita yang menyandang tunanetra. Memiliki keterbatasan lantaran tidak bisa melihat, membuat mereka sering menjadi orang yang mudah diperdayai dalam proses transaksi jual beli.
Menurut estimasi Kementerian Kesehatan RI, jumlah tunanetra di Indonesia adalah 1,5% dari seluruh penduduk. Jika saat ini penduduk Indonesia berjumlah 250 juta, berarti sekurang-kurangnya ada 3,7 juta penyandang tunanetra, baik kategori buta maupun lemah penglihatan. Ini bukan jumlah yang sedikit.
Sejatinya, mereka juga harus mendapatkan layanan yang sama dengan masyarakat normal. Indonesia telah meratifikasi konvensi tentang Hak-hak Penyandang Disabilitas yang diikuti pengesahan UU Penyandang Disabilitas. Namun, stigmatisasi dan diskriminasi membuat mereka tertinggal dalam pembangunan.
Yang paling sederhana adalah dalam hal bertransaksi. Namun keterbatasan ini kerap membuat mereka menjadi korban, termasuk dalam kegiatan sederhana yaitu berbelanja dan bertransaksi.
Masalah ini memicu Savitri Nurhayati dan teman-temannya membangun aplikasi bernama Teman Netra. Aplikasi ini memudahkan penyandang tunanetra untuk mengidentifikasi teks dan mengubahnya menjadi suara. Dengan begitu, pengguna bisa memahami isi dari surat, brosur, menu restoran maupun nominal uang.
“Jadi aplikasi Teman Netra hadir untuk membantu para penyandang tunanetra dalam membaca teks. Misalnya pada media cetak, label pada restoran makanan, produk dan segala macam tulisan yang ditangkap oleh kamera ponsel. Dan aplikasi kami juga dapat mendeteksi mata uang Rupiah,” ungkap Savitri saat ditemui youngster.id usai wisuda Apple Developer Academy Batch2 di Green Park Office 9 BSD Serpong, Tangerang, belum lama ini.
Ya, Savitri adalah salah satu dari 194 siswa yang lulus dari program pelatihan coding yang digelar oleh Apple di Indonesia. Program beasiswa ini berupaya mencetak lebih banyak sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang memiliki kompetensi pengembangan aplikasi kelas dunia, sehingga mampu mendorong perkembangan ekonomi digital nasional.
Teman Netra merupakan salah satu dari 36 aplikasi yang dikembangkan melalui program ini. Aplikasi Teman Netra ini diciptakan untuk membantu warga Indonesia yang memiliki kesulitan penglihatan dengan memberikan bantuan untuk membaca teks pada surat, buku, brosur, label makanan, menu restoran hingga pembacaan nominal uang.
Turun Lapangan
Aplikasi Teman Netra ini dikembangkan oleh Savitri dan rekannya P. J. Bumi Gilang Sinawang. Menurut Savitri, ide untuk membuat aplikasi ini muncul setelah melihat banyak penyandang tunanetra yang kesulitan ketika berbelanja di pasar swalayan. Ide ini semakin kuat ketika dalam mengikuti program Apple Develoer Academy, Savitri bertemu dengan Konekin, organisasi yang membantu para disabilitas.
“Jadi ketika dalam pelatihan kami mendapat projek tentang komunitas. Di situ kami bertemu dengan organisasi non profit Konekin yang membantu disabilitas. Tetapi waktu itu kami belum tahu disabilitas mana yang ingin kami bantu. Setelah riset dan bertemu dengan user, kami merasa penyandang tunanetra yang paling dapat dibantu,” kisah Savitri.
Menurut dia, alat bantu untuk penyandang tunanetra sudah cukup banyak. Ada tongkat untuk berjalan. Mereka juga menggunakan indera peraba untuk membaca huruf braile. “Namun tidak semua produk ada huruf braile dan di situlah kami ingin membantu. Kami membuat aplikasi yang dapat membaca teks melalui kamera ponsel sehingga para penyandang tunanetra dapat lebih mudah dalam beraktivitas, terutama saat berbelanja,” ucapnya.
Diakui Savitri, dalam mengembangkan aplikasi Teman Netra ini tidaklah mudah. Projek ini telah dimulai sejak pertengahan tahun 2019. Awalnya aplikasi ini dirancang untuk memudahkan pengguna mengindetifikasi teks. Dengan menggunakan kamera pada ponsel untuk membaca teks di kemasan produk. Lantas, aplikasi mengubah teks menjadi suara. Dengan begitu, pengguna bisa mengetahui informasi seputar produk.
Namun setelah Savitri turun ke lapangan dia mendapati bahwa kesulitan dari penyandang tunanetra tak sekadar dalam hal memilih produk, tetapi juga saat bertransaksi. Rupanya, banyak dari mereka sulit untuk membaca nilai uang sehingga kerap menjadi korban penipuan.
“Saya mendapati bahwa ada kebutuhan dalam membaca nilai uang bagi para penyandang tunanetra saat bertransaksi. Sehingga mereka tidak kesulitan dan menjadi korban orang-orang yang tidak bermoral,” ucapnya.
Oleh karena itu, aplikasi Teman Netra ini kemudian dikembangkan sehingga bisa membaca nilai nominal uang. Untuk saat ini baru dalam nilai Rupiah.
“Tantangan terbesarnya adalah bagaimana mereka memahami tunanetra yang menggunakan ponsel. Makanya kami terjun langsung ke lapangan dan bertemu dengan calon user kami, dan bertemu dengan komunitas disabilitas sampai sejauh mana mereka melek dengan teknologi dan sejauh mana mereka dalam menggunakan handphone. Apa saja kesulitan mereka dan apa yang bisa kami bantu untuk mereka. Jadi ini sekaligus mengedukasi langsung mereka tentang penggunaan teknologi,” kata Savitri.
Sosial Semata
Savitri menegaskan, aplikasi Teman Netra hanya bertujuan untuk memberikan awareness kepada masyarakat terutama para penyandang tunanetra untuk dapat memanfaatkan teknologi. Termasuk aplikasi Teman Netra dalam membantu aktivitas berbelanja mereka.
“Kami bersyukur saat ini belum lama dihadirkan lebih dari sebulan, aplikasi kami sudah banyak yang mendownload sebanyak 20 pengguna. Dan kami sudah ada selama ini di Apple Store. Saat ini kami juga sudah banyak mengkontak komunitas dan kami berharap program Apple Developer Academy semacam ini bisa lebih disebarluaskan kembali sehingga banyak para penyandang tunanetra yang menggunakan aplikasi kami dan agar mereka bisa terbantu,” kata sarjana Psikologi itu dengan bangga.
Ada rasa puas dapat mengembangkan aplikasi yang berguna, terutama bagi penyandang disablitas. “Motivasi kami sejak awal adalah mengembangkan aplikasi yang berguna dalam membantu para penyandang tunanetra, terutama dalam kegiatan mereka berbelanja dan bertransaksi,” katanya lagi.
Meski aplikasi Teman Netra telah diluncurkan di Apple Store, namun Savitri mengaku belum mempersiapkan model bisnis bagi aplikasi ini.
“Untuk saat ini kami bersama tim memang belum memikirkan sampai ke tahap model bisnis atau development ke depannya bagaimana. Jadi yang kami pikirkan saat ini adalah kami berusaha men-develope aplikasi untuk membantu para penyandang tunanetra. Memang baru tahap itu saja. Jadi all the content yang kami tampilkan, all video dan segala macam itu semua bukan bertujuan untuk mendapatkan sponsor ataupun apa. Karena kami hanya ingin memberikan gambaran bagaimana aplikasi ini bekerja untuk memberikan awareness akan adanya aplikasi Teman Netra yang bisa membantu para tunanetra,” paparnya.
Aplikasi ini merupakan wujud kepedulian sosial dari Savitri dan rekan-rekannya. Oleh karena itu mereka baru memiliki purwarupa dan belum mengungkapkan pengembangannya.
“Aplikasi ini sosial dan diberikan kepada yang membutuhkan. Ke depan kami akan makin mematangkan fitur-fitur yang ada sehingga semakin bisa membatu kegiatan sehari-hari dari teman-teman tunanetra,” pungkasnya.
=======================
Savitri Nurhayati
- Tempat Tanggal Lahir : Surakarta – Solo, 25 April 1988
- Pendidikan : Sarjana Psikologi, Universuty Of Washington, AS
- Usaha yang dikembangkan : Membuat aplikasi khusus untuk (transaksi) tunanetra
- Nama Merek/Aplikasi : Teman Netra
- Mulai Usaha : Juli 2019
- Jabatan : Co-Founder dan CEO
- Jumlah Tim : 7 orang
- Prestasi : Lulus Batch Kedua Program Apple Developer Academy Indonesia 2020
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post