youngster.id - Anda tahu celengan ayam? Celengan dari tanah liat dengan bentuk dan motif ayam jago ini memang klasik. Mungkin sudah tidak banyak orang yang memiliki celengan ayam di era modern seperti ini. Namun top of mind akan celengan ayam ini masih kuat melekat. Bahkan kini image ini mewakili semangat untuk berbagi dengan sesama.
Ya Celengan, sebagai sebuah brand fashion dengan logo menyerupai gabungan bentuk hati dan celengan ayam, dengan dominasi warna merah putih. Produk fesyen ini tengah tren di Jakarta dengan berbagai item, mulai dari kaos, gaun hingga aksesori yang kreatif sekaligus unik. Namun, ini bukan sekadar produk fesyen dan gaya hidup, ada misi sosial di dalamnya.
Pasalnya, hasil penjualan produk-produk Celengan ini didonasikan secara tetap untuk kegiatan bakti social, terutama bagi anak-anak panti asuhan.
“Konsep Celengan adalah menggabungkan unsur kreatif dan fesyen yang kami suka, dengan kegiatan yang memberikan dampak yang positif bagi lingkungan sekitar,” ungkap Valery Moniaga, co-founder Celengan kepada Youngsters.id.
Usaha sosiopreneur ini dirintis Valery bersama dua rekannya Adam Mulyadi, dan Michelle Chandra pada Februari 2013. Mereka memproduksi cloting line mulai dari kaos, polo, little black dress, sweater hingga aksesori seperti cincin dan gelang. Belakangan mereka juga mulai membuat produk customized casing telepon gengam bersama dengan Kulor premium casing. Tiga sekawan ini berkomimen, 15% dari hasil penjualan produk itu didonasikan untuk kegiatan sosial.
Kini, dari hasil bisnis Celengan mereka rutin menggelar bakti sosial di sejumlah panti asuhan yang ada di wilayah Jabodetabek. Kegiatannya mulai dari menyalurkan bantuan dana hingga memberi pendidikan ketrampilan kepada anak-anak yatim piatu tersebut.
“Visi dan misi kami adalah menciptakan bangsa yang sehat dan kuat. Untuk itu semua harus dimulai dari edukasi anak, terutama anak-anak marjinal yang kurang mampu. Sehingga mereka dan tentunya bangsa Indonesia memiliki masa depan yang cerah,” kata Valery.
Dia memaparkan dari data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) jumlah anak terlantar dan hampir terlantar di Indonesia mencapai 17 juta anak. Dari jumlah tersebut, 230 ribu di antaranya menjadi anak jalanan yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Tercatat, 95% anak jalanan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah, dan dari lingkungan masyarakat yang eksploitatif terhadap anak.
“Karena itu kami memokuskan ”˜cause”™ kami ke mereka-mereka ini, yang nantinya akan menjadi masa depan Bangsa Indonesia. Kami mau memberikan support kepada panti asuhan untuk yatim piatu. Dan, bukan hanya itu, kami juga memiliki rencana untuk melakukan program anak asuh khusus agar mereka bisa menyeselesaikan sekolah minimal sampai SMA dan berefek long-term bagi pertumbuhan edukasi mereka,” ungkap Valery.
Berawal dari Relawan
Menurut Valery, usaha ini bermula dari kebiasaan mereka bertiga menjadi relawan semasa belajar di Amerika Serikat. Bahkan Valery pernah menjadi Direktur Social Community di salah satu organisasi kampus di Depaul University, Chicago, AS.
Valery mengaku sangat terinpirasi oleh Blake Mycoskie pediri perusahaan TOMS. Blake telah menyumbangkan sepatu untuk anak-anak yang membutuhkan di seluruh dunia. Caranya dengan mendonasikan satu sepatu dari penjualan setiap pasang sepatu TOMS. Satu untuk satu.
“Hal itu yang memberi inspirasi kepada saya bahwa hidup ini singkat dan akan sangat indah jika kita bisa mendedikasikan hidup ini untuk membantu orang lain. Sehingga ini bisa menjadi warisan sekaligus menginspirasi generasi berikutnya untuk menjadikan dunia lebih baik,” ucap Valery.
Oleh karena itu setelah kembali ke Tanah Air, lahir ide serupa. Gayung bersambut kedua rekannya setuju. Mereka ingin menyalurkan kebiasaan untuk membantu sesama dalam bentuk usaha bersama. “Meski kami bisa menyalurkan hasrat kami untuk membantu sesama, tetapi volunteer atau fund-raising itu hanya bisa dilakukan sesekali saja. Sementara jika kami bisa membuat satu usaha yang bisa menggabungkan passion membantu sesama dengan aspek bisnis, maka kami bisa secara lebih konsisten memberi dan saling memberkati untuk kedua belah pihak,” ungkap pemuda kelahiran Jakarta, 17 Mei 1984 itu.
Dengan modal Rp 60 juta mereka sepakat pada 2013 untuk bersama-sama mendirikan brand fashion line dengan nama Celengan. Logo ini memiliki makna tersendiri. “Warna merah putih dan pemilihan binatang ayam khas celengan Indonesia yang menggambarkan rasa cinta kami pada tanah air Indonesia. Simbol 3 Bulu Ayam dan juga menyerupai Tangan dan Hati, dengan artian 3 Co-Founders dan Tangan yang ingin memberi serta menjangkau anak panti asuhan di Indonesia,” papar Valery.
Konsep Celengan diterapkan pada unsur kreatif fesyen yang mereka produksi. Produk fesyen seperti kaos t-shirt, polo, little black dress, sweater hingga aksesori seperti cincin dan gelang ini tampil dengan motif celengan yang unik. Bentuknya mengabungkan bentuk hati dan celengan ayam dengan dominasi warna merah putih. Selain itu untuk model t-shirt Celengan tampil dengan menggunakan potongan kain batik asli dengan logo yang sama.
Ternyata kreativitas dan kualitas produk Celengan mendapat sambutan positif dari masyarakat. Dengan harga jual sekitar Rp 135 ribu per potong, produk Celengan berhasil terjual lebih dari 1.000 potong t”™shirt, baik melalui penjualan secara online, sekitar 10 reseller, maupun melalui 3-4 sistem konsinyasi.
“Sebulan bisa terjual sekitar 300-400 potong seluruhnya, yang dari online sendiri minimal 200 potong. Maka dari itu kami sangat intens memasarkan produk via media sosial juga, seperti Instagram, lalu melalui bazaar-bazaar juga,” ungkap Valery.
Kini  kapasitas produksi produk Celengan tiap bulan sekitar 600 potong, yang dikerjakan di sebuah pabrik garmen di Bekasi. Sedang untuk outlet Celengan ada di Kelapa Gading dan Alun Alun Grand Indonesia, serta melalui sosial media (LINE dan Whatsapp) dan e-commerce Tokopedia.
“Kami sudah mempunyai 4 batch atau SKU dari tipe produk awal yang hanya melalui kaos, dengan warna kaos yang bervariasi sekarang, dan juga baju berbahan tebal seperti sweater dan polo. Di awal tahun ini kami juga bekerjasama dengan sejumlah brand seperti Meraki Goods dan Kulor Premium Casing untuk produk terbatas,” ucapnya.
Kolaborasi
Sejak memulai bisnis ini tetap mengedepankan kegiatan sosial. Karena Valery dan kedua rekannya telah menetapkan untuk mendonasi dari 15% hasil penjualan produk fesyen ke sejumlah panti asuhan yang ada di Jakarta dalam bentuk kegiatan rutin setiap empat bulan.
“Ini disesuaikan dengan banyaknya penjualan baju saat ini agar donasi yang bisa kami berikan ke panti asuhan bisa berbuah dan maksimal hasilnya,” ujar lulusan finance and management Depaul University, Chicago, AS itu.
Mereka mengaku menjangkau berbagai panti asuhan, dengan tidak memilih golongan panti asuhan. Uniknya lagi kegiatan bakti sosial Celengan ini berkolaborasi dengan sejumlah komunitas dan yayasan yang memiliki semangat yang sama, seperti Koko Cici Jakarta, Project Indonesia Foundation, FUSE Indonesia dan Live Love Comunities. “Kolaborsi ini membuat gerakan kami dapat lebih jauh menjangkau orang-orang,” ujar Valery.
Melalui kolaborasi itu, mereka menggelar acara We Care for Eart bersama Komunitas Sosial HALO (Help and Love Others) yang mengajak anak-anak Panti Asuhan Pondok Kasih Agape untuk menanam pohon bakau. Ada lagi acara Komunitas Gropesh (Gerakan Pemudi Peduli Sampah dan Lingkungan Hidup) yang memberi donasi dan mengajari anak-anak Panti Asuhan Hieronymus untuk membuat aksesori dan gantungan kunci dari bahan daur ulang.
Celengan juga menggelar acara Love Charity Event bersama Yayasan Project Indonesia untuk memberikan donasi berupa obat dan periksa mata gratis bagi anak-anak Panti Asuhan Tuna Netra Elsafan. Bahkan, memberikan pemeriksaan dan pengobatan umum gratis bagi anak-anak dan keluarga yang kurang mampu di kawasan Rawa Sengon, Cipinang.
Tak sekadar memberi donasi, mereka juga menggelar berbagai kegiatan untuk menghibur anak-anak kurang mampu. Seperti pada awal Desember, Celengan bekerja sama dengan Tanah Air Foundation membawa puluhan anak-anak dari Yayasan Aulia untuk bermain bersama di Amped Trampoline.
“Setelah kami bekerjasama dengan banyak vendor dan partner dari beragam industri dan berbagai program bakti sosial dan workshop, Celengan semakin yakin untuk terus berjuang mencapai visi, yakni menjadi berkat bagi Indonesia dan menghidupi tag-line kami, A Gift for Nation,” pungkas Valery.
====================================================
Valery Moniaga
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1984
- Pendidikan Terakhir : Finance and Management Depaul University, Chicago, AS.
- Usaha : fashion brand Celengan, bekerjasama dengan dua kolega: Adam Mulyadi, dan Michelle Chandra
- Perkembangan Bisnis : Mulai usaha pada Februari 2013. Saat ini, Celengan sudah terjual lebih dari 1.000 potong t”™shirt, baik melalui penjualan secara online, sekitar 10 reseller, maupun melalui 3-4 sistem konsinyasi. Rata-rata setiap bulan memproduksi 600 potong.
Kerjasama :
- Koko Cici Jakarta
- Project Indonesia Foundation
- FUSE Indonesia
- Live Love Comunities
- Tanah Air Foundation
====================================================
STEVY WIDIA
Discussion about this post