youngster.id - Pandemi Covid-19 telah membawa perubahan dalam konsep bekerja menjadi work from home atau hybrid. Hal ini mendorong kebutuhan masyarakat untuk memiliki tempat tinggal yang nyaman dan aman. Namun, sulitnya proses pengajuan kredit kepemilikan rumah menjadi alasan masyarakat, terutama milenial mengurungkan niat tersebut.
Menurut data Bank Indonesia, pada tahun 2021 industri KPR lokal bernilai US$39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Gen Y dan Gen Z dinilai akan mendominasi populasi pekerja dalam 10 tahun ke depan, sehingga diperkirakan akan menjadi target pasar utama sektor properti.
Meski demikian, masih banyak generasi muda yang enggan membeli rumah. Meskipun tersedia layanan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR), namun banyak dari mereka tidak menggunakan sistem tersebut. Alasan yang umum, mereka masih melihat KPR sebagai sistem yang kompleks dan sulit.
Rendahnya literasi finansial membuat mayoritas pemohon belum memahami sepenuhnya proses-proses tersebut. Apalagi ada banyak informasi yang cenderung membuat bingung, ditambah lagi ketakutan tidak dapat memenuhi syarat untuk menggunakan KPR. Selain itu, proses pencairan yang panjang dan masih manual membuat milenial merasa tidak memiliki kendali penuh dalam proses ini.
Hal ini mendorong Albert Surjaudaja, Ian Daniel Santoso, Indira Nur Shadrina mendirikan IDEAL, startup proptech (property technology) yang fokus memudahkan proses pembiayaan atau pengelolaan hipotek.
“Sebagai milenial, saya mengerti betapa membingungkannya proses pengajuan KPR. Harus berurusan dengan lusinan dokumen fisik untuk diserahkan, mendatangi agen bank, berkutat dengan ketidakpastian status aplikasi, dan banyak lagi. Hal itu belum termasuk beratnya cicilan yang harus ditanggung. Di sisi lain, kami percaya bahwa kredit bila digunakan secara bertanggung jawab dan optimal dapat membantu seseorang untuk memaksimalkan kondisi ekonominya, dan lebih jauh juga dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Albert CEO dan Co-founder IDEAL kepada youngster.id.
Untuk itu, Albert dan rekan-rekannya mengembangkan sebuah platform yang dapat membantu orang untuk mendapatkan KPR secara lebih mudah, transparan dan juga “menyederhanakan” produk KPR yang selama ini terkenal sangat sulit untuk dimengerti. Aplikasi IDEAL ini diluncurkan pada tahun 2021.
Besarnya potensi pasar yang mereka garap membuat startup ini pun mendapat kucuran pendanaan pra-awal senilai US$3,7 juta atau senilai Rp57 miliar. Putaran ini dipimpin oleh AC Ventures dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari Living Lab Ventures dan Ciputra Group.
“Pendanaan ini akan kami gunakan untuk pengembangan produk, rekrutmen tim dan ekspansi produk dan layanan IDEAL,” ungkap Albert.
Model Bisnis
Albert mengungkapkan, IDEAL melihat ada potensi besar di bidang consumer finance di Indonesia yang belum digarap optimal. Bahkan menurut dia, saat ini kehadiran fintech masih mayoritas di bidang lending konsumtif (P2P) kalaupun productive lending masih fokus pada UMKM.
Albert juga melihat dari data Bank Indonesia, industri kepemilikan rumah diproyeksikan akan tumbuh 17% dalam 5 tahun ke depan. Bahkan selama masa pandemi kemarin kredit kepemilikan rumah adalah satu-satunya sektor consumer lending yang masih membukukan pertumbuhan positif. Menariknya, meski 75% pembelian rumah sekarang dilakukan melalui KPR, namun mayoritas calon pembeli belum sepenuhnya memahami proses KPR.
“Dari hasil consumer survey kami, beberapa masalah yang ditemukan di antaranya prosesnya rumit, banyaknya dokumen yang dibutuhkan, proses yang panjang dan tidak terstandarisasi, minim proteksi data sensitif, produk KPR tidak transparan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Albert bermimpi dengan IDEAL mereka dapat membantu masyarakat untuk mencapai kehidupan yang ideal. “Langkah pertama kami dimulai dengan penyederhanaan proses untuk mendapatkan kredit kepemilikan hunian. Kami ingin menjadi partner bagi para user kami dalam setiap fase kehidupannya,” ujarnya.
Albert menjelaskan, platform IDEAL membantu pengguna menghitung biaya dan cicilan pembiayaan properti secara detail sesuai dengan kebutuhan dan preferensi yang dimiliki. Bahkan, IDEAL menyediakan sistem aplikasi yang memungkinkan pengguna melakukan pengajuan pembiayaan di beberapa bank sekaligus. Yang menarik, ada sebuah dasbor untuk memantau status perkembangan pengajuan tersebut.
“Tujuan IDEAL adalah menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi yang selama ini rumit dan memakan waktu serta biaya besar. Di samping memberikan rasa aman, karena dokumen-dokumen bisa dikelola secara aman, tidak perlu mengirim foto KTP via WhatsApp ke agen atau sejenisnya,” ungkap Albert.
Model bisnis IDEAL adalah dengan mengenakan komisi kepada bank dan developer properti untuk setiap pengajuan yang berhasil terfasilitasi. Saat ini IDEAL telah bekerja sama dengan lima bank, termasuk CIMB, OCBC, dan Maybank. Mereka juga menggandeng sejumlah pengembang properti seperti Sinar Mas Land, Ciputra Group, dan Agung Sedayu Group.
“Kami hadir dengan jaringan yang luas, baik di bidang perbankan maupun pengembang properti. Kami percaya bahwa investor kami memiliki visi yang sama, yaitu membantu masyarakat Indonesia mencapai kehidupan ideal mereka, dimulai dengan digitalisasi proses KPR. Di sisi lain kami juga mengutamakan pikiran dan perasaan konsumen dalam mengambil keputusan pengembangan produk,” kata Albert.
Tantangan
Pria kelahiran Desember 1990 ini mengatakan, IDEAL juga mendigitalkan sejumlah proses untuk memberikan pengalaman baru yang lebih ringkas. Berbeda dengan paradigma hipotek selama ini yang sebagian besar bergantung pada saran agen properti, IDEAL memberikan kendali kepada pembeli, sehingga mereka dapat memilih produk KPR terbaik yang tersedia di pasar.
Menurut Albert, kehadiran IDEAL ini telah mengubah kebiasaan lama. Mulai dari memperkenalkan cara baru untuk pengajuan KPR secara digital yang menyeluruh dari mulai proses pemilihan produk, verifikasi KYC, pengecekan kredit histori hingga memasukan data-data yang dibutuhkan dalam satu pintu secara digital dan by system.
“Proses edukasi bagi semua pelaku yang berperan dalam proses untuk mendapatkan KPR dari hulu ke hilir ini tidaklah mudah. Ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi IDEAL di lapangan,” ujar Albert.
Menurut Master’s Degree from Imperial College London ini, solusi dari masalah ini tentunya dengan secara terus menerus melakukan komunikasi baik ke user, bank, pengembang properti, hingga ke agen properti yang terlibat dalam proses untuk mendapatkan KPR ini dan menonjolkan UVP (unique value proposition) yang dimiliki IDEAL.
Di fase UVP ini IDEAL masih berfokus di primary housing atau rumah tangan pertama. Saat ini IDEAL sedang melakukan softlaunch atau pilot project di Southgate Apartment by Sinarmasland, dan baru saja ekspansi ke proyek-proyek di PIK 2.
Menurut Albert, pihaknya berencana akan mengembangkan produk untuk menyasar secondary housing atau rumah seken, KPR takeover. “Kami juga akan mengembangkan layanan ke productive consumer lending di luar KPR,” katanya.
Saat ini, layanan IDEAL masih berfokus di wilayah Jabodetabek dan menyasar target konsumen milenial yang berusia sekitar 26 – 40 tahun. “Mereka adalah calon pembeli rumah pertama, rumah kedua dan sangat terbiasa menggunakan produk digital dalam keseharian mereka,” katanya lagi.
IDEAL juga berencana untuk melakukan ekspansi ke negara-negara di Asia Tenggara, seperti Philippines, Thailand dan Vietnam – yang memiliki permasalahan sama seperti di Indonesia.
Albert menegaskan, perusahaan ingin mengoptimalkan proses pinjaman besar seperti KPR untuk meringankan sebagian beban calon peminjam. “Impian kami suatu hari nanti mengajukan KPR akan semudah memesan makan siang lewat aplikasi,” pungkasnya.
==================
Albert Surjaudaja
- Tanggal Lahir : Desember 1990
- Pendidikan terakhir : Master’s Degree dari Imperial College London
- Usaha yang dikembangkan : Membuat startup proptech (property technology) yang fokus pada proses pembiayaan atau pengelolaan hipotek
- Nama Platform : IDEAL Indonesia
- Mulai Usaha : 2021
- Jabatan : CEO & Co-founder
===================
STEVY WIDIA
Discussion about this post