Arif Setiawan : Ingin Petani Bisa Sejahtera

Arif Setiawan, Co-Founder & CEO Limakilo.id (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

youngster.id - Pertanian masih menjadi andalan utama dari ekonomi Indonesia. Di sisi lain, pemerintah juga mendorong pertumbuhan energi digital dan teknologi, dengan menggalakkan usaha rintisan digital (startup). Meski terlihat berbeda, namun kedua sektor ini ternyata dapat bergandengan tangan dan saling menunjang meraih kesejahteraan.

Pada 2015 sektor agrikultur menyumbang 15% produk domestik bruto Indonesia, atau sekitar US$ 129 miliar. BMI memperkirakan sektor ini akan bertumbuh di 6,8% CAGR (Compound Annual Growth Rate) dari tahun 2016 hingga 2020 mencapai US$ 179 miliar.

Sementara itu, ekonomi digital, dalam hal ini bisnis online, juga bertumbuh. Pada akhir tahun 2014 saja, nilai bisnis industri e-commerce Indonesia mencapai US$ 12 miliar. Dan diperkirakan volume bisnis e-commerce di Indonesia akan mencapai US$ 130 miliar dengan angka pertumbuhan per tahun sekitar 50%. Bahkan, pada tahun 2020, revolusi bisnis online Indonesia diprediksi akan mendongkrak Pendapatan Domestik Bruto sebesar 22%.

Kini, kedua sektor ini dapat saling menunjang. Para petani sekarang dapat ikut merasakan manfaat dari teknologi lewat berbagai aplikasi. Salah satunya adalah aplikasi Limakilo.id (www.limakilo.id). Ini adalah aplikasi untuk membeli produk pertanian secara langsung dari petani. Melalui layanan ini, Limakilo berharap dapat mengefisienkan pola distribusi produk pertanian karena pembeli dan petani bisa dipertemukan langsung.

Arif Setiawan, Co-Founder dan CEO Limakilo.id menjelaskan, platform ini juga bertujuan untuk memotong jalur pendistribusian yang selama ini cukup panjang. Selain itu, kehadiran platform ini juga bisa dibilang sekaligus menjawab masalah ketidakstabilan komoditas di Indonesia.

“Bersyukur kehadiran Limakilo ini bisa diterima oleh kalangan petani, khususnya. Kami berharap dapat mengefisienkan pola distribusi produk pertanian, karena pembeli dan petani bisa dipertemukan langsung. Kami juga ingin menjawab masalah ketidakstabilan harga komoditas di Indonesia. Untuk itu kami mencoba berpikir out of the box dengan membantu petani untuk bisa menjual komoditas secara eceran dalam jumlah besar melalui e-commerce,” ungkap Arif kepada Youngsters.id.

Menurut Arif, selama ini baik petani maupun konsumen dirugikan dengan banyaknya tengkulak. Kehadiran Limakilo ibarat toko online, dimana petani maupun konsumen menjadi pengguna aplikasi sehingga bisa bertemu secara langsung. Menariknya, petani umumnya menjual dalam jumlah satuan ton. Sedangkan kebutuhan rumah tangga biasanya hanya perlu rata-rata satu kilogram untuk memenuhi kebuthan seminggu.

“Untuk itu kami mencoba pendekatan lima kilo, dimana petani akan menjual paket lima kilo langsung kepada pembeli dalam jumlah massal,” kata Arif, sekaligus menjelaskan asal nama aplikasi ini.

Selain itu, aplikasi Limakilo.id juga dapat memangkas rantai distribusi yang panjang itu. Arief menjelaskan, harga bawang dari petani sekarang, misalnya hanya Rp 17 ribu per kilo, tapi dipasar bisa mencapai Rp 32-35 ribu. Dengan aplikasi ini diharapkan perantara bisa dihilangkan, sehingga petani menjadi yang diuntungkan dan konsumen tahu darimana asal bawang yang didapatnya.

“Agar skala ekonomis biaya logistik bisa tercapai, kami harus mengumpulkan order eceran dari konsumen yang membeli minimal 2,5 kg melalui aplikasi hingga 100 kg,” katanya.

Arief menegaskan semua itu karena aplikasi Limakilo.id bertujuan jangka panjang, bukan sekadar aplikasi semata. Oleh karena itu, branding dan packaging penting buat produk komoditas ini.Melalui ini kami berharap dapat mengefisienkan pola distribusi produk pertanian karena pembeli dan petani bisa dipertemukan langsung. Selain itu dapat menjawab masalah ketidakstabilan harga komoditas di Indonesia,” ungkapnya.

Hingga kini ratusan konsumen per minggu order bawang melalui aplikasi ini. Diharapkan ke depan makin banyak petani bisa bergabung.

 

Setahun Tidak Digaji

Aplikasi yang dikembangkan di bawah bendera PT Limakilo Maju Bersama Petani ini didirikan oleh Arief bersama dua rekannya, Walesa Danto dan Lisa Wulandari. Aplikasi ini dibangun pada Agustus 2015 saat mereka mengikuti kompetisi Hackathon Merdeka 1.0 dengan tema pangan. Ternyata ide ini membuahkan kebahagiaan bagi lebih dari 15 petani mitra mereka di Brebes, Bandung dan Yogja.

“Malahan setelah kompetisi usai, kami dapat investment dari investornya Traveloka dan Tokopedia. Dari situlah akhirnya kami bentuk kerja sama ini. Paling tidak kehadiran kami bisa menjadi jalan keluar baru dalam membantu kehidupan petani yang lebih baik lagi,” ungkap Arief.

Bahkan, pemuda kelahiran Purwurejo, 11 April 1990 ini berani meninggalkan karirnya di sebuah perusahaan swasta nasional untuk membangun startup ini. “Awalnya seperti percaya dan nggak percaya, karena ketika membuka Limakilo.id ini harus sudah siap tidak memiliki gaji selama setahun. Tapi saya siap, karena saya memilih jalan hidup untuk bisa bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.

Langkah pertama mereka adalah memperkenalkan aplikasi ini kepada petani. Dan itu tidak mudah. Mereka lalu memilih bawang merah sebagai awal fokus jualannya, karena Indonesia memiliki sentra-sentra pertanian bawang merah. Namun Arief mengaku, pendekatan dan penjelasan harus dilakukan terus menerus, terlebih para petani juga jauh dari pemahaman teknologi. Jalan baru terbuka setelah salah satu petani, Syamsul Huda bersedia menjadi mitra mereka.

Selain kesulitan mencari mitra petani, modal adalah tantangan lain yang harus mereka cari. Tantangan berikutnya, pemasaran, digunakanlah media sosial dan pemasaran dari mulut ke mulut untuk mendapatkan order melalui aplikasi tersebut. Setelah bersama pemenang Hackathon Merdeka 1.0 presentasi di hadapan Presiden Jokowi pada 2015, nama Limakilo pun mulai berkibar.

Bahkan, Presiden Jokowi sendiri yang meluncurkan platform bisnis online ini pada awal 2016 lalu. Startup yang diresmikan Presiden dan Menkominfo ini dinilai merupakan salah satu startup yang dipercaya dapat mendorong Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia. Kini ratusan konsumen per minggu order bawang melalui aplikasi ini. Diharapkan, ke depan makin banyak petani bisa bergabung.

 

Arif Setiawan dan kedua temannya Walesa Danto dan Lisa Wulandari mengembangkan aplikasi Limakilo.id agar bisa membantu meningkatkan kesejahteraan petani (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Visi Pengembangan

Arif bersyukur kehadiran Limakilo.id yang diperuntukkan bagi petani dan khalayak umum mendapat tanggapan baik. Melihat berbagai persoalan ketimpangan di bidang pertanian masih sering terjadi di Indonesia belakangan ini.

“Karena selama setahun menggeluti bidang pertanian dan IT mulai budidaya, produksi, optimasi pertanian itu masih banyak yang harus ditingkatkan. Terus masalah distribusi barang, logistik antarkota dan dari desa ke kota, bahkan dari petani ke penyimpanan barang masih banyak yang harus ditingkatkan. Kadang di Jakarta sendiri masih dimonopoli lagi oleh pasar-pasar besar. Jadi di dunia pertanian ini masih banyak yang harus dibikin bagus lagi solusinya,” ungkap Arief.

Namun mereka sudah mulai bisa mengatasi masalah logistik dengan bekerjasama dengan startup lain. “Mengatasi urusan logistik ini kami berkolaborasi dengan jasa startup yang lain. Oleh karena kami kuatnya di IT dan ke petani, tetapi kalau untuk urusan marekting, packaging dan logistik kami bekerjasama dengan perusahaan rintisan lain, yang sudah lebih dulu memahami persoalan logistik ini,” papar Arief.

Selain itu, menurut pemuda yang hobi membuat blog ini, mereka juga mendapatkan suntikan modal dari East Ventures. Meski tidak menyebutkan besaran modalnya, kemitraan dengan East Ventures ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan bisnis Limakilo. Sebagian besar pendanaan akan digunakan untuk mencapai target kemitraan dengan lebih banyak petani dan perluasan pasar di luar Jakarta pada tahun ini. Antara lain, menjalin kerja sama dengan gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan melakukan pelatihan aplikasi kepada petani yang tergabung sebagai mitra Gapoktan.

“Kami memiliki visi mengembangkan aplikasi Limakilo dari sebuah startup teknologi menjadi social enterprise yang bisa memberi manfaat kepada petani melalui bisnisnya,” ungkap Arief.

Perkembangan bisnis ini membuat Arief dan rekan-rekannya berusaha untuk semakin solid. “Kami berusaha mengesampingkan ego masing-masing dan menyamakan ide kami agar semua persoalan yang terjadi dalam bekerja bisa dipecahkan,” ujarnya.

Arif berharap, ke depan usaha rintisan baru yang dibangun bersama kedua sahabatnya ini bisa terus digunakan oleh orang banyak. Terutama dalam bermitra untuk menangani masalah pertanian.

“Harapannya, kami dapat terus mengembangkan komoditas, karena selama ini baru ada bawang merah, cabe, kentang, tomat sama gula pasir. Dan, kalau dari sisi petaninya semoga aplikasi yang kami buat ini bisa dipakai oleh petani, sekaligus membenahi masalah pertanian,” pungkas Arief penuh harap.

 

========================================

Arif Setiawan

Prestasi               :

============================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version