Budhi Riyanta : Hadirkan Aplikasi Layanan Kesehatan On Demand Sesuai Lokasi

Budhi Riyanta, Co-founder & CEO Medi-Call (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Belakangan ini isu kesehatan, terutama wabah virus Corona, membuat masyarakat makin peduli akan kesehatan. Seiring dengan itu, layanan kesehatan juga semakin terjangkau. Bahkan berkat teknologi, anda bisa mendapatkan layanan dari dokter dan perawat ke rumah.

Selama 10 tahun terakhir, masyarakat Indonesia semakin peduli dengan kesehatan. Hal ini dibuktikan dari lebih tingginya pertumbuhan biaya kesehatan dibandingkan dengan makanan pokok. Biaya kesehatan adalah uang yang dikeluarkan untuk pelayanan pengobatan, pelayanan pencegahan, pembelian obat, dan asuransi kesehatan.

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi (Susenas) Badan Pusat Statistik 2008-2017 rerata pengeluaran penduduk Indonesia untuk biaya kesehatan naik 15,08% per tahun. Sedangkan belanja makanan pokok naik 6,23% per tahun. Ini menandakan betapa kesehatan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Indonesia.

Sementara itu, tenaga medis di Indonesia juga sudah cukup memenuhi. Data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) 2018 menyebut, jumlah dokter yang ada sebanyak 172 ribu. Jika menggunakan rasio perhitungan dari World Health Organization yakni 1:2500 (1 dokter untuk 2500 jiwa), dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa per 2018 maka dokter yang ada sudah cukup untuk melayani masyarakat.

Di sisi lain, dengan kemajuan teknologi lahirlah startup kesehatan yang menawarkan layanan kesehatan on demand. Salah satunya adalah Medi-Call, startup kesehatan dengan aplikasi yang menghubungkan tenaga medis dengan pasien yang membutuhkan perawatan di luar rumah sakit.

“Jadi kami ini adalah layanan homecare, dan ada juga layanan home visit untuk mendatangkan dokter, perawat, bidan dan visioterapi ke rumah pasien,” kata Budhi Riyanta, Co-founder & CEO Medi-Call kepada youngster.id saat ditemui di Go Work SCBD Sudirman Jakarta belum lama ini.

Sejak Medi-Call diluncurkan tahun 2017, Budhi mengklaim telah melayani lebih dari150.000 pasien di wilayah di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, hingga Balikpapan. Peningkatan jumlah pengguna turut didukung adanya kerja sama dengan 387 dokter, 379 perawat, 480 bidan dan 30 fisioterapis.

“Jadi sistemnya, partner kami ini membawa aplikasi, sehingga ketika ada request aplikasi partner akan aktif. Dia akan menotif dan men-direct partner untuk menuju ke lokasi pasien, sehingga mereka dapat melakukan tindakan di situ. Jadi partner medis kami membawa semacam alat perlengkapan seperti itu, peralatan medis kami bisa injeksi, dan berbagai macam treatment di rumah sesuai indikasi. Kalau si pasien butuh dirujuk, pastinya akan kami rujuk,” ungkap Budhi.

Dia menegaskan bahwa untuk jaminan mutu, seluruh mitra tersebut telah dipastikan memiliki lisensi praktik dari lembaga terkait.

“Hingga saat ini, Medi-Call terus dikembangkan agar dapat menjadi aplikasi berbasis lokasi yang menghubungkan penyedia layanan kesehatan dengan pasien. Aplikasi ini dapat menjadi solusi tepat bagi mereka yang tidak ingin kesibukannya terganggu oleh penyakit yang tiba-tiba menyerang,” ujar Budhi yang juga seorang dokter.

 

Melihat kebutuhan

Budhi adalah dokter lulusan Universitas Udayana, Bali. Sebagai praktisi dia sudah melakukan kegiatan homecare dan home visit sejak terjun ke dunia medis. Fenomena urban yang menuntut berbagai aktivitas ingin dilakukan secara praktis memberikan mereka ide untuk menghadirkan layanan kesehatan on-demand berbasis mobile.

“Saya lihat dengan cara konvensional keterbatasan kami sangat tinggi. Di mana tenaga medis tidak bisa mengambil pasien yang lokasinya terlalu jauh, sedangkan melihat kebutuhannya ada yang jauh. Jadi dengan adanya platform ini bagaimana caranya mempertemukan pasien dengan tenaga medis jadi lebih cepat dan lebih luas, karena terhubung secara online,” ungkapnya.

Dia pun menggajak rekannya Stephanie Patricia dan ahli teknologi Bagas Ananta untuk membangun aplikasi Medi-Call.

“Kami bertiga mengonsep layanan dalam bentuk aplikasi kesehatan ini bersama dengan tujuan agar memudahkan masyarakat di mana pun yang membutuhkan layanan kesehatan baik dari dokter, perawat, bidan dan para ahli fisioterapis,” terangnya.

Budhi menjelaskan, dengan aplikasi Medi-Call memberi kemudahan untuk pengguna memperoleh pelayanan kesehatan terdekat melalui aplikasi. Keunggulan yang coba ditawarkan memudahkan pasien tidak perlu lagi mengantre, karena tim kesehatan yang akan menyambangi rumah pasien sesuai dengan keluhannya.

“Jumlah partner kami sekarang sekitar 2.500 di seluruh Indonesia. Untuk pasien, dalam sebulan kami bisa menerima 3.000 pasien dari seluruh Indonesia dengan traffic 150 ribu yang masuk setiap bulan dari seluruh Indonesia,” klaim Budhi.

Atas perkembangan dan capaian Medi-Call yang cukup pesat tersebut, Budhi merasa bangga dan bersyukur. “Saya bersyukur bahwa aplikasi ini dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat yang membutuhkan. Kami memastikan seluruh mitra memiliki lisensi praktik dari lembaga terkait. Selain itu untuk partner kami juga mengadakan training di setiap kota,” katanya lagi.

Layaknya aplikasi on-demand lainnya, Medi-Call juga berusaha memberikan kepastian biaya terkait pelayanan kesehatan saat pengguna hendak melakukan pemesanan.

“Dokter yang datang ke rumah pasien dapat langsung meresepkan obat, yang kemudian dapat dipesan melalui K24Klik. K24Klik menyediakan layanan one hour delivery yang memungkinkan pasien untuk segera menerima obatnya dalam kurun waktu 1 jam saja, sebab K24Klik sudah memiliki lebih dari 300 apotek mitra yang tersebar di seluruh Indonesia,” imbuh Budhi menerangkan teknis kerjasama dengan Apotek K24.

 

Sejak Medi-Call diluncurkan tahun 2017, Budhi mengklaim telah melayani lebih dari150.000 pasien di wilayah di Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, hingga Balikpapan. Peningkatan jumlah pengguna turut didukung adanya kerja sama dengan 387 dokter, 379 perawat, 480 bidan dan 30 fisioterapis. (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Real Service

Budhi mengakui, sebagai platform teknologi maka kendala terbesar adalah jaringan internet. “Di beberapa daerah yang layanan 4G kurang maksimal, maka di daerah tersebut pasti berkurang tenaga medis yang ada. Dan itu menjadi tantangan kami agak cukup sulit mendatangkan partner karena memang infrastrukturnya belum merata, terutama daerah-daerah pinggiran,” ungkapnya.

Menurut Budhi, startup Medi-Call ini dibangun bootstrap. Oleh karena itu, meski menyediakan layanan kesehatan, Budhi menegaskan mereka tetap berorientasi profitable. “Kami hidup dari dana yang kami peroleh sendiri. Jadi platform kami tipikalnya yang bukan bakar-bakar  duit. Kami nggak menjual diskon. Kalau boleh dibilang, kami ini real service. Jadi kami benar-benar layanan yang berdasarkan permintaan pasien. Untuk itu, kami mengambil sekitar 15% sampai 20% dari total tagihan yang diberikan pengguna,” lanjut dia.

Di sisi lain, Budhi menjamin layanan dokter dan perawat yang tersedia di platform Medi-Call selalu tersedia selama 24 jam. Lebih dari itu, sistem Medi-Call juga memiliki back up atau cadangan dengan mengaktifkan call center yang selalu stand by selama 24 jam.

“Seluruh partner tersebut telah dipastikan memiliki lisensi praktik dari lembaga terkait. Selain itu kami juga melakukan training di setiap kota untuk partner tenaga medis. Apabila terjadi kasus emergency  yang membutuhkan penanganan segera, call center akan membantu pasien dalam mencari provider layanan kesehatan on demand terdekat untuk berangkat ke lokasi pasien,” tegasnya.

Belakangan ini startup teknologi dengan layanan serupa makin marak. Menyikapi persaingan, Budhi mengaku tak merasa khawatir. Dia percaya pada keunggulan platform Medi-Call yang dapat mengintegrasikan antara dokter, tenaga medis dan penyediaan logistik hingga farmasi .

“Jadi core kami adalah menyediakan layanan mulai dari dokter, perawat, fisioterapi hingga jaringan farmasi. Dan ini menjadi keunggulan kami,” ucapnya percaya diri.

Selain memberikan hal yang efisien, Budhi juga menyatakan bahwa harga tenaga medis maupun layanan homecare yang diberikan Medi-Call kepada masyarakat cukup bersaing jika dibanding harga yang diberikan layanan homecare konvensional.

“Kalau dibandingkan dengan cara konvesional kami selalu lebih efisien. Contoh di daerah sekitar kami ada layanan home visit dan homecare tetapi harga kami akan di bawah itu, karena di sini kami memotong peran biaya ketiganya. Untuk harga, karena layanan kami ada banyak. Untuk dokter start-nya di Rp 200 ribu satu kali kinjungan di luar obat dan tindakan, dan perawat sebesar Rp 150 ribu, serta homecare beda lagi karena hitungannya ada yang per minggu, per hari maupun per jam biayanya. Pada intinya harga kami selalu ada di bawah dari yang konvesional karena kami nggak punya fix cost. Jadi lebih murah,” jelas Budhi lagi.

Saat ini, diklaim Budhi, bisnis Medi-Call sudah profit. Di Medi-Call sudah ada 35 tim manajemen yang ada di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali.

“Saya berharap, kehadiran Medi-Call bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan layanan homecare dan home visit bagi masyarakat di seluruh Indonesia,” tuntasnya.

 

======================

Budhi Riyanta

Prestasi          :

=======================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version