youngster.id - Sejak Pandemi Covid-19 rumah memiliki fungsi yang lebih strategis. Tak hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga pusat berbagai aktivitas masyarakat. Mulai dari tempat bekerja, sekolah, ibadah, bahkan tempat isolasi mandiri bagi mereka yang terpapar virus Corona. Sayang belum semua masyarakat bisa memperoleh rumah hunian.
Ternyata meski rumah adalah salah satu kebutuhan primer, sama halnya dengan pangan, dan sandang, tetapi tidak semua orang bisa dengan mudah memilikinya. Berdasarkan data BPS tahun 2020, lebih dari 71 juta penduduk Indonesia belum memiliki rumah.
Penyebabnya adalah karena down payment yang tidak terjangkau, hambatan BI checking, dan proses pengajuan KPR yang rumit. Apalagi pembiayaan properti lembaga keuangan cenderung melayani segmen white collar dengan profil risiko yang dapat diterima perbankan. Sementara belakangan ini banyak milennial yang berpenghasilan non fixed income.
Kondisi ini mendorong Dayu Dara Permata, Co-founder dan CEO dari Pinhome menghadirkan program #CicilDiPinhome. Ini adalah sebuah alternatif skema pembelian rumah yang bertujuan untuk membantu konsumen terutama milennial dalam membeli rumah.
“Program ini hadir untuk mengatasi persoalan pembelian rumah dengan cara KPR yang kadang tidak terjangkau oleh masyarakat berpengahsilan rendah dan non fixed income,” kata Dara dalam wawancara virtual dengan youngster.id baru-baru ini.
Menurut Dara, milenial cenderung untuk mendirikan usaha sendiri dan bukan menjadi karyawan perusahaan orang lain. Mereka juga tidak memiliki kecenderungan untuk menabung dan lebih memilih memanfaatkan uang mereka untuk traveling. Padahal berdasarkan Riset dari Pinhome, 28% masyarakat Indonesia sedang berencana membeli properti dalam 1-2 tahun yang akan datang. Riset itu juga menunjukkan milenial sedang berada pada usia produktif dan banyak dari mereka adalah konsumen properti untuk pertama kalinya. Bahkan didapati 57% milenial mengincar harga rumah kurang dari Rp500 juta.
“Dengan kondisi demikian, sebenarnya milenial bankable, tetapi perlu diarahkan ke membeli hunian. Sedangkan di sisi lain lembaga keuangan perlu menerapkan ketentuan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi mereka yang berpenghasilan tidak tetap dan berpenghasilan rendah,” ungkap Dara.
Berdasarkan data internal Pinhome, pembiayaan properti lembaga keuangan cenderung melayani segmen white collar atau masyarakat berpenghasilan tetap (fixed income). Hal ini yang menyebabkan sekitar 70% penolakan pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terjadi karena faktor eligibilitas atau kelayakan.
“MBR serta non-fixed income ini adalah salah satu segmen yang tidak mau disasar oleh bank karena profil risikonya yang sulit diterima,” ujar perempuan berusia 33 tahun itu.
Data publikasi Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) per November 2021 juga menunjukkan, sekitar 16% realisasi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk segmen MBR non-fixed income hanya mencapai 16%.
Melihat fenomena tersebut, Pinhome menggandeng PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) (SMF) untuk menghadirkan sistem sewa beli yang memudahkan MBR dan non-fixed income dalam membeli rumah. Sistem sewa beli dengan nama #CicilDiPinhome ini adalah alternatif skema pembelian rumah yang bertujuan untuk membantu konsumen membeli rumah dengan cara dicicil selama 1-20 tahun sembari menempati rumah tersebut. Program ini hadir untuk mengatasi persoalan pembelian rumah dengan cara KPR yang terkadang tidak bisa dijangkau oleh MBR dan non-fixed income.
“Kami ingin memberikan dukungan dan fasilitas agar masyarakat Indonesia percaya bahwa semua orang punya akses memiliki rumah impian dan rumah usahanya sendiri,” kata Dara.
Tangan Dingin
Tangan dingin Dara dalam mengelola bisnis startup tidak perlu diragukan lagi. Sebelum mendirikan Pinhome pada September 2019, perempuan cantik ini pernah menggarap sekitar 36 startup di Indonesia, dengan layanan produk dan jasa yang bervariasi.
Kemampuan alumni Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memang tidak diragukan. Lulus dari ITB, Dara berkarir di Divisi Corporate Strategy PT XL Axiata Di sini, dia belajar tentang hubungan antara teknik industri dengan sektor jasa yang sangat terkait erat.
Setahun di operator tersebut, wanita kelahiran 3 September ini hijrah ke McKinsey untuk mengejar cita-citanya sebagai konsultan. Passion tersebut diperoleh semasa magang saat kuliah di beberapa perusahaan konsultan manajemen, diantaranya Accenture dan McKinsey.
Awal tahun 2015, sesama alumni McKinsey, yakni Nadiem Makarim yang saat itu tengah membangun Gojek, datang dan memberi penawaran menarik, yakni bersama-sama membangun startup teknologi ini demi kepentingan jutaan rakyat Indonesia. Bersama Gojek dia membidani bisnis di lini non-transportasi yaitu Go-Life.
Ketika itu, Dara bercita-cita Go-Life dapat turut memberdayakan para pekerja sektor informal di Indonesia. “Saya memulai di GoJek dengan membentuk tim sendiri mulai dari rekrutmen hingga tahap akhir. Kami mencari anak muda yang memiliki kapabilitas untuk membangun aplikasi, dapat membangun proses bisnis dari nol, dan mengerti melakukan eksekusi di lapangan, memiliki komunikasi yang baik, dan memiliki jiwa entrepreunial,” kisahnya.
Ia pun berhasil mengembangkan beberapa layanan yang mempermudah keseharian yaitu Go-Life yang terdiri dari Go-Clean (jasa membersihkan ruangan), Go-Massage (jasa pemijatan), Go-Glam (jasa salon), dan Go-Tix (jasa pembelian tiket bioskop, konser, atau acara besar). Namun kemudian pada akhir 2019 dia meninggalkan Gojek dan kemudian mendirikan Pinhome bersama rekannya Ahmed Aljunied (CTO Pinhome) yang mulai beroperasi pada awal 2020.
“Kami sadar bahwa saat ini mobilitas masyarakat sangat tinggi, akses terhadap gawai serta koneksi bisa didapatkan di mana pun. Oleh karena itu, untuk lebih mempermudah akses seluruh penggiat properti, kami menghadirkan Pinhome dengan misi kami untuk memastikan properti lebih aksesibel untuk semua orang,” ucap Dara.
Pinhome menyasar segmen anak muda. Apalagi diproyeksikan ada 150 juta orang generasi muda berada dalam usia produktif dan mereka adalah konsumen properti untuk pertama kali yang belum terjamah oleh pemain proptech saat ini.
“Ini adalah bentuk dukungan kami dalam memberikan akses properti kepada 150 juta generasi milenial karena kami percaya mereka akan menjadi pendorong industri properti pada masa mendatang,” ucap Dara lagi.

Solusi dan Jasa
Fitur-fitur yang disematkan dalam aplikasi mencakup seluruh permasalahan yang dialami para pencari properti di Indonesia. Dara menjelaskan, dari survei internal yang dilakukan perusahaan, responden menjawab ketika ingin mencari properti, ada tiga keluhan yang umumnya dirasakan. Yakni, sulit mencari informasi yang tepat dan terpercaya, tidak tahu harga yang wajar di pasaran, dan ragu memilih metode pembayaran yang paling sesuai.
Oleh karena itu, aplikasi Pinhome dibekali dengan sederet keunggulan. Salah satunya panduan membeli properti. Pengguna akan dipandu dalam menentukan budget dan properti ideal, opsi pembayaran, mengontak agen, melakukan kunjungan properti, menentukan estimasi harga, panduan KPR, memulai transaksi, menyiapkan dokumen penting, hingga proses serah terima semua dalam satu aplikasi.
“Dari seluruh pengalaman membeli rumah sebesar 100%, sekarang Pinhome sudah mendigitalisasi sekitar 80% dari situ. Kami akan terus perbaiki pengalaman konsumen, sehingga bisa frictionless dan seamless,” ujar Dara.
Tak hanya mendukung kebutuhan membeli atau menjual rumah, aplikasi Pinhome juga disematkan dengan layanan jasa rumah tangga dan gaya hidup, Pinhome Home Service (PHS). Solusi ini untuk menyasar pengguna Pinhome yang ingin merawat rumahnya, kendati belum berencana membeli/menjual rumah dalam jangka waktu dekat.
Di usia yang masih muda, Pinhome telah meraih pencapaian yang membanggakan. Lebih dari 600 ribu properti yang sudah listing di Pinhome. Layanan properti dan jasa rumah tangga dari Pinhome juga telah menjangkau 100 kota. Selain itu viewers di website Pinhome telah mencapai lebih dari 5,2 juta setiap bulan. Mereka juga telah bekerjasama dengan lebih dari 25 ribu profesional penyedia jasa seperti agen, realtors, kantor properti, developers serta rekan jasa.
Menurut Dara, nilai transaksi yang difasilitasi Pinhome selama 2 tahun telah mencapai triliunan rupiah. Dengan rincian, 33,5% transaksi properti di bawah Rp300 juta, 24% transaksi antara Rp301 juta-Rp700 juta, Jawa Barat adalah daerah dengan penjualan terbanyak. Kemudian, properti seharga Rp51,2 miliar adalah unit primary termahal yang pernah ditransaksikan, sementara untuk unit secondary seharga Rp14,5 miliar. “Sepertiga transaksi properti di Pinhome paling banyak berada pada harga di bawah Rp300 juta,” ujarnya.
Saat ini, Pinhome telah bermitra dengan 20 lembaga keuangan, mulai dari bank dan multifinance yang dapat dipilih konsumen.
“Pinhome ingin memberikan dukungan dan fasilitas agar mereka percaya bahwa semua orang memiliki akses dan kesempatan untuk memiliki rumah impian mereka. Visi kami menjadikan properti lebih dapat diakses untuk meningkatkan penghidupan dan inklusi finansial untuk masyarakat Indonesia,” pungkas Dara.
=====================
Dayu Dara Permata
- Tempat Tanggal Lahir : 3 September 1989
- Pendidikan : Teknik Industri ITB, Bisnis Internasional, Chonnam National University, Korea Selatan
- Usaha yangdikembangkan : Membangun e-commerce properti
- Nama Usaha : Pinhome
- Mulai Usaha : September 2019
- Jabatan : CEO & Co-founder
- Jumlah Properti Listing : lebih dari 600 Ribu
- Viewers Website : lebih dari 5,2 Juta/bulan
=====================
STEVY WIDIA
Discussion about this post