youngster.id - “Tahu bulat digoreng dadakan, lima ratusan, gurih-gurih nyoi…”
Suara khas dan diputar berulang-ulang itu, hampir setahun belakangan ini sering terdengar di berbagai tempat di kawasan Jabodetabek dan sekitarnya. Suara rekaman itu merupakan kreativitas penjual tahu bulat yang berkeliling menggunakan mobil bak terbuka dalam menjajakan dagangannya.
Nah, fenomena pedagang tahu bulat itu menginspirasi gamer muda asal Bandung Eldwin Viriya untuk membuat game dengan label sama: Tahu Bulat. Hebatnya, game Tahu Bulat masuk di daftar teratas Play Store. Bahkan, game Tahu Bulat berhasil memuncaki top chart Play Store Indonesia beberapa waktu lalu. Sampai saat ini game Tahu Bulat sudah diunduh lebih dari 6,5 juta orang! masuk 10 besar game paling laris versi Google Play Store.
Industri game di Indonesia memang sedang beranjak tumbuh. Para developer game mulai bermunculan. Tak jarang karya-karya mereka berhasil unjuk gigi di jagad game online dunia. Tengok saja, dari lima besar top chart game di Play Store, setidaknya ada tiga game bikinan gamer Indonesia. Termasuk, salah satunya game Tahu Bulat. Kini, game pun bukan lagi sebagai bisnis sembarangan.
Tahun ini masa jaya pengembang game lokal. Di tahun ini industri game Indonesia sudah bernilai US$ 321 juta (setara dengan Rp 4,3 triliun) dan diprediksi bisa mencapai hingga angka US$ 600 juta. Eldwin melalui bendera studio Own Game yang dikembangkannya, turut menikmati gurihnya kue bisnis game online.
Di tangan Eldwin, Tahu Bulat sempat menggeser posisi Clash Of Clan dalam jumlah pengunduhnya. Sampai saat ini, game Tahu Bulat memiliki pengunduh sebanyak 10.000 – 20.000 orang per hari.
“Tahu Bulat memang kami buat tahun lalu. Game ini memang fokus pada nilai lokal dan Indonesia banget. Kami kepingin temanya kuliner dan yang nyambung dengan kehidupan sehari-hari semua orang,” ungkap Eldwin kepada Youngsters.id.
Selain Tahu Bulat, Own Games telah meramaikan pasar mobile game Indonesia sejak tahun 2011. Beyond The Well, DragManArds, Eyes on Dragon, Own Kingdom, dan Own Ranger adalah sebagian dari judul game yang lahir dari perusahaan yang digawangi Eldwin dan adiknya, Jefvin Viriya. Game-game yang mereka buat adalah game berbasis smartphone, baik android maupun iOS. Gamenya yang ke-20 tak lain adalah game fenomenal Tahu Bulat.
“Saya ingin anak-anak di Indonesia memiliki hiburan yang mencerminkan identitas mereka sendiri, yaitu identitas orang Indonesia,” ujar Eldwin.
Bisa dibilang game yang dibuat oleh Own Games memiliki karakter yang lucu dan menyenangkan untuk dimainkan.
“Rasa senang dan terhibur itulah yang ingin saya bawa kembali di dalam setiap game karya Own Games,” ujar Eldwin. Â Dia mengaku hal itu tetap diterapkan dalam game bermuatan lokal miliknya. “TahuBulat mungkin membawa kekayaan lokal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sebenarnya saya lebih senang ketika orang-orang enjoy dan terhibur, bahkan terinspirasi ketika bermain game ini, sehingga nanti bisa melakukan hal-hal lain yang sifatnya positif ,” lanjutnya.
Segelas Kopi
Kesukesan Eldwin dan Own Games dengan game Tahu Bulat tidak didapat dengan cara yang instan. Bahkan, pria yang sempat bercita-cita menjadi dokter ini sempat ditentang orang tua ketika memulai bisnis ini. Apalagi, penghasilan Eldwin melalui game pertamanya langsung habis hanya untuk membeli segelas kopi.
Awalnya lelaki kelahiran Bandung, 17 Agustus 1988 ini hanya penikmat game bersama teman-temannya. Â Bahkan, oleh orang tuanya hanya diizinkan main game saat akhir pekan. Itupun dengan batas waktu dan syarat tak ada tugas sekolah. Namun dia selalu merasa terhibur ketika bermain game. Apalagi setelah berkenalan dengan dunia pemrograman, ketika bersekolah di SMA St. Aloysius Bandung. Ketertarikan pada dunia programing membuat dia melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Informatika Universitas Katolik Parahyangan Bandung pada tahun 2007.Di sinilah kemampuannya sebagai pemrogram mulai terasah.
Game perdana yang dibuat oleh Eldwin adalah Tako Jump di tahun 2011. Menurut Eldwin, game Tako Jump ini mirip seperti Flappy Bird hasil iseng dari Dong Nguyen. Namun yang membedakannya adalah Tako Jump hanya mampu menghasilkan US$ 3 atau Rp 30.000 kala itu. “Uang US$ 3 di kurs tahun 2011 itu bukan per hari atau per tahun, tapi untuk seterusnya. Dan langsung habis untuk beli kopi,” ujarnya sambil tertawa.
Meski demikian Eldwin tidak putus asa. Ia merasa industri game di Indonesia ini lebih mudah ditembus ketimbang bidang lain, seperti komik dan film animasi. “Kalau bikin game memang sudah hobi dan saya ingin buka perusahaan entertaiment. Nah, karena memiliki kemampuan coding dan gambar, jadi saya saya memilih untuk bikin game sebagai hal yang paling gampang,” ungkapnya.
Langkah menjadi game maker sebetulnya ditentang oleh orangtua. Kala itu bisnis game belum populer. Pemasukan yang ia dapat tidak menentu. Itu yang membuat orangtuanya khawatir. Namun Eldwin terus membuktikan bahwa anggapan itu salah. “Saat itu saya belum kenal startup, bahkan bisnis saja saya tidak mengerti. Saat itu saya murni hanya ingin bikin game, untuk dipasang iklan. Dari situ saya mendapat US$ 3 per selamanya tadi,” paparnya sambil tertawa.
Dengan modal sendiri dia mengajak adiknya Jefvin mendirikan Own Games. Â Sebagai pembuktian mereka langsung ikut serta dalam ajang Mobile Game Developer War 2 yang diadakan oleh Nokia dengan Agate Studio. Dalam ajang tersebut Own Games berhasil menjadi juara ketiga dengan game Beyond The Well yang berhasi diunduh sebanyak 75.933 kali.
Setelah mendapatkan hasil yang memuaskan tersebut mereka berdua semakin serius mengembangkan game Beyond The Well yang hingga saat ini telah diunduh jutaan kali di seluruh dunia. Kemudian Eldwin pun mengembangkan game strategi pertamanya secara serius, DragManArds! Hal itu diikuti dengan sejumlah prestasi.
Mereka pernah terpilih menjadi salah satu anggota Nokia Developer Champion, diundang oleh Nokia ke ajang Mobile World Congress 2014 di Barcelona, Spanyol. Mereka juga pernah menjuarai ajang Mobile Game Developer War 5 dan INAICTA 2013 kategori game. Hal ini membuat Eldwin memutuskan pada 1 April 2013 untuk menjadikan Own Games berbadan hukum di bawah nama CV Viriya Jaya Bersama.
“Sebenarnya 4 tahun itu kami bikin game-nya. Kami pergi ke seminar game selama 4 tahun itu. Mulai dari Jakarta, Singapura dan Belanda juga pernah. Jadi banyak sih kalau bicara modal selama 4 tahun itu dan kami jadi lebih paham. Tapi kalau nilai materialnya justru kami tidak hitung,” ungkap Eldwin mengenai modal yang dia habiskan untuk usaha ini.
Tumbuh Bersama
Game Tahu Bulat bisa dibilang fenomenal. Cerita dagang tahu bulat berawal dari partisipasi kedua anak muda itu dalam pameran Pasar Komik Bandung, 7-8 Mei silam. Booth mereka sepi pengunjung pada hari pertama. Saat itu, Eldwin pun punya waktu membuat sketsa karakter dan suasana bakal game Tahu Bulat, sementara Jefvin membuat programnya.
Pada hari kedua, prototipe game itu kelar. Ia mengundang pengunjung pameran untuk mencicipi ”Tahu Bulat” yang ”digoreng dadakan”. ”Ada lebih dari 100 orang mencoba, dan mereka senang,” kata Eldwin.
Setelah disempurnakan, game itu tayang sepekan kemudian. Dan dalam tiga minggu nongol di Google Play Store, permainan gratis itu telah diunduh 2,5 juta kali dari Indonesia saja.
Bahkan Game besutan Eldwin sempat mengungguli game Clash of Clans (CoC), kisah fantasi pertempuran antarklan bikinan perusahaan Supercell asal Finlandia. Artinya, dalam waktu 24 jam, game Tahu Bulat lebih banyak diunduh dibandingkan permainan Android lain. Ini berulang setiap hari selama dua pekan terakhir.
Untuk mempertahankan posisi itu, Eldwin dan adiknya begadang hampir setiap malam. Mereka memperbarui setiap hari, menanggapi komentar, dan memperbaiki kinerja game itu. Alhasil game ini meraih 6,5 juta pengunduh di seluruh dunia dan menjadi satu-satunya game produk Indonesia di daftar 10 besar game paling laris.
Eldwin tak mau menyebut berapa pendapatan game itu. Walau diunduh gratis, Tahu Bulat dapat untung dari pembelian fitur dalam aplikasi (in-app purchase). ”(Pendapatannya) sudah sampai empat digit sih (ribuan) sehari,” kata Eldwin. Angka itu dalam pecahan dollar AS dihitung tiap hari.
Namun Eldwin mengungkapkan, Own Games menggunakan dua metode untuk mendapatkan keuntungan dari game mereka yaitu In-App Purchase dan iklan. Untuk metode In-App Purchase ini, Own Games mempercayakannya pada layanan dari Microsoft dan Nokia. Dalam metode ini, Own Games menjual berbagai perlengkapan yang dibutuhkan untuk menambah kemampuan karakter di game. Metode ini cukup ampuh bila diterapkan pada game.
Untuk game yang menggunakan metode iklan, Own Games menggunakan layanan dari penyedia iklan Vserv, AdMob, dan iAd. Beberapa game Own Games yang dipasang iklan biasanya telah memiliki jumlah pengunduh yang banyak.
“Dengan penghasilan hingga sekarang ini kalau dibilang balik modal sekali lagi saya nggak menghitung. Karena yang saya pikir adalah revenue ini bisa untuk membangun Own Game lebih jauh, lebih besar ke depannya,” tegasnya.
Menurut Edlwin, saat ini perkembangan game di Indonesia mulai pesat. Banyak studio pembuat game muncul dan menghasilkan game yang berkualitas.
“Persaingan tentunya jelas ada. Sepanjang perjalanan bisnis kompetiter itu pastinya ada. Tetapi sesama game developer Indonesia kami ini welcome dan enjoy karena memang ingin tumbuh bareng. Saat ini sukses, kami juga bisa bermitra dengan yang lain,” ungkapnya.
Harapan dari Eldwin adalah agar Own Games bersama dengan teman sesama pengembang game dan industri kreatif lainnya di Indonesia dapat berkembang serta bertumbuh bersama sehingga Indonesia dapat menjadi pemain penting di industri game global.
 ========================================================
Eldwin Viriya
- Tempat tanggal lahir : Bandung, 17 Agustus 1988
- Pendidikan : S1, Informatika Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
- Hobi : menggambar dan coding
- Bisnis : Tahun 2011 mendirikan Studio Own Games, bersama adiknya Jefvin. Pada 1 April 2013, Own Games memiliki badan usaha CV Viriya Jaya Bersama. Saat ini memiliki enam orang karyawan
Prestasi :
- International Mobile Game Awards SEA 2016
- INAICTA 2013
========================================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post