Hansen Louisther Marpaung : Bantu Didik UMKM Agar Berdaya Saing Global

Hansen Louisther Marpauung. Co-founder & COO Edukasi 4.0 (Edukasiempatnol.com) (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Tekonologi telah mendisrupsi manusia dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah pendidikan. Pasalnya, persaingan semakin ketat, tak hanya dengan sesama manusia tapi juga dengan mesin. Jika tidak maka mereka bisa terdisrupsi dengan teknologi yang mereka buat sendiri.

Pendidikan harus sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini. Mckinsey Global Institute memprediksi akan ada pekerjaan yang hilang di masa depan. Tahun 2030 akan banyak pekerjaan terotomasi dengan robot dan AI (artificial intelligence). Bahkan, sedikitnya ada 800 juta pekerjaan yang akan tergantikan.

Pekerjaan dengan kemampuan standar, seperti sopir, buruh pabrik, akuntan hingga tenaga medis bisa tergantikan. Robot dan AI bisa bekerja lebih baik dan minim kesalahan, manusia yang tidak kreatif terpaksa kalah dengan perubahan tersebut.

Sadar akan hal itu, Rejive Dewangga dan Hansen Marpaung mendirikan Edukasi 4.0 (baca Edukasiempatnol). Startup yang diluncurkan pada pertengahan Mei 2019 lalu itu, mengedepankan program edukasi interaktif yang berkelanjutan dalam rangka mendukung Revolusi Industri 4.0 yang diperuntukkan bagi pelaku UMKM dan IKM.

“Misi kami mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berdaya saing global melalui edukasi kompetensi sumber daya manusia. Karena kami yakin jika memiliki kemampuan teknologi maka akan ada banyak kesempatan dan peluang bagi banyak orang,” ungkap Hansen, selaku COO dan co-founder Edukasi 4.0 kepada youngster.id belum lama ini.

Hansen menjelaskan, Edukasi 4.0 fokusnya untuk milenial dan UMKM agar siap usaha dan kerja melalui teknologi. “Di Edukasi 4.0 ini, UMKM juga kami bantu untuk go digital atau online seperti menjual di Bukalapak, Tokopedia, Shopee, Lazada, dan kita akan bangun market place sendiri tahun depan,” jelasnya.

Tak hanya itu, startup Edukasi 4.0 juga memberikan nilai tambah bagi para anggotanya. Antara lain akses koneksi bisnis, akses penerima pekerjaan bagi milenial, akses pembiayaan, akses perizinan, aplikasi untuk riset pasar, dan sebagainya. Sehingga, Edukasi 4.0 turut berpartisipasi dalam menciptakan penyerapan tenaga kerja melalui program link and match, dengan cara bekerja sama dengan beberapa pelaku usaha di bidang tenaga kerja. Lalu para calon tenaga kerja ini akan diberikan edukasi khusus sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Jenis kursus yang ada di Edukasi 4.0 meliputi kursus gratis dan berbayar di bidang blockchain, cryptocurrency, e-commerce, artificial intelligence, internet of things, big data, robotic, digital marketing dan cloud computing. Oleh karena itu, Hansen mengklaim, startup yang dibangunnya merupakan  marketplace edukasi teknologi.

“Kami sangat terdorong untuk membantu pelaku UMK dan milenial paham tentang perkembangan teknologi sebagai acuan dalam peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang mampu berdaya saing global, sehingga pelaku UMKM dan milenial pun bisa memiliki sentuhan digital dan go global,” tutur Hansen.

 

Percepatan Teknologi

Sejatinya, Hansen sudah lama berkecimpung di dunia startup. Pada tahun 2015 dia pernah terlibat membangun sejumlah startup seperti Cari Nikah, sampahberkah, dan Pemuda Digital Kreatif. Namun pertemuan dengan Rejive di Komunitas Pemuda Digital Kreatif membuat Hansen turut serta membangun Edukasi 4.0.

“Kami berdua memiliki visi yang sama dalam melihat perkembangan dan percepatan teknologi di sektor pendidikan menyambut revolusi industri 4.0. Kami ingin fokus pengembangan talenta digital, terutama untuk UMKM dan milenial,” kisah Hansen.

Dengan boothstrap mereka mengembangkan startup berbasis teknologi ini.  Dimulai dengan riset pasar mengenai perkembangan teknologi dan kebutuhan akan pasar edutech yang ada sekarang ini.

“Jujur saja, untuk membangun usaha rintisan ini kami merogoh kocek hingga Rp 90 juta per orang sebagai modal awal,” ujarnya.

Dari riset dan pengembangan, para founder bisa menentukan keunggulan apa yang akan dikedepankan Edukasi 4.0.  Terutama dalam hal kurikulum pembelajaran yang fokus pada teknologi era 4.0. Selain itu, menurut Hansen, startup ini mengedepankan konsep pembelajaran gamification. Ini yang belum dimiliki oleh para pemilik rintisan lain yang bergerak di bidang yang sama.

“Kami juga memiliki fitur layanan live Free Webinar yang sangat membantu dalam melihat antusiasme akan pengenalan perkembangan teknologi pada era revolusi industri 4.0,” ujar Hansen.

Tentu saja, tidak semua pengembangan Edukasiempatnol ini berjalan mulus. Hansen mengungkapkan, Edukasi 4.0 juga menemui beberapa kendala.  Nah, kendala yang terbesar datang dari kurangnya pengetahuan masyarakat akan revolusi industri 4.0 dan kebutuhan untuk menghadapi hal itu. Untuk itu butuh upaya dan kerja keras dalam melakukan sosialisasi, mulai dari kalangan pemerintah, universitas, sekolah hingga komunitas.

“Kami sadar perlu dukungan dari berbagai pihak agar tujuan kami dapat tercapai. Dukungan itu terutama dalam bentuk pengembangan kurikulum, pengembang konten, pengembangan kebutuhan skill, kebutuhan pengembangan platform dan pengembangan sumber daya pada sisi organisansi di Edukasi 4.0 itu sendiri,” kata Hansen.

“Jadi sampai saat ini Edukasi 4.0 masih bootstrap dan masih bergelut dengan tantangan tantangan baru baik dari sisi materi, tim maupun aspek bisnis. Tapi kami siap bertahan untuk menantikan kesempatan itu dengan terus meningkatkan pengembangan, pengetahuan baik dari sisi teknis dan bisnis. Komitmen itu kami selalu pegang agar bertahan sampai sejauh ini,” imbuhnya.

Menurut Hansen, kehadiran startup Edukasi 4.0 ini sangat dirasakan terutama bagi para pelaku UMKM. Termasuk kaum milenial yang ingin mencoba mengasah kemampuan dan memunculkan talenta kewirausahaan.

“Dengan Edukasi 4.0  kaum milenial dapat meningkatkan kemampuannya sesuai perkembangan teknologi saat ini. Kami juga berharap dapat menekan angka pengangguran dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia hingga ke pelosok daerah,” ucap dia.

 

Sebagai upaya membantu pelaku UMK dan milenial agar mampu berdaya saing global, Rejive Dewangga dan Hansen Louisther Marpaung mendirikan Edukasi 4.0 (baca edukasiempatnol) (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

 

Sertifikasi

Saat ini. Hansen bersama tim terus berupaya untuk memberikan peningkatan kurikulum Edukasi 4.0. “Target yang dilakukan ke depan adalah peningkatan kurikulum terhadap pengembangan industri yang semakin cepat, meningkatkan konten-kontren berkulitas yang sesuai dengan industri dan mengeluarkan sertifikasi yang diakui oleh pelaku industri,” ujarnya.

Sejauh ini, Edukasi 4.0 telah bekerjasama dengan BRI Lampung untuk melakukan pendampingan kepada UMKM dalam meningkatkan usaha yang sedang mereka jalankan. “Selain itu, kami juga bermitra dengan beberapa startup rekanan kami yang bisa melakukan dalam memberikan dukungan kepada kami akan kebutuhan yang tidak kami miliki, seperti Finansialku, HRD Room, BInance dan lain-lain,” tuturnya.

Bahkan, di masa pandemi covid-19 ini, tim Edukasi 4.0 terus melalukan penetrasi terutama kepada mereka yang harus bekerja di rumah atau mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Antara lain membuat program 50 Volunteer Speaker yang melibatkan sejumlah founder startup untuk memberikan insight dalam menghadapi masa pandemi ini. “Kami juga terus mengembangkan kurikulum, konten dan platform yang mudah bagi pengguna untuk peningkatan pembelajaran secara gamification,” tambahnya.

Hansen menjelaskan, model bisnis yang dilakukan oleh Edukasi 4.0 adalah dengan model keanggotaan atau subscribe. Selain itu, ada opsi bagi pengguna untuk membeli konten dengan sistem bagi hasil dengan para mentor untuk setiap konten yang dibuat. “Dengan kurang lebih 7.000 pengguna kami sudah bisa memonitize bisnis ini,” klaim Hansen.

Hansen yakin startup yang mereka kembangkan ini akan dapat bertahan dan berkelanjutan. Apalagi fokus utama mereka adalah mendorong para pelaku UMKM dan milenial dapat meningkatkan kompetensi dan daya saing global.

“Bagi kami ini tidak hanya membangun sebuah bisnis tapi juga membangun karakter dari individu pelaku bisnis yang kokoh, menguasai teknologi digital dan mampu bersaing secara global,” pungkasnya.

 

=====================

Hansen Louisther Marpauung

Prestasi :

==================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version