youngster.id - Indonesia mempunyai potensi andal dalam kompetensi sumber daya manusia (SDM) bidang digital, terutama dikuasai oleh anak muda. Berbagai aplikasi lahir untuk mempermudah kegiatan termasuk kehidupan beragama masyarakat Indonesia.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia kebutuhan informasi Muslim muda modern Indonesia pun bertumbuh. Dalam Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 207 juta jiwa atau 87% dari total penduduk sebanyak 238 juta jiwa. Jumlah itu merupakan 13% dari seluruh umat Muslim di dunia.
Sementara itu, Boston Consulting Group (BCG) memprediksi jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 267 juta jiwa pada 2020. Dari total penduduk tersebut, sebanyak 62% merupakan warga kelas menengah.
Di sisi lain, perkembagan teknologi juga mendorong anak muda untuk mendalami ajaran Islam. Berangkat dari itu, Khoirunnisa Rizki Noor Fatimah dan Ramadhani Dian Pratiwi mengembangkan aplikasi Qiroah. Mereka menyebut Qiroah diciptakan untuk mendukung metode belajar membaca Al-Quran secara tatap muka (talaqqi).
“Aplikasi Qiroah ini adalah aplikasi yang dapat membantu kaum Muslim maupun orang awam umumnya untuk membaca Al-Quran, sesuai tajwid atau aturan yang baik dan benar,” kata Khoirunnisa, CEO dan Co-founder Qiroah kepada youngster.id saat ditemui di Green Park Office 9 BSD Tangerang Serpong belum lama ini.
Khoirunnisa dan Ramadhani adalah peserta dari Program Apple Developer Academy batch kedua. Melalui program beasiswa ini, Apple Developer Academy berupaya mencetak lebih banyak sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kompetensi pengembangan aplikasi kelas dunia sehingga mampu mendorong perkembangan ekonomi digital nasional.
Pada program ini ditekankan penerapan teknologi dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya dalam hal kehidupan beragama.
“Sebagai seorang Muslim tetunya, kami melihat masih banyak orang tidak menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Masih banyak yang tidak mempelajari dan seharusnya bagaimana membaca Al-Quran yang benar. Padahal setiap Muslim sholat, mereka wajib membacanya, minimal 5 kali sehari. Inilah yang menjadi kekhawatiran kami, sekaligus ide awal untuk kami cari solusinya sehingga lahirlah aplikasi Qiroah ini,” ungkap lajang yang akrab disapa Nisa ini.
Riset dan MUI
Sebelum mengembangkan aplikasi ini, Nisa dan rekannya melakukan riset selama 1,5 bulan. Termasuk mewawancarai rekan-rekan sesama Muslim untuk mencari tahu masalah yang dihadapi ketika belajar membaca Al-Quran.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan lembaga riset Internasional Pew Research Center mendapati, 93% responden di Indonesia menganggap agama memiliki peran penting dalam kehidupan mereka.
Hasil riset yang dilakukan Nisa mendapati masih banyak orang Muslim, terutama generasi muda, yang belum membaca dengan baik dan benar kitab suci Al-Quran. Menurut Nisa, dari hasil wawancara dengan para pemuda, mayoritas mengaku memiliki keterbatasan waktu. Mereka juga tidak mendapatkan informasi tentang guru ngaji. Dari sanalah kemudian dasar aplikasi Qiroah ini dibangun.
“Kami ingin menjawab masalah dari umat Muslim yang ingin mendalami Al-Quran dengan menghadirkan aplikasi Qiroah. Di sini Anda dapat membaca Al-Quran dengan bacaan yang benar sesuai tajwid. Seolah memiliki guru mengaji dalam genggaman, aplikasi ini mengajarkan pengguna bagaimana bacaan yang baik,” ungkap Nisa.
Caranya, dalam mengembangkan aplikasi ini, mereka menggunakan teknologi semacam mesin pembelajaran (machine learning). Sehingga salah satu pelajarannya, pengguna diminta untuk mengikuti bacaan dalam Qiroah.
Tidak bertindak sendiri, Nisa meminta nasihat dan izin dari pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI). Melalui komisi fatwa yang bertugas memberikan perizinan untuk sesuatu yang berkaitan dengan agama Islam, Nisa dan teman-teman berdiskusi.
“Pihak MUI mendukung kegiatan yang kami lakukan. Mereka menilai bahwa aplikasi Qiroah saat ini memang sangat dibutuhkan bagi kaum Muslim, khususnya di kalangan milenial untuk dapat membaca dan memahami Al-Quran dengan baik dan benar di era digital saat ini,” ungkapnya.
Dari pihak MUI Nisa mendapat rekomendasi Prof Ashin, seorang ‘Pentaseh’ Quran atau yang biasa cetak Al-Quran untuk dipublikasikan. Sang ulama pun sangat tertarik dan mendukung kegiatan pengembangan aplikasi ini. Sampai akhirnya izin aplikasi Qiroah diberikan.
“Beliau langsung yang membimbing kami dan memberikan materinya seperti ini sampai akhirnya memberikan testimonial. Bahkan setelah aplikasi berjalan kami kembali ke MUI dan mereka berharap bisa dapat kembali dikembangkan dan akan lebih banyak lagi yang dapat kami bantu,” tuturnya.
Aplikasi Qiroah yang saat ini tersedia di Apple Store tersebut telah merekrut puluhan ahli pembaca Al-Quran.
Machine Learning
Menurut Nisa, yang membedakan Aplikasi Qiroah dengan aplikasi sejenis lainnya adalah pada penggunaan teknologi machine learning. Dengan teknologi ini, maka puluhan ahli pembaca Al-Quran telah direkam suaranya. Sehingga aplikasi ini akan dapat memberikan tanggapan kepada pengguna mana pembacaan yang baik dan benar.
“Kami menggunakan machine learning yang mengolah rekaman langsung dari suara para ahli agama, seperti qori internasional, Ustad Ashin. Termasuk dari para pengajar Quran Tahsin bersertifikasi yang telah mengajar membaca Al-Quran sesuai tajwid yang baik dan benar. Puluhan suara orang ahli itu menjadi data untuk akurasi bagi machine learning Qiroah,” ungkap Nisa.
Data itu setiap hari bertambah, sehingga aplikasi ini terus menyempurnakan layanannya. Menurut perempuan kelahiran Yogkarta 09 Juni 1997, fitur lain yang menarik di aplikasi ini adalah instan feedback.
“Kami mengunakan teknologi machine learning yang kami latih dengan menggunakan data training yang diambil dari data rekaman suara para qori dan qoriah internasional maupun guru pengajar tahsin Quran bersertifikat. Jadi inilah fitur yang tidak ada di aplikasi belajar Al-Quran yang telah ada. Dengan fitur unik dari Qiroah maka penguna dapat belajar Al-Quran kapan pun dan di mana pun,” klaim Nisa.
Selain itu, fitur utama adalah fitur Tallaqi. Di sini tampil langsung lembaga maupun guru-guru pengajar yang ada di sekitar lokasi mereka. “Jadi kami mendeteksi lembaga Quran terdekat yang bisa pengguna kunjungi untuk belajar secara langsung. Ini juga yang menjadi keunggulan kami dari aplikasi lain yang selama ini ada,” ujar Nisa.
Diklaim Nisa, meski baru diluncurkan Oktober 2019, pengguna aplikasi Qiroah ini tak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari Amerika Serikat, UK, Australia, Belanda, China, Perancis dan Singapura.
“Aplikasi Qiroah saat ini sudah memiliki 150 lebih pengguna. Meski tampilan kami dalam bahasa Indonesia, tetapi yang sudah mengunduh dari beberapa negara selain Indonesia seperti Amerika, Inggris, Belanda, Tiongkok, Australia dan Singapura dengan pengguna paling banyak milenial,” ungkap Nisa.
Dia cukup bangga karena aplikasi yang mereka kembangkan terpilih sebagai salah satu aplikasi unggulan dan berkesempatan presentasi di depan Menristek.
Nisa berharap melalui aplikasi ini semakin banyak kaum Muslim dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Rencananya, ke depan mereka akan mengembangkan fitur yang lebih detail lagi dalam membaca Al-Quran.
“Pengguna aplikasi Qiroah dari mulai tingkat fundemental sampai spesialisasi. Tapi itu itu bukan target kami. Karena bagi kami, pengguna paling tidak mereka bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Insyallah, ke depan kami akan ada sertifikasi,” pungkasnya.
=======================
Khoirunissa Rizky Nur Fatimah
- Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 09 Juni 1997
- Pendidikan : Sarjana, Matematika Universitas Gajah Mada (UGM)
- Usaha yang dikembangkan : membuat aplikasi untuk membaca Al-Quran
- Nama Brand : Aplikasi Qoriah
- Mulai Launching : Oktober 2019
- Jabatan : Co-founder & CEO
- Jumlah Tim : 6 orang
Prestasi :
- Lulusan Batch Kedua, Apple Developer Academy 2020
- Juara 3 Mahasiswa Berprestasi, SMipa UGM
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post