Samuel Tirtasaputra : Memutuskan Pindah Kuadran Untuk Memajukan Perusahaan Agribisnis dan Petani Kecil

Samuel Tirtasaputra, Cofounder & CEO Gokomodo (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan sektor agrikultur. Sektor ini memainkan peranan penting dalam hal ketahanan pangan, yang merupakan isu krusial di tengah resesi global. Kemajuan di sektor pertanian yang didukung dengan kemajuan teknologi mendorong lahirnya startup agritech yang menjawab tantangan besar industri agrukultur.

Harus diakui, keberadaan pertanian dan perkebunan bagi Indonesia adalah vital, karena menjadi mata pencaharian mayoritas penduduknya dan menyangkut hajat hidup banyak orang. Data Badan Pusat Statistik triwulan 3 tahun 2022 mengungkapkan, pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha pada sektor pertanian tumbuh meyakinkan dengan nilai 1,65% (y-on-y), dengan andil kontribusi PDB sektor pertanian mencapai 12,91%.

BPS juga menyebut, pertanian sejauh ini merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja menurut lapangan usaha di seluruh Indonesia. Bahkan selama Agustus 2021 sampai Agustus 2022, lapangan usaha pertanian masih menjadi sektor tertinggi penyerap tenaga kerja, yakni sebanyak 1,57 juta orang.

Sementara data dari Kementerian Pertanian menyebut, perkebunan merupakan salah satu penopang ekspor pertanian Indonesia dengan capaian total Rp485,16 triliun. Jumah itu naik 7,29% apabila dibandingkan periode yang sama di tahun 2021. Tak heran jika, pertanian menjadi sumber yang paling besar perannya untuk menjadi salah satu pilar perekonomian.

Di sisi lain, dalam era serba teknologi startup, pertanian bisa menjadi alternatif yang solutif dalam menyelesaikan beragam masalah pertanian di Indonesia. Kehadiran startup digital di bidang pertanian (argitech) juga dilihat sebagai sebuah harapan baru untuk membawa industri pertanian Indonesia naik level. Dengan cara menghadirkan mekanisme dan model bisnis baru untuk efisiensi produksi sampai dengan distribusi.

Riset McKinsey tahun 2020, yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi digital dalam sektor agrikultur bisa membawa dampak positif bagi para petani dan meningkatkan output ekonomi hingga Rp94.846 triliun atau US$6,6 miliar per tahun. Bahkan agribisnis adalah sektor pemberi kontribusi terbesar kedua terhadap PDB Indonesia, dengan cakupan lebih dari 42 juta hektar lahan agrikultur dengan total pasar untuk input pemasukan pengadaan senilai US$30 miliar.

Hal itu pula yang mendorong Samuel Tirtasaputra memutuskan pindah kuadran, yang sudah belasan tahun menjadi profesional untuk menjadi wirausahawan. Bersama dengan William Pramana, ia mendirikan startup agritech Gokomodo. Ini adalah startup untuk rantai pasok dan layanan agribisnis yang menghadirkan solusi melalui platform pengadaan digital, perdagangan digital dan distribusi.

“Gokomodo memiliki visi untuk memberikan akses mudah terhadap produk agrikultur berkualitas, dengan menjadi platform dan layanan rantai pasok terdepan di agribisnis dan komoditas,” kata Samuel Tirtasaputra CEO dan Co-founder Gokomodo kepada youngster.id.

Menurut Samuel, Gokomodo bertujuan untuk menyediakan akses yang mudah untuk mendapatkan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif serta mendorong efisiensi dan transparansi bagi para pemangku kepentingan dalam dunia agribisnis.

Meski terbilang seumur jagung, startup ini baru saja mendapatkan pendanaan seri A sebesar US$26 juta yang dipimpin oleh East Ventures. Jumlah pendanaan ini merupakan salah satu pendanaan seri A dengan pendanaan terbesar yang pernah ada di Indonesia.

“Dukungan dari East Ventures dan investor lainnya akan kami gunakan untuk mengembangkan Gokomodo,” ujar Samuel.

 

Pendekatan Ganda

Samuel mengatakan, terlepas dari ukuran dan potensi yang dimiliki, sistem rantai pasok di Indonesia masih terfragmentasi dan jauh dari kata efisien, sehingga menimbulkan kesulitan bagi perusahaan dan petani kecil dalam mengakses produk kebutuhan agrikultur seperti pupuk dan peralatan pertanian.

Hal ini yang mendorong dirinya, bersama William Pramana seorang pengusaha teknologi mendirikan Gokomodo.

“Tujuan kami adalah untuk memajukan perusahaan agribisnis dan petani kecil di seluruh Indonesia serta penyediaan akses yang sama bagi semua pemangku kepentingan melalui teknologi,” katanya.

Awalnya startup agritech ini berfokus pada industri perkebunan kelapa sawit yang memiliki luas lahan sebesar 16 juta hektar dari total 43 juta hektar lahan agrikultur Indonesia. Samuel mengungkapkan, meski sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia, namun produktivitas Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara tetangga seperti Malaysia.

“Produksi minyak kelapa sawit Malaysia sekarang sudah bisa mencapai 3,9 ton per hektar, sedangkan kita Indonesia baru 2,7 ton per hektar. Mengapa? Salah satunya mungkin pengetahuan para petani tentang proper farming masih terbatas. Mereka juga punya keterbatasan untuk mengakses produk lengkap dan berkualitas, karena lokasi mereka yang berada di pulau-pulau,” ungkapnya.

Menurut Samuel, hal tersebut mempengaruhi rata-rata hasil kebun petani yang masih tertinggal dari perusahaan. “Untuk itu kami mengembangkan Gokomodo dengan core business yang berfokus pada supply chain, yaitu pengadaan produk-produk untuk mendukung operasional perkebunan-perkebunan di Indonesia. Dengan digital platform ini, Gokomodo berharap dapat menjadi jembatan untuk buying power perusahaan agar dapat membantu para petani,” paparnya lagi.

Saat ini, Gokomodo di industri rantai pasok agribisnis Indonesia sudah dikenal sebagai perusahaan rintisan dengan jaringan perusahaan dan cakupan lahan terbesar, mayoritas di antaranya melayani sektor perkebunan. Hingga saat ini, lebih dari 3.000 perusahaan telah tergabung dalam ekosistem Gokomodo, di antaranya sejumlah perusahaan agribisnis ternama di Indonesia seperti Sinar Mas, First Resources, dan Sampoerna Agro.

Gokomodo melakukan pendekatan ganda, yakni menggabungkan platform digital yang kuat dengan infrastruktur yang strategis, Hal ini untuk memastikan bahwa kami dapat mendukung penetrasi di area yang minim akan infrastruktur digital, sejalan dengan

“Di tahun 2022 ini bisnis utama Gokomodo agricommerce akan terus dikembangkan agar dapat membantu para pemangku kepentingan,” kata Samuel lagi.

Gokomodo memiliki tiga unit bisnis utama, yakni platform pengadaan digital (e-procurement), agricommerce (e-commerce khusus untuk produk pertanian/agrikultur), dan hub sebagai jaringan distribusi.

“Kami di Gokomodo berkomitmen untuk memodernisasi sektor pertanian dengan menyediakan solusi digital hulu ke hilir dan merangkul seluruh stakeholders, baik dari perusahaan perkebunan, KUD, dan toko tani, untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang sehat dan dapat mendukung efisiensi serta transparansi rantai pasok,” jelas Samuel.

Dia juga mengungkapkan, Gokomodo memiliki dua customer utama, yaitu perusahaan dan smallholders, yang terdiri dari petani dan usaha-usaha agrikultur mikro dan menengah. Gokomodo memiliki dua produk utama, yaitu e-procurement dan Gokomodo commerce. Untuk e-procurement, Gokomodo membuat SaaS (Software as a Service) yang dapat membantu perusahaan untuk mendigitalisasi proses pembelian mereka. Sementara agricommerce didesain untuk dapat menampung permintaan pembelian dari perusahaan atau smallholders.

“Kami berencana untuk terus konsisten dalam mengembangkan layanan supply chain efficiency agar stakeholders dapat mengakses barang dengan lebih mudah, efisien, efektif dan dengan harga yang kompetitif. Selain dari sisi ekonomi, Gokomodo juga berfokus pada ESG (Environmental, Social, and Governance), contohnya mendorong zero burning policy atau memakai produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Jadi, selain membantu ketahanan pangan negara, Gokomodo juga berharap dapat berkontribusi positif untuk lingkungan,” ungkapnya.

 

Gokomodo cofounders
Gokomodo memiliki tiga unit bisnis utama, yakni platform pengadaan digital (e-procurement), agricommerce (e-commerce khusus untuk produk pertanian/agrikultur), dan hub sebagai jaringan distribusi. (Foto: Istimewa/youngster.id)

 

Resolusi 2023

Menurut Samuel, resolusi Gokomodo pada tahun 2023 tentunya yang pertama adalah Gokomodo akan memperbanyak ekspansi ke daerah-daerah di Indonesia, dengan target yaitu dapat menjangkau jaringan distribusi di 10 provinsi sehingga mempermudah Gokomodo mendorong adopsi digital kepada smallholders.

“Selain mengembangkan layanan digitalnya, Gokomodo juga perlu membantu membangun infrastrukturnya. Tanpa landasan distribution network yang kuat, akan sulit mencapai supply chain efficiency, yang menjadi core business Gokomodo,” katanya.

Kedua, Gokomodo juga akan meningkatkan product line up. Dalam hal distribusi barang, Gokomodo akan memberikan alternatif barang terbaik untuk konsumer Gokomodo.

Menurut Samuel, prioritas pertumbuhan Gokomodo akan meliputi penambahan pilihan produk yang tersedia pada platformnya, mengembangkan basis pelanggan, memperkaya platform digital serta secara agresif membangun pusat distribusi terutama di daerah terpencil. Inisiatif tersebut bertujuan untuk menguatkan kehadiran Gokomodo baik di ranah digital maupun secara offline, hingga mampu mendorong penetrasi dan menjangkau daerah yang masih kurang terlayani, termasuk pelanggan di luar Jawa sebagai lokasi dari mayoritas perusahaan agribisnis dan petani.

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, Gokomodo akan mengembangkan layanan dan produknya menjadi lebih edukatif, interaktif, dan lebih fun.

“Jadi besar harapan bahwa anak muda juga dapat tertarik untuk memajukan agrikultur di negara Indonesia,” pungkasnya.

 

=========================

Samuel Tirtasaputra

============================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version