William Sunito : Bangun Marketplace Patiseri Untuk Dukung Bisnis UMKM

William Sunito, Founder & CEO TokoWahab.com (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Industri kuliner telah berkembang pesat dari masa ke masa. Yang terlihat menjadi tren adalah bisnis pastry dan bakery. Bisnis ini selain menjanjikan, juga terus melahirkan inovasi baru. Tak heran jika industri kuliner ini mampu mendorong ekonomi lokal.

 

Tren industri kuliner pastry dan bakery sangatlah dinamis. Sebutlah tren infinity, kue dengan coretan berwarna cerah dan glossy yang bisa dipadukan dengan spons yang mau dikasih rasa kopi, coklat, vanila, strawberry, dan rasa lainnya. Lalu ada kue-kue kecil French pastry dengan motif bewarna dan simple. Dan yang terbaru roti Asia, seperti Korean Garlic Bread, dan masih banyak lagi.

Selain itu, perpaduan kue Eropa dan Asia, yaitu West feat East. Kue dengan perpaduan antara Western Bread dan Asian dipadukan dengan tekstur dan rasa. Ciri khas dari kue ini yang memiliki tekstur keras di luar, tapi lembut di dalam. Tidak hanya itu, jajanan pasar atau Urban Sweet juga kembali bermunculan dengan penampilan yang kekinian.

Semua itu membuat bisnis roti dan pastry terus hidup. Menariknya, bisnis ini 70% digerakan oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hanya 20% yang business mass production dan 10% franchise. Melihat hal itu, William Sunito membangun marketplace di bidang distribusi bahan patiseri secara online bernama Tokowahab.com.

Dengan model bisnis business to business (B2B), Tokowahab.com menyasar pelaku UMKM yang mayoritas bergerak di bidang patiseri.

“Kami adalah perusahaan pelopor e-commerce B2B di Indonesia yang bergerak di bidang food service supply spesialisasi bakery dan pastry, yang menyediakan bahan baku terjangkau dan terlengkap bagi penggiat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Visi utama kami adalah membantu UMKM di bidang bakery and pastry dan juga di bidang kuliner untuk berkembang,” tutur William, CEO dan Founder TokoWahab.com dalam wawancara daring dengan youngster.id belum lama ini.

Kini, usaha yang dirintis sejak tahun 2017 ini sudah berkembang. Tokowahab.com telah memiliki lebih dari 20 mitra bisnis pemasok bahan makanan merek impor dengan jumlah pelanggan mencapai 2 ribu lebih UMKM.

Berkat keberhasilan itu, William berhasil masuk daftar pengusaha milenial Forbes 30 Under 30 tahun 2020 untuk kategori Business and Entrepreneur.

 

Analisa Salah

Sejatinya, pria berusia 27 tahun ini bercita-cita menjadi investor di bidang hedge fund (perusahaan investasi). Untuk itu dia belajar finansial dan ilmu manajemen keuangan di University of Washington AS.

Tetapi kemudian panggilan dari orang tua membuat dia memutuskan kembali ke Indonesia untuk mengembangkan bisnis keluarga yang telah berdiri sejak 1957.

“Pada pertengahan 2016 saya pulang dari Amerika dan membantu perusahaan keluarga. Saya lalu melihat bahwa pabrik dan distributor itu menargetkan konsumen skala besar, sementara pasar UMKM tidak dilirik. Saya melihat di situ ada peluang dan potensi besar dari sektor UMKM,” ungkap anak bungsu dari tiga bersaudara itu.

Menurut William, pasar bisnis bakery and pastry itu 70% UMKM, 20% business mass production, dan 10% itu franchise. Waktu itu, perusahaan distribusi hanya menargetkan manufaktur dan juga franchise. Besarnya potensi pasar UKM ini yang dilihat William.

“Saya tahu bahwa analisa saya salah, tetapi semakin cepat lunching maka semakin cepat saya mendapat feedback sehingga semakin cepat juga saya memperbaiki kekurangan dan mencari apa yang dibutuhkan pengguna,” ungkap William.

 

 

Berkat keuletannya dalam mengembangkan TokoWahab.com sebagai marketplace untuk mendukung bisnis UMKM kuliner, William masuk daftar pengusaha milenial Forbes 30 Under 30 tahun 2020 untuk kategori Business and Entrepreneur (Foto: Dok. Pribadi)

 

William pun meluncurkan TokoWahab.com pada tahun 2016. Nama itu berasal dari toko kelontong sederhana yang terletak di Jalan Gunung Sahari 1 No 1 Jakarta Pusat yang dikelola oleh sang ayah, Wihadi Sunito dan ibunya Lestari sejak tahun 1989. Oleh William, nama toko itu dipakai untuk membangun bisnis yang fokus pada distribusi patisery untuk UMKM.

 “TokoWahab.com menjadi jembatan di antara distributor atau manufaktur agar bisa ke tangan para UMKM. Dari gambaran customer kami, 99% adalah UMKM bakery dan pastry, retail, dan restoran,” ujarnya.

William mengaku tertarik pada bisnis bakery karena melihat potensi pertumbuhan di bisnis ini dapat berkembang besar. “Saya lakukan primary market research atau datang langsung ke target pasar, wawancara, dan baru ketemu masalahnya di pasar bagaimana. Karena, kembali lagi, sekarang itu bisnis dibuat customer driven. Jadi harus tahu market itu membutuhkan apa, bukan seperti dulu lagi. Bukan saya punyanya apa terus bikin bisnis. Itu bisa saja, tapi risikonya lebih tinggi. Dengan tahu konsumen butuhnya apa, harga berapa, dan cara kita menjual ke mereka menggunakan apa, dari situ baru akan muncul ide-ide dan opportunity,” ungkapnya.

Keputusan ini ternyata tepat. Bisnis ini berkembang pesat. Selain dari penjualan, William mengungkapkan memperoleh pendapatan lain dari iklan para official store (vendor) yang diurusi kampanyenya di media sosial dan Google.

Sehingga pada 2017, William memutuskan untuk berdiri sendiri dengan nama PT Global Digital Lestari yang menjadi marketplace Tokowahab.com, khusus distribusi penjualan online.

“Tantangan terberatnya itu memastikan timing-nya sudah tepat atau belum. Strategi sudah matang tapi tidak didukung timing, itu nanti susah. Takutnya buang duit sekarang tetapi ternyata tidak optimal, atau balik modal jadinya lama. Solusinya data. Seiring berjalannya waktu, kami sudah punya banyak data dan membuat keputusan yang semakin baik untuk strategi ke depan. Sekarang, semuanya based on data untuk meminimalisir kesalahan strategi,” ucap William.

Berkat tangan dinginnya mengelola bisnis, dalam waktu singkat dan pada kondisi saat ini TokoWahab.com justru mengalami kenaikan penjualan. Terutama ketika Lebaran tahun ini yang dirasakan lebih dari 100% jika dibanding penjualan setelah Lebaran tahun 2019.

“Pertengahan Maret 2020 saat PSBB itu kami sangat terdampak dengan turun 15-20%. Lalu pelan-pelan membaik sih. Biasanya sebelum Lebaran itu bisnis ini akan naik signifikan, namun karena pandemik, penjualan sebelum Lebaran (April-Mei) tidak ada kenaikan di banding tahun lalu. Dan, menariknya, selama ini setelah Lebaran pasti turun drastis. Tapi tahun ini malah setelah Lebaran naik lebih dari 100% dibanding penjualan setelah lebaran tahun 2019,” papar William.

 

Selalu Bangkit

William memaparkan, baginya bisnis bukanlah sekadar menjalankan selling product. Akan tetapi, bagaimana nilai sosial yang diberikan juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

“Saya melihat bahwa TokoWahab.com harus menjadi anti-fragile organization. Pola berpikir kami adalah jika ada masalah, maka di situ akan ada kesempatan baru. Di masa pandemi  ini kan banyak UMKM yang baru buka karena mungkin terdampak dari pemecatan atau juga butuh tambahan uang. Di situlah kami melihat adanya kesempatan bagi TokoWahab.com. Oleh karena itu, sekarang TokoWahab.com fokus di media social dengan slogan misi kami yaitu ‘Inspirasi Bisnis Kuliner’,” ungkapnya.

Langkah ini tentu tidak mudah. Bahkan bagi William tantangan utamanya datang ke keluarga, terutama karena konsep ini berbeda dengan pola pikir orang tua. “Tantangan untuk meyakinkan orang tua ini yang berat,” ujarnya.

Tantangan kedua adalah modal. “Saya nggak punya pilihan seperti startup lain untuk mendapatkan modal dari venture capital, karena orang tua saya pasti tidak mau bekerjasama dengan pihak lain. Tapi saat saya membangun TokoWahab.com, saya sangat yakin soal project ini, makanya saya jalanin sepenuh hati,” kisah William.

Karena ini bisnis keluarga, William mengaku selama periode 2016-2019  dia tidak menerima gaji. “Saya cuma dapat budget untuk satu engineer di tahun pertama. Jadi engineer itu bantu saya membuat platform yang saya mau. Pada tahun kedua setelah ada kenaikan pendapatan yang signifikan, baru saya dapat tambahan budget berupa tambahan karyawan untuk membantu saya di customer dan sales support,” ungkapnya.

William juga merasakan jatuh bangun dalam membangun usaha ini. Terutama dalam hal SDM. Dia mengaku pernah salah dalam menargetkan customer. Dia juga pernah juga membuat fitur website yang pengembangannya besar dan lama sekali, tetapi ternyata tidak ada yang pakai. Selain itu, beberapa kali gagal dalam merekrut karyawan yang tidak cocok dengan budaya perusahaan.

“Karena bisnis kami kan harus untung, tidak bisa bakar duit, maka kami ada budget dalam hiring kayawan dan expertise. Jadi saya cukup jenuh dan capek saat harus pelajari semuanya sendiri. Tapi kejenuhan dan rasa capek itu terbayar karena setiap tahun kami selalu break record. Kultur dalam perusahaan ini juga membuat saya nyaman dan semangat kerja. Cara bangkit saya adalah dengan membuat keputusan untuk eksekusi yang cepat.” ujarnya.

 

 

Saat ini, TokoWahab.com telah memiliki lebih dari 4000 mitra, dan memiliki gudang khusus yang hanya menampung bahan-bahan pangan (Foto: Dok. Pribadi)

 

Kini, William bisa membanggakan platform TokoWahab.com. Pelanggan UMKM yang menjadi mitranya sudah lebih dari 4000 dengan pembelian aktif sekitar 2000 produk setiap bulan. Menurutnya, platform ini punya kelebihan dibanding pesaing. Pertama, mereka memiliki gudang khusus yang hanya menampung bahan-bahan pangan dan tidak tercampur dengan barang lain (seperti baju, tas, sepatu, dan lain-lain). Kelebihan kedua, mereka melayani online grosir dengan harga eceran.

“Kelebihan kami yang lain, kalau tidak ada pandemi, sebulan sekali di Baking Center kami ada baking class, pengembangan menu, dan lain-lain. Namun karena pandemi, di media social kami aktif dalam memberikan baking class online, pengembangan menu, dan cara menjalankan bisnis,” kata dia.

Dengan semua itu, William yakin bisnis ini dapat terus berkembang. Apalagi melihat banyak milenial yang mulai merambah ke bisnis bakery dan pastry. Dia juga berharap dapat turut berkontribusi dalam mengembangkan bisnis UMKM kuliner, terutama bidang bakery dan pastry di Indonesia.

“JIka UMKM kami berkembang, ekonomi Indonesia juga pasti akan berkembang,” tegas William. “Untuk menjalankan bisnis sendiri, siapa saja bisa karena informasi ada di mana saja. Semuanya bisa membuat bisnis asal mau bekerja keras. Buatlah bisnis yang ada nilainya, ada meaning, maka nanti uang akan datang sendiri,” tambahnya memungkas.

 

=============================

William Sunito

===================================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version