youngster.id - Bisnis kuliner sepertinya tidak mengenal krisis, bahkan semakin berkembang. Salah satu yang sedang booming adalah kuliner kudapan kekinian. Rupanya, meski masih di masa pandemi masyarakat membutuhkan makanan yang praktis dalam pembuatan, penyajian, dan cara mengonsumsinya.
Usaha kuliner telah merambah ke berbagai tempat, dari pasar tradisional hingga foodcourt mall ternama. Konsumsi yang berulang merupakan potensi pasar yang besar, sehingga tercipta permintaan yang luar biasa, menjadikan peluang bisnis kuliner tidak ada matinya. Hal tersebut menunjukkan adanya peluang besar dalam usaha kuliner, termasuk di tengah pandemi seperti saat ini.
Peluang itu ditangkap oleh Ade Rusmanto dengan menghadirkan Kedai Mozarella yang menyuguhkan aneka jajanan kekinian berbahan dasar keju mozzarella. “Saya berupaya untuk menampilkan jajanan kekinian yang berasal dari bahan dasar keju mozarella ini dengan harga yang terjangkau, bisa dinikmati semua orang,” kata Ade kepada youngster.id saat ditemui di lokasi usaha yang berada di kawasan Cilangkap, Tapos Depok Jawa Barat.
Usaha ini dimulai sejak awal 2019. Ade membuat suguhan berbahan dasar keju yang diolah menjadi jajanan kekinian kegemaran milenial. Menurut Ade, ide mengembangkan usaha kuliner itu berawal dari tren yang dia lihat di kanal internet. Lalu dengan keinginan yang kuat dia dan sang istri belajar untuk mengolah dan membuat penganan berbahan olahan keju.
“Jadi kami belajar sendiri dengan melihat resep dan proses melalui internet. Begitu mendapati hasil olahan sudah sesuai, kami percaya diri saja untuk terjun langsung membuka usaha,” kisah Ade.
Pria kelahiran Padang, 10 Mei 1990 ini mengatakan ketika itu mereka langsung menyajikan produk berupa Mozarella Corn Dog, Burger Chese Mozarella, Sosis Telur (Sostel) dan Hotang di kedainya. Produk ini memang tengah populer di kalangan milenial. Tak mengherankan, meski masih dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang, ia mampu mengantongi omzet puluhan juta rupiah setiap bulan.
Usai Gagal
Sesungguhnya Kedai Mozarela ini merupakan usaha yang kedua yang ditekuni Ade. Sebelumnya dia merintis usaha di bidang fesyen berupa toko sepatu. Tetapi usaha itu kurang berjalan lancar. “Kami pernah berjualan di pasar kaget, kemudian buka toko. Tetapi bisnis itu berjalan lambat. Untuk menjual satu pasang sepatu saja bisa sampai dua bulan,” kisah Ade.
Akhirnya, dia memutuskan untuk menutup usaha toko sepatu, dan beralih ke bisnis kuliner yang dinilai jauh lebih menjanjikan. Bisa dikatakan, keputusan itu merupakan upaya untuk bangkit kembali bagi Ade. Bahkan meski tidak memiliki keterampilan khusus di bidang kuliner, dia bersama sang istri bertekad untuk belajar dalam mengembangkan usaha baru ini.
“Modal awal saya nggak terlalu banyak, sekitar Rp 20 juta, yang digunakan untuk membuat meja masak, peralatan memasak dan mendesain sedikit tempat ini biar kelihatan menarik sehingga enak dilihat. Alhamdulillah, melihat kondisi usaha yang semakin membaik, sekarang omset yang bisa saya dapat setiap bulannya sebesar Rp 20 juta,” bebernya.
Kedai yang dibangun di atas lahan seluas 3 X 4 meter ini terbilang sempit. Karena itu, Ade lebih fokus pada layanan take away dan pesan antar. “Luas lahan kedai kami ini hanya bisa menampung sekitar 5 pengunjung aja. Makanya saya menyarankan, setiap pelanggan yang memesan makanan dari sini kalau pengin nyaman, menikmati pesanannya bisa pesan dan langsung dibawa pulang,” ucapnya.
Hal ini tidak menghalangi pelanggan untuk datang. Alahasil hanya dalam jangka waktu beberapa bulan mereka berhasil membuka 3 gerai lagi di kawasan Cilodong, Pabuaran dan Jatijajar, Depok. “Saya bersyukur sekali keputusan yang kami lakukan untuk membangun usaha baru di bidang kuliner ternyata membuahkan hasil. Kami bisa menambah tempat usaha dalam waktu yang cepat di satu tahun,” ungkap Ade.
Diklaim Ade, untuk usaha ini pihaknya menghabiskan 25 kilogram hingga 30 kilogram keju setiap bulan. “Pernah kami mengalami kehabisan stok keju. Agar pelanggan tidak kecewa saya sampai membeli keju impor yang berukuran kecil. Tetapi sejauh ini nggak ada tantangan atau hambatan yang berarti,” tuturnya.
Meski bisnis serupa juga mulai banyak tetapi Ade tidak khawatir akan persaingan. Dia yakin pada kualitas dari menu yang ditawarkan Kedai Mozarella. Apalagi harga juga cukup bersaing, mulai Rp 5 ribu hingga Rp 15 ribu.
“Wajar ada persaingan, namanya juga dunia usaha. Malahan dulu pernah ada di sekitar lokasi ini, saingan kami berjualan dengan menu yang sama. Tapi dengan kondisi seperti sekarang mereka nggak mampu bertahan, dan akhirnya tutup. Makanya kami nggak terlalu memikirkan adanya kompetitor, tapi buat saya lebih mementingkan kualitas. Persoalan harga juga jadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk. Mungkin dengan harga yang tidak terlalu mahal dan bahan-bahan original membuat pelanggan kami nggak ingin beralih ke tempat lain,” papar Ade.

Tidak Mau Kalah
Ade mengakui usahanya mengalami dampak besar akibat pandemi Covid-19. Turunnya daya beli masyarakat dan pembatasan aktivitas membuat dia terpaksa harus menutup dua gerai cabang dan fokus pada satu gerai utama.
“Dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini dan belum tahu kapan berakhirnya saya nggak mau ambil resiko yang terlalu jauh lagi. Akhirnya, dengan keputusan bulat, ketiga cabang baru tersebut saya tutup, dan kini hanya tersisa satu yang sekarang saya jalani. Tapi saya masih bersyukur usaha saya ini masih bisa bertahan walaupun hanya tersisa satu cabang. Intinya, saya nggak mau kalah dengan keadaan. Saya terus berupaya agar usaha yang saya dirikan ini bisa terus berkembang lagi,” kata dia.
Bagi Ade, keputusan untuk membangun usaha sendiri adalah impian besar. Meski dia sudah pernah gagal, bukan berarti harus menyerah. “Saya terus berusaha agar bisnis yang kami bangun bisa terus berjalan. Alhamdulillah, selama Ramadan meskipun masih dalam situasi pandemi seperti sekarang, daya beli masyarakat sudah kembali menunjukkan tingkat positifnya. Bahkan sampai masuk di hari Lebaran, jumlah konsumen yang membeli di Kedai Mozarella juga semakin terlihat dan bertambah jumlahnya,” papar Ade.
Tak hanya itu, Ade juga gencar mempromosikan produk melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Termasuk berjualan melalui layanan on demand sepeti GoFood. “Tentunya, semua ini sangat membantu, terutama untuk mendongkrak penjualan offline kami. Termasuk ketika terjadi penurunan di masa pandemi,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Ade, melihat situasi yang semakin membaik bukan tidak mungkin dia bisa kembali membuka gerai baru. Untuk itu, dia sedang mempertimbangkan pilihan lokasi usaha yang tepat.
“Melihat jajanan kekinian ini semakin diminati masyarakat khususnya kalangan milenial. Kalau kondisinya bisa terus seperti ini saya juga berencana membuka cabang lagi dengan pilihan lokasi yang tepat nantinya. Dan, targetnya akhir tahun ini. Dengan begitu, saya juga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain,” tutup Ade.
=======================
Ade Rusmanto
- Tempat Tanggal Lahir : Padang, 10 Mei 1990
- Pendidikan : STM Ganesha Depok
- Usaha yang dikembangkan : Membuat aneka jajanan kekinian berbahan dasar keju mozzarella
- Nama Usaha : Kedai Mozarella
- Mulai Usaha : Awal 2019
- Jabatan : Founder & Direktur
- Modal Awal : sekitar Rp 20 juta
- Jumlah karyawan : 3 orang
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post