youngster.id - Konsep food truck atau truk makanan sudah muncul sejak abad ke-19 di Amerika. Awalnya ini ditujukan untuk para penggembala sapi yang berkelana. Namun kini, bisnis “kantin berjalan” ini telah meluas hingga ke Indonesia.
Ya, beberapa tahun belakangan food truck mulai berkembang di kota-kota besar di Indonesia, terutama di Jakarta. Bermodalkan kendaraan sejenis truk, mini van atau mini bus, para pengusaha kuliner ini dapat membuka gerai di mana saja. Penampilan yang unik dan trendy membuat peminat orang akan kuliner keliling ini cukup tinggi. Tak heran jika konsep ini menjadi peluang bisnis baru di Indonesia.
Jika diperhatikan, seperti tempat asalnya food truk di Indonesia umumnya menyajikan menu ala barat (western). Antara lain hotdog, hamburger, sandwich, kentang goreng, taco, pasta atau makanan cepat saji ainnya. Boleh jadi, karena penyajiannya yang lebih mudah mengingat lokasi gerai “kantin berjalan” ini umumnya terbatas. Lokasi penjualan juga di kampus, komplek perkantoran, taman, ataupun sekolah.
Namun ada satu food truck yang memilih tampil beda, yaitu RempahLoka. Truk kuliner milik Anton Sundjana ini mengedepankan menu Nusantara. Sajian andalan dari truk kuliner ini di antaranya Nasi Rempah Iga, Cakalang Pedas, Ayam Rempah, dan Sate Rempah.
“Saya temukan banyak makanan dengan konsep cepat saji dengan nuansa Nusantara. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk membangun bisnis kuliner food truck ini dengan menu tersebut. Saya ingin menjadikan RempahLoka sebagai ikon masakan Nusantara yang disukai oleh semua orang, baik di dalam maupun di luar negeri,” kata Anton kepada Youngster.id.
Lelaki lulusan Diploma 1, Pengolahan Makanan, Trisakti ini mengawali bisnis kuliner dari usaha katering. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk mencoba peluang food truck yang mulai ramai tahun 2014 di Jakarta. Anton mengaku tertarik setelah melihat fleksibilitas yang dimiliki oleh food truck dalam mencari calon pelanggan di tengah keramaian.
“Food truck umumnya mereka jualan barang-barang yang lebih siap saji karena memang tempatnya yang lebih limited ya. Kebanyakan burger, hot dog, french fries, kebanyakan western (makanan barat). Tapi saya memilih makanan yang lebih Nusantara, karena lebih cocok dengan lidah orang kita,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga melihat tempat yang layak untuk menjual makanan di ruko dan mal semakin tidak terjangkau. Sehingga menjual makanan lewat food truck menjadi pilihan yang lebih ekonomis. “Dibandingkan bikin food truck dengan sewa restoran di ruko, lebih murah dan praktis di food truck,” ujarnya.
Bangkit dari Kegagalan
Bagi Anton, bisnsi truk kuliner adalah buah dari perjuangannya bangkit dari kegagalan. Lelaki kelahiran Sukabumi ini pernah menjajal sejumlah bisnis, namun gagal. Dia pernah jual beli gadget, bahkan pernah menjajal bisnis di bidang pertanian. Namun bisnis kuliner truk kulinerlah yang membawa hasil bagi Anton.
“Kalau ditanya siapa yang mendorong saya melakukan usaha ini adalah istri dan keinginan saya yang begitu kuat sehingga saya bisa bertahan sampai sekarang,” ucapnya.
Bisnis ini dibangun Anton dengan modal awal sekitar Rp 70 juta. Modal ini merupakan tabungan dia selama 8 tahun bekerja di beberapa restoran dan kafe di Jakarta.
Penggemar otomoitf ini berkisah, dengan semangat berwirausaha, dia mulai dengan mengubah satu mobil toyota kijang jadul menjadi food truck. Dari mobil inilah dia mulai menjajakan menu yang khas Indonesia. Mulanya nasi goreng iga, kemudian bertambah menjadi menu-menu lain seperti ayam rempah, iga rempah dan aneka minuman.
Dalam waktu dua tahun, sudah ada dua food truck yang dimiliki Anton. Satu food truck-nya khusus untuk berjualan Bakmi Rempah yang menyuguhkan bakmi rempah spesial, bakmi iga dan bakmi ayam bakso.
Kendati begitu, bukan berarti Anton langsung sukses besar. Anton mengaku sempat merasakan pasang surut bisnis food truck ini. Pasalnya, ketika mengawali jualan food truck miliknya lebih banyak berdagang saat ada kegiatan pemasaran. Dengan begitu, ketika sepi acara, Anton pun harus berusaha agar bisnisnya terus bergulir dengan cara jemput bola mendatangi sejumlah lokasi seperti komplek perkantoran atau mencari kegiatan di luar Jakarta.
“Pernah sesekali main di event besar, persiapan sudah matang ingin berjualan di sana. Dari rumah persiapan sudah siap, kira-kira 300 porsi makanan sudah saya siapkan. Ternyata sampai di event cuma laku 5 porsi,” kenangnya sambil tersenyum kecut.
Namun, kondisi di awal menjalani bisnis food truck tak membuatnya patah arang. Semangat juang menjadi modal utama Anton membesarkan usahanya ini.
“Malahan saya punya pengalaman. Waktu itu, ada seseorang pelanggan, yakni ibu-ibu hamil, dia lagi ngidam kepingin makan nasi goreng iga dari RempahLoka. Kebetulan dia hanya membeli satu porsi, tetap dilayani. Mau nggak mau saya harus tetap melayani dengan tujuan untuk menjaga pelanggan tersebut. Kalau dilihat untung, ya tidak. Malah saya harus nombok bayar uang antar gojeknya. Tapi di situ saya melihat ketika berusaha tidak hanya melihat keuntungan, tapi ada sisi lain yang bisa membuat orang bahagia ketika menikmati produk saya,” cerita Anton.
Anton dengan tekun mengelola RempahLoka dan mencari strategi yang jitu agar lebih dikenal orang. “Yang jelas, ketika sudah kepingin terujun ke bidang ini, tentu harus memiliki konsep yang tepat dan strategi yang jitu biar usaha tetap berkembang,” ujar Anton.
Pelanggan adalah Raja
Meski sebagian besar orang melihat bisnis food truck sebagai tren, tapi bagi Anton ini adalah bisnis jangka panjang. Sehingga meski di tahun kedua sudah meraup untung dan balik modal, Anton malah mengembangkan usaha ini.
Bahkan, kini armada food truck-nya telah bertambah menjadi dua. Satu truk mengusung brand Bakmi Rempah yang menawarkan bakmi rempah spesial dan bakmi iga, ayam dan bakso. “Sampai saat ini saya menjalani bisnis food truck sendiri. Semua modal sendiri,” ujarnya.
Dengan dukungan dari timnya yang berjumlah 6 orang, kini pundi-pundi Anton mulai berisi penuh. “Alhamdulillah kini sebulan omset yang masuk itu sekitar Rp 60 – 70 juta. Untuk omset per hari bisa 50 – 100 pax/hari dan 1500 – 10000 pax perbulannya,” ungkapnya.
Agar usahanya terus berkembang, Anton selalu menekankan pada para karyawannya untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
“Pelanggan adalah raja, kita nggak bisa bohong itu. Makanya untuk menjaga kelangsungan usaha ini, saya selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik, dan tidak cepat puas. Karena orang suka dengan produk kita, otomatis, orang tadi akan menyampaikan ke temannya, termasuk media sosial. Manfaatnya buat saya, itu jadi promosi terselubung yang bisa saya dapat, melalui promosi yang dilakukan sama pelanggan,” tuturnya.
Selain itu, menurut Anton, karena bisnis ini sifatnya street food, faktor utama yang harus diperhatikan secara detail adalah kebersihan. Semua ini menjadi satu tantangan tersendiri bagi pelaku kuliner food truck. Pasalnya, tak hanya menyajikan makanan enak, namun harus konsisten menjaga produknya tetap higienis.
“Bisnis food truck kebanyakan beroperasi di pinggir jalan. Kalau di luar negeri food truck ada lahan sendiri dan justru jadi konsep menarik. Tapi kalau di Jakarta, di jalan itu orang isinya mobil semua dan selalu macet. Jadi agak susah untuk membuat orang mampir untuk makan. Oleh karena itu, yang patut dijaga adalah kebersihan dari makanan dan pengirimannya,” kata Anton.
Selanjutnya, Anton berniat akan melebarkan usahanya dengan menambah armada food truck-nya. “Dengan keuntungan yang saya dapat sekarang ini, saya kepingin menambahnya lagi menjadi 3 unit yang nantinya diperuntukan untuk masakan western,” ujarnya.
Anton juga berencana membangun suatu tempat makan (resto/kafe) dengan nuansa food truck bagi pengembangan usaha ke depannya dalam bisnis foodtruck. “Saya ingin bisa membangun satu ikon kuliner Nusantara yang disukai oleh semua orang, baik di dalam maupun di luar negeri,” pungkasnya.
=====================================
Anton Sundjana
- Tempat Tanggal Lahir : Sukabumi, 10 Januari 1985
- Pendidikan Terakhir : Diploma 1, Pengolahan Makanan Universitas Trisakti
- Nama Brand : RempahLoka, Bakmi Rempah
- Mulai Usaha : Tahun 2014
- Jumlah food truck : 2 unit
- Jumlah karyawan : 6 orang
- Modal Awal : Rp 80 juta
- Omzet : Rp 60 juta – Rp 70 juta per bulan
Prestasi :
- The Chef Indonesia Juara I
- HUT TMII Food Challege Juara1
=====================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post