Argansa : Sukses Ubah Cendol Jadi Minuman Kekinian

Argansa, Founder Cendolite (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Pandemi Covid-19, membuat semua sektor ekonomi menjadi lesu. Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) termasuk yang paling banyak terkena dampak. Meski demikian, banyak yang tidak menyerah dan melakukan berbagai cara untuk bertahan, termasuk berinovasi.

Perkembangan bisnis yang semakin pesat tentunya menciptakan persaingan yang sangat ketat, tanpa terkecuali di sektor UMKM. Setiap harinya, para pelaku bisnis baru bermunculan dengan inovasi produk mereka. Selain itu, hadirnya bisnis online juga turut serta membantu para pelaku bisnis baru. Persaingan yang ketat inilah yang pada akhirnya menuntut para pelaku UMKM utk terus kreatif dan inovatif agar tidak tenggelam dalam persaingan pasar.

Inovasi yang kerap dilakukan adalah dalam hal jenis produk yang ditawarkan, dibuat menjadi berbeda dibanding para pesaing, sehingga konsumen berdatangan. Seperti yang dilakukan Argansa, pemilik Cendolite, usaha jajanan tradisional cendol yang beroperasi di kawasan Kalisari, Jakarta Timur.

“Paling tidak sebagai bagian dari pelaku UMKM dalam situasi dan kondisi seperti ini, peluang bisnis UMKM rasanya akan tetap stabil jika para pelakunya turut  memperhatikan strategi yang tepat. Karena ketika semua itu dilakukan tentunya bisnis bisa berjalan lancar di tengah wabah Covid 19,” ungkap Argansa saat ditemui youngster.id.

Menurut Argansa, inovasi dalam menjalankan bisnis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan diversifikasi produk. Cendol yang selama ini dikenal sebagai minuman jajanan tradisional dengan warna khas hijau, diubah penampilannya menjadi lebih trendi.

“Kami melihat peluang bisnis minuman boba sedang digandrungi milenial, maka kami membuat cendol berwarna hitam, seperti warna boba. Rasanya juga lebih ringan dan segar karena menggunakan susu murni dan bukan santan. Itu menjadi ciri khas dari Cendolite,” ujarnya.

Layaknya minuman yang lagi digandrungi milenial, Cendolite memiliki banyak varian rasa seperti chocomilo, greentea, thaitea, choco hazelnut, tiramisu, cappucino, blackforest, vanilla, dan taro. Semua itu tetap dicampur dengan cendol hitam yang merupakan bahan utama.

“Jadi produk Cendolite yang dikenal sebagai minuman ringan tradisional dengan bahan dasar cendol coba saya tawarkan, dan harapannya bisa diterima oleh masyarakat terutama di kalangan milenial. Karena es cendol yang saya tawarkan ini sedikit berbeda dari yang ada. Di sini saya menyuguhkannya dengan memberikan taste baru yang tentunya bisa diterima di kalangan milenial,” papar Argansa bersemangat.

Rupanya inovasi ini menjadikan Cendolite cepat menarik perhatian pasar. Meski usaha ini belum lama diluncurkan, tanggapan masyarakat terutama anak muda cukup memuaskan. Apalagi, Argansa memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk memasarkan produk ini. Tak heran, dia tengah mempersiapkan untuk membuka cabang usaha di sejumlah tempat di Jakarta.

 

Dari Ibu

Argansa menuturkan, keinginan membuka usaha ini terinspirasi oleh sang ibu yang sudah lama berjualan cendol tradisonal. Selain itu, pilihan berwirausaha dianggap sebagai langkah yang tepat ditengah situasi dan kondisi saat ini.

“Saya memang tertarik untuk berwirausaha. Apalagi saya melihat itu adalah pilihan yang tepat di situasi seperti sekarang ini. Lalu saya melihat usaha ibu saya yang berjualan cendol, lalu terpikir untuk menjadikan usaha ini lebih bisa diterima di kalangan anak muda zaman sekarang. Nama Cendolite itu dari kakak saya, dengan pengertian cendol sebagai minuman ringan,” ungkap pemuda kelahiran Jakarta, 8 Desember 1996.

Produk Cendolite merupakan hasil racikan dari Argansa sendiri. Sebelum dipasarkan dia melakukan riset kecil-kecilan dengan membagikan produk ke teman-temannya untuk mendapatkan masukan hingga mendapatkan produkyang memuaskan. Sampai akhirnya dengan modal sekitar Rp 6 juta dia memberanikan diri untuk mulai membukai kedai Cendolite pada 24 Juli 2020.

Sarjana Teknik Informatika Unindra Jakarta ini yakin produk akan diterima pasar. Dia yakin pada produk Cendolite yang memiliki penampilan dan rasa yang berbeda dari cendol yang sudah ada. Ini yang menjadi keunggulan Cendolite dari produk lainnya. Harganya cukup terjangkau dari Rp 8 ribu hingga Rp 10 ribu.

“Di sini saya mengombinasi minuman tradisional dengan racikan kekinian agar diterima khalayak dengan harga yang tidak memberatkan dan masalah harga tentunya sangat terjangkau. Dan kalau boleh dibilang, saat ini belum ada minuman cendol hitam dengan racikan varian rasa dan susu, sehingga kami melihat peluang minuman ini dapat diterima,” klaim Argansa.

Kendati begitu, diakui Argansa, di awal usaha dia langsung menemui kendala, yaitu sepi pembeli. Pasalnya, situasi pandemi dan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar membuat banyak orang tidak beraktivitas. Namun kondisi ini tidak berlangsung lama, setelah Argansa memutuskan untuk bergabung dengan platform aplikasi online. Dia juga aktif mempromosikan produknya melalui media sosial Instagram. Alhasil, kini dalam sehari Cendolite bisa menjual 20 – 30 cup.

“Kemajuan teknologi seperti ini dapat membantu para pelaku usaha seperti saya meraih konsumen, sekaligus mencuri perhatian pasar akan produk yang kami jual,” ujarnya.

Menurut Argansa, pengalaman sepinya pembeli di awal membuka usaha cendol ini justru menjadikan pembelajaran diri baginya agar usaha minuman cendol kekinian yang ditekuninya ini bisa terus berkembang dan berkelanjutan.

“Yang pasti dengan sepi pembeli di awal itu, tidak harus membuat saya putus asa melanjutkan usaha ini. Justru dengan adanya pengalaman itu ke depan akan lebih membuat saya bertanggung jawab, sehingga bagaimana caranya mencari jalan keluar agar usaha ini bisa semakin berkembang dan berkelanjutam,” tuturnya.

 

Walaupun sempat sepi di awal usaha, namun setelah Argansa memutuskan untuk bergabung dengan platform aplikasi online, penjualannya mulai meningkat. Dia juga aktif mempromosikan produknya melalui media sosial Instagram. Alhasil, kini dalam sehari Cendolite bisa menjual 20 – 30 cup, dengan omzet rata-rata Rp 3-4 juta per bulan (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id).

 

Fokus dan Tidak Bosan

Meski usaha ini terbilang baru, Argansa merasa bahwa keputusannya berwirausaha adalah tepat. Walaupun untuk itu dia harus mengorbankan banyak hal. “Saat ini waktu istirahat saya berkurang, termasuk waktu bermain dengan teman-teman. Yang jelas, melakukan kegiatan wirausaha ini saya jalankan dengan sepenuh hati, dan saya suka,” ucapnya penuh semangat.

Argansa berharap bisnisnya bisa berkembang. Untuk itu, beberapa strategi dan inovasi produk sudah disiapkannya. “Saya memang belum dapat membandingkan keadaan bisnis sebelum pandemi covid-19 karena baru mulai. Tetapi sebagai pelaku usaha, saya ingin fokus dalam bisnis ini. Saya belajar bagaimana mengetahui keinginan pasar dan membuat strategi yang tepat. Termasuk kapan untuk promosi dan melakukan inovasi produk,” ungkapnya.

Inovasi yang dia lakukan adalah mengganti santan dengan susu. Dengan begitu cita rasanya jadi lebih ringan dan aman untuk semua usia. Argansa juga memberikan varian topping yang membuat menu jadi semakin menarik. “Kami sedang mempersiapkan menambah varian produk seperti choco oreo, vanilla latte dan redvelvet,” ujarnya.

Alhasil cendol yang asalnya minuman khas Indonesia tradisional, kini dikemas lebih menarik dengan menambahkan cita rasa yang baru agar sesuai dengan zamannya. Minuman ini diklaim tidak meninggalkan rasa asalnya sebagai minuman tradisional, namun jadi lebih bervariasi dengan pilihan beragam topping yang unik dan menarik serta beberapa inovasi lainnya. Selain itu pemberian nama menu yang unik juga menjadi daya tarik tersendiri, sehingga konsumen semakin penasaran untuk mencicipinya.

Semua kreasi ini, menurut Argansa, untuk memenuhi keinginan pasar yang juga turut berkembang ditengah maraknya jajan minuman yang ada. Di sisi lain, Argansa menegaskan bagi para anak muda yang ingin terjun berwirausaha untuk berani mencoba. “Yang penting fokus dan jangan cepat bosan di bisnis,” pungkasnya.

 

=====================

Argansa

=====================

 

FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia

Exit mobile version