youngster.id - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menjadi andalan para pebisnis untuk tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19. Apalagi tak hanya memberi manfaat ekonomi bagi pelaku usaha, tapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas dengan terbukanya lapangan pekerjaan dari bisnis yang bermunculan.
Pandemi covid-19 mengakibatkan ekonomi terpuruk. Banyak pelaku usaha gulung tikar, baik skala besar maupun UMKM. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kian marak. Kemnaker memprediksi, sampai akhir tahun, jumlah PHK bisa meningkat hingga mencapai 5,32 juta orang. Pada awal 2020 lalu, data BPS menyebut jumlah pengangguran mencapai 6,8 juta. Namun dengan krisis ekonomi sekarng ini, jumlah pengangguran bisa lebih dari 12 juta jiwa. Jika tidak segera diatasi, tentu akan semakin runyam.
Di sisi lain, kondisi ini mendorong banyak orang untuk berkreasi dan berinovasi. Salah satunya adalah Benny Cahyadi yang membuka Kedai Willi, kedai aneka makan dan jajanan yang berlokasi di kawasan Tapos, Depok, Jawa Barat.
“Usaha ini dimulai sejak bulan Agustus 2020 ditengah masa pandemik. Bisnis ini dibangun setelah saya terkena program pengurangan karyawan di tempat selama ini bekerja,” ungkap Benny kepada youngster.id.
Kena PHK tak membuat Benny patah semangat. Ia memutuskan untuk berbisnis. Oleh karena passion–nya berbisnis kuliner, maka Benny pun mulai melakukan riset dan uji resep untuk dibagikan ke rekan dan tetangganya. Setelah ada respon yang baik barulah dia mempersiapkan lebih lengkap lagi. Mulai dari kotak kemasan hingga sumber daya manusia yang akan bekerja bersama di kedai. “Karena mau tidak mau, saya harus beralih untuk berinovasi dan berkreatifitas dengan berbisnis,” ujar Benny lagi.
Meski warung makan, tetapi Benny menata lokasi usaha dengan konsep kafe out door yang nyaman. Hal ini membuat tempat makan ini ramai dikunjungi. “Tadinya konsep memang seperti kontainer, cuma saya ubah menjadi konsep mini bar biar terlihat lebih santai dan pengunjung yang datang ke sini bisa merasa nyaman seperti berada di pekarangan rumah mereka,” kata Benny.
Belajar Otodidak
Menurut Benny, meski tak mengikuti pendidikan secara formal tentang keahlian meracik makanan dan minuman, tetapi dia memiliki keterampilan memasak saat bekerja di hotel bintang lima di kawasan Senayan. Dia juga banyak menggali tutorial memasak yang bertebaran di platform media sosial.
“Jadi untuk mengolah menu makanan yang disuguhkan di kedai, semua saya dapat dari belajar secara otodidak. Beberapa menu saya diajari dari teman-teman selama bekerja di hotel. Sisanya saya pelajari dari platform di media sosial,” ungkap Benny.
“Para tetangga saya kaget setelah tahu saya bisa masak. Awalnya sih banyak yang nggak percaya. Setelah saya praktek di depan mereka, baru mereka percaya dan mendukung rencana saya untuk membuka usaha ini,” kisahnya sambil tertawa.
Menurut Benny, untuk membangun Kedai Willi ini ia mesti merogoh kocek hingga Rp 80 juta sebagai modal awal. Dana tersebut digunakan untuk membeli kontainer dan peralatan lainnya. “Modal yang saya keluarkan untuk keperluan membeli kontainer dan ngedesainnya, serta peralatan, semuanya sekitar Rp 80 juta,” katanya.
Kedai Willi menawarkan menu seperti kopi, aneka ice blend, roti keju meler, teh tarik, nasi goreng kampung, bubur bakar, pisang bakar es krim, dan roti bakar es krim. Semua disajikan dengan harga yang terjangkau. Tak hanya itu, Benny juga menyediakan menu paket untuk keluarga seperti chicken wings, sosis, nugget termasuk dengan minuman. “Semua dengan harga yang terjangkau untuk semua kalangan,” klaimya.
Menurut Benny, ia sudah memperhitungkan secara matang sejak awal ketika akan memulai bisnis ini. Terlebih ini merupakan bisnis pertama yang ia jalankan. “Saya pelajari terlebih dahulu apa yang menjadi keinginan pasar, termasuk harga yang paling masuk untuk daerah ini. Saya juga mendapati orang menginginkan makanan yang enak dengan harga yang murah. Untuk itu produk kami sangat terjangkau,” ungkapnya.
Walaupun sudah mempersiapkan secara matang, toh tidak mudah bagi Benny dalam mengembangkan usahanya itu. “Sebulan usaha dibuka kami hanya kedatangan 2 sampai 3 pelanggan,” ujarnya sambil tersenyum.
Namun Benny tidak patah semangat, dan mulai menggelar promosi melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Di sisi lain Benny juga menyadari kehadiran bisnis kuliner ini sangat berisiko di situasi pandemi Covid-19. “Kondisi ini membuat kami harus batasi dan selalu menerapkan protokol kesehatan. Karena kami tidak mau jadi tempat pengumpulan massa. Jalan keluar saya menyediakan pesan antar. Jadi ketika ada pelanggan yang memesan via telepon dan produk atau pesanan mereka siap kami antar tepat waktu,” ungkapnya.
Tak sekadar pesan antar, Benny juga kerap menghubungi pelanggan untuk meminta respon tentang makanan yang disajikan Kedai Willi. “Sejauh ini saya bersyukur responnya bagus,” ujarnya.
Alhasil, kedai yang buka mulai pukul 15.00 WIB hingga 22.00 WIB ini menarik perhatian masyarakat. Bahkan, diklaim Benny, kini rata-rata pengunjung bisa mencapai 50 -100 orang per hari.
Terus Berinovasi
Diakui Benny, peta persaingan bisnis kuliner terbilang ketat. Walau begitu, ia tidak mau terpengaruh dengan kondisi ini. “Bagi saya persaingan usaha itu wajar, dan itu justru membuat saya menjadi penyemangat. Saya pribadi lebih memikirkan kualitas produk dan selalu berinovasi di setiap produk, biar pelanggan juga bisa merasakan hal yang baru setiap datang ke tempat ini,” tegasnya.
Benny menyebut semua produk makanan yang disuguhkannya menggunakan bahan-bahan dan rempah-rempah lokal. Salah satu menu andalan adalah Nasi Goreng Kampung. Untuk menu favorit ini bisa menghabiskan beras sebanyak 20 kg setiap minggunya.
“Kalau usaha ini semakin berkembang saya ingin bisa berkolaborasi dengan para petani untuk penyediaan beras. Dengan begitu, kolaborasi ini juga bisa membantu nantinya bagi perekonomian para petani,” kata Benny.
Meski belum lama, Kedai Willi sudah mulai dikenal. Bahkan dalam sehari bisa meraup omset sekitar Rp 600 ribu. “Saya bersyukur usaha berjalan lebih sebulan pelanggan sudah mulai terlihat terus bertambah,” ujarnya.
Benny berharap bisninya dapat terus berjalan, bahkan berkembang menjadi beberapa lokasi. Oleh karena itu, Benny membuka peluang untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk terus mengembangkan usaha ini. “Memang saya juga merasakan di pandemi telah memberi pukulan telak bagi pemilik usaha. Tetapi kita perlu terus berusaha dan berinovasi agar usaha bisa terus bertahan dan berkembang,” pungkas Benny.
======================
Benny Cahyadi
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 November 1985
- Pendidikan Terakhir : Perhotelan, Leroy Desoil Academy
- Usaha yang dikembangkan : Membangun bisnis kuliner
- Nama Usaha : Kedai Willi
- Jabatan : Founder & Pengelola
- Mulai Usaha : Agustus 2020
- Modal Awal : sekitar Rp 80 juta
========================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post