Selama masa pandemi ketika masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, tak sedikit di antaranya yang mulai menjalankan hobi baru. Salah satunya berkebun atau menanam tanaman hias. Tren ini menjadi peluang usaha baru yang memikat.
Meningkatnya ketertarikan masyarakat akan tanaman hias membuat harga beberapa jenis tanaman hias meroket, dan diburu masyarakat. Aglonema misalnya, harga di pasaran mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 1 juta. Jenis Aglonema yang paling diburu adalah dengan daun yang didominasi warna merah.
Demikian juga dengan Monstera. Di beberapa marketplace, Monstera jenis obliqua lemon, Monstera deliciosa variegata, Monstera marmorata dibanderol dengan harga Rp 8 juta sampai Rp 13 juta. Selain itu, Monstera yang tengah naik daun, yakni jenis Monstera adansonii atau yang biasa dikenal dengan nama Janda Bolong. Tanaman ini sempat menjadi trending lantaran jenis Monstera ini ada yang terjual dengan harga Rp 96 juta sampai Rp 100 juta.
Tak heran jika bisnis tanaman hias merupakan salah satu sektor yang memiliki kinerja positif di tengah pandemi. Keinginan masyarakat menghias kediamannya dengan tanaman demi menciptakan suasana nyaman saat bekerja di rumah menjadi alasan mengapa bisnis itu laris-manis di kala pandemi mengadang.
Dalam bisnis tanaman hias ini ada dua jenis penjual yang sering ditemui. Pertama, penjual yang juga hobi akan tanaman hias, dan kedua yang berjualan dengan niat mencari peluang. Keduanya ada pada Deden Teguh, pemilik Teguh Floris.
“Usaha rintisan yang saya dirikan ini semuanya memang berasal dari hobi saya merawat tanaman hias. Alhamdulillah di masa pandemi saat ini, bisnis tanaman hias yang saya tekuni selama ini begitu terasa manfaatnya,” kata Deden kepada youngster.id.
Usaha tanaman hias ini telah ditekuni Deden sejak tahun 2018. Menariknya Deden memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk tanaman miliknya. Jadi pembeli dapat memesan tanaman yang mereka inginkan via media sosial seperti Whatsapp dan Instagram. Tanaman yang disediakan terutama untuk segmen urban jungle seperti Lili, Monstera, Aglonema, Sirih Gading, Lidah Mertua (Sansevieria), Janda Bolong, Kaktus Koboi, hingga Karet Kebo.
Belajar dari Petani
Deden mengaku sudah tertarik dengan tanaman sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan, dia kerap menghabiskan waktu di kebun seorang petani tanaman hias yang letaknya tak jauh dari rumahnya di Citayam, Depok, Jawa Barat.
Rupanya, setiap membantu pekerjaan petani tersebut, Deden selain mendapat penghasilan sebagai bonus tambahan lainnya. Dia juga mendapat bibit dari petani secara cuma-cuma untuk dikembangkan sendiri di rumahnya di atas lahan seluas 400 meter milik orang tuanya.
“Ternyata hobi saya itu berbuah hasil. Tanaman yang saya budidayakan sendiri diminati orang. Banyak tetangga yang membeli tanaman dari saya untuk taman mereka. Bahkan, hobi ini membuat saya bisa beli handphone sendiri,” kenang Deden sambil tertawa.
Hobi ini ditekuninya terus hingga duduk di bangku SMA. Bahkan, Deden sempat mencicipi booming tanaman hias jenis Antorium. “Saya waktu itu coba ikut bisnis Antorium tetapi karena modalnya kurang kuat saya hanya menampilkan beberapa jenis saja. Akhirnya saya pilih ‘main’ ke tanaman Aglonema yang juga diminati masyarakat,” tuturnya.
Lulus SMA, Deden memutuskan untuk fokus bekerja. Bisnis tanaman hias untuk sementara dia tinggalkan. Namun hobi untuk merawat tanaman tetap dilakukan.
“Saya pikir bisnis ini hanya untuk mengisi waktu kosong saya aja tadinya. Makanya saat lepas SMA saya milih bekerja karena kepingin punya penghasilan tetap. Tetapi merawat tanaman hias masih tetap saya lakukan di rumah selesai pulang kerja dan porsinya memang ngga terlalu banyak jika dibandingkan sebelumnya. Selain itu saya tidak menolak pembeli yang datang,” kata Deden lagi.
Deden mulai terjun kembali ke bisnis tanaman setelah mengenal media pemasaran online di tahun 2018. “Saya melihat bahwa bisnis tanaman lewat online sangat menjanjikan. Dalam satu hari saja saya bisa menjual hingga 20 tanaman hanya dengan pemesanan lewat online,” klaimnya.
Deden pun fokus pada tanaman hias, terutama yang bisa ditanam di dalam rumah. Beraneka tanaman dia sediakan seperti Lili Paris hingga Monstera, dengan harga mulai Rp 15 ribu hingga jutaan rupiah.



Target Newbie
Deden menyebut, target pasar dari bisnisnya adalah mereka yang baru memulai hobi bertanam, alias newbie. “Saya segmentasinya lebih ke newbie atau orang yang bener-bener baru suka tanaman. Karena mereka masih suka konsultasi, suka nanya-nanya. Selain itu, newbie ini lebih royal ketika mereka beli tanaman,” kata Deden.
Tak hanya menyediakan tanaman yang diinginkan para pelanggan, Deden juga menyediakan jasa pemeliharaan tanaman. Terutama untuk pelanggan yang ada di perkantoran dengan harga bervariasi mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 5 juta. “Saya mengikuti kesepakatan dengan klien, dan selama itu masih di wilayah Jabodetabek,” ujarnya.
Menurut Deden, layanan jasa perawatan tanaman ini diberikan, terutama untuk mengatasi komplen dari konsumen. “Biasanya complain terjadi setelah satu bulan di tangan pembeli, tanaman mati. Itu karena perlakuan yang berbeda dari konsumen. Kadang mereka sibuk tidak punya banyak waktu dan kurang paham perawatan tanaman. Akhirnya saya memberi layanan perawatan ini,” jelasnya.
Deden berburu koleksi tanaman hias di sejumlah tempat seperti Sawangan, Bogor hingga kawasan Cipanas Puncak. Semua ini menunjukkan keseriusan Deden dalam menjalani bisnis ini.
“Saya jalani semua sendiri. Mulai dari mencari tanaman hingga merawatnya. Selain karena hobi, saya masih belum bisa mempercayakan usaha ini ke orang lain,” ujarnya.
Deden juga meningkatkan keterampilan dalam hal fotografi dan pengepakan, yang berguna untuk menunjang dalam memasarkan produk tanaman terutama lewat sosial media. “Bersyukur saya punya sedikit keterampilan fotografi. Jadi ada hasilnya ketika produk yang ingin dipasarkan via online. Produk yang saya jual bisa kelihatan menarik bagi si calon konsumen,” katanya.
Dia juga tidak pelit ilmu tentang perawatan dan cara menangani tanaman hias. Misalnya, dia membagikan manfaat lidah mertua kalau ditaruh di dalam ruangan bisa memberikan udara segar, karena kehadirannya dapat menyerap polusi dan mengurangi polutan yang terdapat di furnitur di setiap ruang. “Hal-hal ini mungkin yang membedakan saya dari pedagang tanaman hias online lainnya. Selain itu, untuk pengantaran saya selalu antar langsung sampai ke tempat. Jadi tidak menggunakan ekspedisi,” kata Deden lagi.
Menariknya di masa pandemi, ketika tren tanaman hias tengah naik, Deden malah mengaku mengalami kesulitan. Pasalnya, pemesanan banyak tetapi harga kurang sesuai. “Perang harga di antara pedagang tanaman hias di pasar online menjadi tantangan yang cukup besar. Bahkan ada pedagang yang memberi harga yang nggak masuk akal alias mahal banget. Hal ini cukup mengurangi produksi tanaman hias saya,” ungkapnya.
Harga tanaman yang selangit itu, menurut Deden, berimbas pada harga jual bibit yang ikut mahal. Kondisi ini cukup menyulitkan bagi pedagang, sekaligus merugikan pembeli. “Ketika saya ingin membeli bibit ke petani harga sudah sangat mahal. Kalau nanti saya jual lagi ke konsumen tentu harga akan lebih tinggi, dan pasti konsumen akan teriak. Karena itu saya memilih untuk mengurangi dulu produksi sambil menunggu harga kembali stabil,” kata Deden menjelaskan.
Sekarang Deden hanya menerima 10 pemesanan setiap hari. Dia juga membatasi layanan urban jungle. “Saya sekarang hanya menjual tanaman untuk koleksi saja. Karena itu sudah pasti pembelinya,” ujarnya.Itupun dia mengaku sudah memiliki 100 pelanggan tetap.
Deden tentu berharap bisnisnya akan terus berkembang dan berkelanjutan. Selain itu, ia berharap akan segera memiliki toko sebagai etalase langsung bagi para konsumen, terutama dengan konsep urban jungle. “Bagi saya bisnis tanaman hias ini akan terus ada mengikuti kecintaan orang akan tanaman dan ruang hijau,” pungkasnya.
====================
Deden Teguh
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 25 Nopember 1992
- Pendidikan Terakhir : SMA Negeri 1, Bojonggede
- Usaha yang dikembangkan : Penjualan tanaman hias
- Nama Usaha : Teguh Floris
- Mulai Usaha : 2018
- Jabatan : Founder & Pengelola
====================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia