I Dewa Gede Agung Wiradipta : Dorong Masyarakat Perkotaan Bercocok Tanam

I Dewa Gede Agung Wiradipta, Founder & CEO infarm (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Urban farming merupakan usaha pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada di sekitar masyarakat. Belakangan, akibat pandemi Covid-19 dengan kebijakan work from home, membuat urban farm menjadi tren dan kegiatan baru yang digemari banyak orang terutama di daerah perkotaan.

Selain sebagai hobi yang menyehatkan dan menghilangkan stres, urban farming dinilai bisa menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat perkotaan di masa mendatang. Hal tersebut dibuktikan dengan data Badan Pangan Dunia (FAO), yang memperkirakan pada tahun 2050 mendatang penduduk dunia bisa mencapai 9,7 miliar orang. Sebanyak 68% dari penduduk dunia tersebut yang membutuhkan pangan adalah warga perkotaan.

Urban farming merupakan usaha pertanian yang hasilnya untuk dikonsumsi sendiri atau untuk dijual, ditanam, atau dibudidayakan pada lanskap perkotaan baik di pekarangan rumah, kebun, taman kota, hutan kota, atau lahan yang tidak termanfaatkan. Komoditas yang umum diusahakan adalah tanaman yang berumur pendek seperti aneka sayuran daun dan buah, tanaman obat seperti jahe dan lengkuas serta tanaman hias seperti anggrek dan lily.

Sepertinya kegiatan urban farming ini sangat penting bagi masyarakat Indonesia karena beberapa alasan. Pertama, terjadi penyusutan luas areal sawah di pedesaan atau pinggiran kota akibat perkembangan industri. Lahan pertanian juga semakin menyempit tiap tahunnya akibat dikonversi menjadi kawasan permukiman.

Selain itu, jumlah petani tradisional pun semakin menurun, di sisi lain penduduk Indonesia semakin besar di masa mendatang sehingga kebutuhan pangan akan sangat tinggi.

Menariknya, untuk mengadopsi konsep urban farm masyarakat tidak perlu lagi kesulitan. Pasalnya, berbagai kebutuhan akan bercocok tanam kini sangat mudah didapatkan di berbagai platform e-commerce. Salah satunya adalah Infarm, milik  I Dewa Gede Agung Wiradipta atau akrab disapa Dewa.

Pemuda asal Surabaya ini mengembangkan bisnis berupa usaha bibit, benih dan perlengkapan berkebun sejak awal 2020. Tak sekadar bisnis, Dewa merasa bertanggungjawab atas keadaan alam dan lingkungan sekitar. Karena itu, dia juga mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan bercocok tanam.

“Di tengah situasi pandemi Covid-19 saat itu saya mencoba untuk mencari apa yang dilakukan orang-orang saat diam di rumah sekaligus bermanfaat bagi alam. Dari situlah saya merintis usaha ini,” ungkap Dewa dalam wawancara beberapa waktu lalu.

Pemuda asal Surabaya ini merasa bertanggung jawab atas keadaan alam dan lingkungan sekitar, dan mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah untuk mulai bercocok tanam bersama infarm. Melalui infarm, Dewa menyediakan beragam jenis benih dan perlengkapan urban farming sebagai bagian dari upaya melestarikan alam dari lingkungan terkecil.

“Kita hidup hanya menumpang pada alam, karenanya saya percaya apa yang manusia lakukan harus kembali lagi ke alam,” ujarnya.

Dewa meyakini bahwa upaya sekecil apapun  untuk melestarikan bumi akan memberi dampak positif dalam jangka panjang. Dengan semangat ini, Dewa mendedikasikan infarm yang dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan alam secara sekaligus.

 

Passion

Sebelum merintis usaha perlengkapan tanaman di Lazada, Dewa adalah petani jagung dan padi di Desa Puntir, Pasuruan.

“Sebelum mengembangkan Infarm saya dulu hanya petani tradisional yang bergantung pada alam. Biasanya kalau cuaca lagi bagus, ya hasilnya juga bagus. tapi kalau cuaca lagi tidak bersahabat sumber penghasilan pun ikut terhambat,” kisahnya.

Namun karena passionnya memang di bidang pertanian Dewa tidak menyerah. Dia lalu berusaha mengembangkan bisnisnya di bidang pertanian, termasuk mencoba panen dan memproduksi kompos sendiri. Ternyata semangat saja tidak cukup, dan  hasil yang ia dapat belum terlalu memuaskan sehingga mendorongnya untuk mencari alternatif lain di luar bisnis pertanian.

Dewa kemudian memutuskan banting stir dengan merintis usaha berjualan online dengan menyediakan berbagai produk, termasuk perhiasan. “Awalnya saya berjualan apa saja. Karena usaha yang saya lakukan itu tidak sesuai dengan passion, jadi tidak ada perencanaan hingga tidak bertahan lama,” ujarnya.

Akhirnya Dewa memutuskan untuk kembali mengeksplorasi pilihan dagangan agar bisa terus sejalan dengan mimpinya mengembangkan bisnis pertanian. Kemudian, ia menemukan solusi usaha baru membangun kebun hidroponik, sekaligus menjual hasil sayur mayur dari kebun hidroponiknya. Sayang, lagi-lagi usaha ini tidak membuahkan hasil sesuai harapan. Keadaan ini membuat Dewa harus mencari alternatif.

Dia akhirnya  menemukan ide dari melihat tren urban farm. Bagi Dewa ini menjadi peluang untuk menjual paket bercocok tanam atau berkebun di rumah. Dia pun meluncurkan toko infarm (Indonesian Farming).

Keputusannya tepat. Bahkan, Dewa mengakui bisnisnya mengalami pertumbuhan pesat sekalipun di tengah kondisi yang sulit sekarang ini. Hal itu terlihat dari peningkatan penjualan yang pesat. Bahkan dia bisa membuka cabang outlet di Sidoarjo dan Jakarta. Dewa juga berani mempekerjakan karyawan hingga sekarang mencapai 20 orang.

Menurut Dewa, peningkatan tersebut tak lepas dari usaha infarm untuk terus berinovasi, menghadirkan produk-produk yang berkualitas, dan terus meningkatkan layanannya. Ia bahkan membuat komunitas infarm untuk saling membagi kiat dan ilmu tentang lingkungan dan pemeliharaan tanaman di rumah.

Tak lama setelah itu, Dewa memutuskan untuk merentangkan bisnisnya ke e-commerce seperti Lazada. Melalui platform digital ini infarm mengalami peningkatan pesanan dari mulanya hanya 1-2 pesanan per hari, menjadi sekitar 200 pesanan. Bahkan, bisa naik 3-5 kali lipat di hari-hari istimewa Lazada seperti saat Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) ataupun promo besar lainnya.

 

I Dewa Gede Agung Wiradipta
Melalui pengembangan infarm, Dewa ingin mendorong masyarakat perkotaan untuk melakukan urban farming atau bercocok tanam (Foto: Dok. Pribadi)

 

Berbagi Ilmu

Tak hanya itu, Dewa melalui akun Instagram Infarm.id dan toko.infarm.co.id kerap berbagi ilmu dan informasi dalam hal bercocok tanam. Mulai dari info berkebun, mengenalkan macam-macam tanam, informasi mengenai pupuk, dan solusi berkebun lainnya. “Saya mengundang masyarakat untuk bergabung di komunitas infarm untuk saling bertukar ilmu,” ujarnya.

Dewa mengaku puas ketika pembeli memberikan testimoni positif atau bergabung dalam komunitas infarm, di mana mereka bercerita tentang perjalanan merawat tanaman di rumah. “Banyak pembeli yang sekarang sudah punya kebun, bahkan bisa panen berkat bibit dan perlengkapan tanaman yang disediakan di infarm,” ujarnya senang.

Menurut Dewa, keberadaan infarm berangkat dari dua hal, yaitu kepercayaan bahwa manusia perlu hidup berdampingan dengan alam dan ingin terus mengikuti tren terbaru tentang urban farming. Apalagi secara ideal 30-40% luas kawasan perkotaan semestinya berupa ruang terbuka hijau. Namun, sebagian besar kota-kota di Indonesia sekarang ini justru mengalami defisit ruang terbuka hijau.

Padahal di banyak negara, urban farming dapat memberikan manfaat terhadap kebutuhan pangan kota. Di Indonesia konsep ini masih sebatas tren gaya hidup. Tren tersebut belum sepenuhnya dioptimalkan untuk pemenuhan kebutuhan pangan.

Untuk itu, Dewa berharap bisa terus melakukan riset dan penyuluhan serta sosialisasi tentang berkebun melalui infarm, seraya memperkuat komunitas dengan mendorong masyarakat untuk mencintai alam dan lingkungan sekitar, mulai dari hal kecil seperti menanam tanaman di rumah.

“Saya percaya apa yang manusia lakukan harus kembali lagi ke alam, salah satunya dengan membawa alam ke rumah.

Kondisi inilah yang mendorong infarm untuk terus berkomitmen memasyarakatkan kegiatan berkebun dan bercocok tanam. Dewa pun mulai menjual paket bibit tanaman secara online dengan tagline ‘Everybody Can Plant’ yang mengajak semua orang untuk mencoba bercocok tanam di rumah.

“Saya percaya bahwa kehadiran tanaman dan suasana alam akan memberikan ketenangan di tengah kehidupan di kota yang terkadang terasa sibuk dan sesak, seraya menghasilkan kebahagiaan kecil di rumah,” pungkasnya.

 

====================

I Dewa Gede Agung Wiradipta

====================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version