youngster.id - Gaya hidup anak muda yang ingin tampil beda dan anti mainstream membuat bisnis clothing menjadi usaha yang menjanjikan. Menariknya, bisnis kaos sablon manual masih tetap eksis di tengah perkembangan teknologi digital printing. Bahkan di masa pandemi, geliatnya seolah tak kehilangan penggemar.
Sablon atau cetak saring adalah salah satu seni kriya dengan proses penggunaan stensil untuk membentuk gambar. Dilansir dari Widewalls, teknik cetak saring atau sablon pertama kali ditemukan di China pada era Dinasti Song sekitar tahun 960 hingga 1.279 Masehi untuk pembuatan topeng khusus.
Teknik ini kemudian dikembangkan di Eropa dan Prancis. Pada tahun 1960, seorang wirausahawan sekaligus seniman dari Amerika bernama Michael Vasilantone, mengembangkan suatu mesin sablon rotary untuk lebih dari satu warna serta mematenkannya. Tak hanya itu, mesin sablon baju kaos tersebut pun menjadi salah satu mesin paling populer dalam dunia industri penyablonan hingga kini.
Mesin penyablonan tersebut pada awalnya diproduksi untuk mencetak logo dan tulisan pengenal untuk kaos pada klub bowling. Namun pada akhirnya lebih dikembangkan lagi sebagai suatu solusi baru dalam mencetak sablon kaos satu hari jadi. Kini, teknologi sablon sangat umum dipakai dalam berbagai industri yang volume produksinya tinggi termasuk untuk clothing.
Saat ini sablon kaos telah menjelma menjadi salah satu peluang usaha rumahan yang menjanjikan. Pasalnya, modal yang dibutuhkan sangat kecil, namun keuntungan yang diperoleh dari usaha yang satu ini cukup signifikan. Terlebih jika sang pemilik usaha itu sendiri turut memiliki kemampuan dalam membuat desain-desain yang menarik dan berdaya jual tinggi, tentu akan lebih banyak peminatnya.
Menangkap peluang tersebut, Jamil Ripai mendirikan “Depok Kaos Polos & Sablon”. Bisnis yang telah ditekuni selama 1,5 tahun ini dinilainya tahan banting, meski diterpa badai pandemi Covid-19.
“Selain menyukai seni sablon, saya melihat jenis usaha ini tidak pernah merugi dan tetap banyak dibutuhkan semua orang, dan mendukung industri pakaian jadi,” kata Jamil kepada youngster.id di lokasi usahanya di kawasan Banjaran Pucung, Cilangkap Tapos Depok Jawa Barat.
Toh, bisnis yang dijalani Jamil ini sempat goncang pada awal-awal pandemi melanda. Setelah itu, meski pandemi belum juga berlalu, dengan kegigihan dan ketekunan yang dimiliki, omsetnya kembali pulih seperti sebelumnya. “Pas awal pandemi, omset turun drastis sampai 70%, tapi sekarang sudah mulai perlahan pulih kembali,” katanya.
Otodidak
Menurut pria kelahiran Depok, 21 Oktober 1999 ini bisnis sablon kaos merupakan salah satu bisnis yang bisa dijalankan oleh siapa saja dengan modal yang relatif kecil. Bisnis ini juga tidak rumit dalam menjalankannya dan tidak diharuskan memiliki keahlian khusus. Ilmu untuk mengaplikasikan sablon ke produk kaos dia dapat secara otodidak.
“Saya belajar secara otodidak. Bagi saya ini seni yang menuntut saya untuk selalu update mengikuti perkembangan, baik metode maupun teknologi dalam mengaplikasikan ke bahan kaos,” ungkapnya.
Dia berkisah, awal terjun ke usaha sablon adalah lewat sang kakak yang sudah terlebih dahulu punya usaha ini. “Saya belajar dari nol, jadi benar-benar dari yang tidak tahu apa-apa. Ibaratnya saya yang biasa pegang pacul lalu tiba-tiba harus bekerja pegang mouse,” ungkapnya.
Menurut Jamil, awalnya dia hanya mampu menggambar sederhana seperti kotak. Namun Jamil terus memacu dirinya untuk bisa menguasai skill menggambar hingga akhirnya dia bisa menggambar wajah.
“Saya terus update kemampuan dan sampai sekarang pun saya masih terus belajar. Memang ada desain dari konsumen, tetapi kebanyakan saya gambar sendiri lalu dialihkan ke digital,” paparnya.
Selain belajar desain, Jamil juga belajar untuk aplikasi ke kaos. Termasuk memilih warna, metode pengerjaan hingga menjaga kualitas hasil sablon. Pasalnya, semua pengerjaan dilakukan secara manual. Hanya proses penyelesaian yang menggunakan mesin pres.
Di tengah perjalanan sang kakak memutuskan untuk menutup usaha itu, dan beralih profesi bekerja di sebuah perusahan swasta. Sementara Jamil sudah terlanjur jatuh hati pada sablon. Apalagi dia bisa mengenakan clothing dengan desain karyanya sendiri yang berbeda dari teman-temannya. Bahkan, karyanya diminati oleh teman-temannya.
Akhirnya Jamil menetapkan hati untuk membuka usaha sablon sendiri. Dia mengaku mulai dengan modal sebesar Rp 450 ribu untuk membeli peralatan. Berkat keterampilannya mendesain, maka dengan cepat dia mendapatkan pelanggan. Terutama dari para pemilik usaha distro.
“Kebutuhan distro atau cloting line cukup besar karena pangsa pasarnya adalah anak muda. Saya juga menggandeng komunitas anak muda yang berhubungan dengan cloting line dan distro yang ada di wilayah Depok,” paparnya.
Alhasil, Jamil berhasil meraih omzet sekitar Rp 6 juta setiap bulan. Bahkan ketika bulan Ramadan, dia bisa meraup Rp 12 juta.

Harga dan Kualitas
Meski memulai usaha berdasarkan hobi, Jamil tentu memperhitungkan untung rugi bisnis ini. Menurut dia, tolak ukur dari konsumen kebanyakan adalah harga dan kualitas.
“Sudah bukan menjadi rahasia lagi dimana banyak konsumen Indonesia ingin mendapatkan sebuah produk dengan harga murah dan kualitas baik. Itu yang kami coba berikan. Saya mempertahankan kualitas dengan pengerjaan yang optimal agar konsumen puas,” katanya.
Jamil menerangkan, harga dari produk sablon tergantung dari banyaknya warna yang digunakan. Pasalnya, semakin banyak warna yang digunakan semakin sulit proses pembuatan sablon. Jamil mengklaim bisa mengerjakan 25-30 produk dalam satu hari. Pelangannya umumnya datang dari berbagai kalangan, mulai dari fansclub, jersey sepakbola, hingga perbankan dan gathering.
Untuk menjangkau pasar, Jamil juga memanfaatkan jejaring media sosial dan komunitas yang ada di wilayah Depok. “Pendekatan sosial dan pemasaran yang saya lakukan, biasanya via medsos mulai dari Facebook, Instagram dan lain-lain. “Media sosial itu pengaruhnya besar dan sangat mendukung kelangsungan usaha bagi pelaku UMKM seperti saya, produk yang ditawarkan dapat dengan mudah dikenal sama netizen. Selain itu, kegiatan lain saya memperkenalkan usaha saya di sini, saya juga sering mengikuti bazaar yang diselenggarakan di kota Depok,” kata Jamil.
Jamil menetapkan harga sablon Rp 75 per produk. Selain itu dia juga menjual kaos polos dengan harga mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp Rp 35 ribu.
Diakui Jamil, selama usaha berlangsung hingga kini kendala berarti tak pernah ditemuinya. Menariknya, salah satu kendala terjadi ketika dia kebanjiran orderan jelang Ramadan dan Lebaran tahun ini. Pasalnya stok kaos polos kosong sehingga dia harus menunggu.
“Kendala di usaha ini, karena untuk kaos saya belum produksi sendiri dan harus pesan di wilayah Bekasi. Sampai sekarang, pesanan sablon masih ada tapi stok kaosnya masih kosong. Jadi terpaksa kami harus nunggu sampai sekarang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, meski sadar akan persaingan Jamil tetap terbuka untuk berkolaborasi dengan pelaku jasa sablon lainnya. Karena dengan demikian mereka dapat saling menutupi kekurangan terutam dalam hal stok bahan.
“Namanya usaha itu wajar kalau ada persaingan. Tapi sejujurnya komunitas pengusaha sablon malah saling membantu ketika saya ada problem dan bersama-sama mengatasinya. Bahkan kami banyak saling memberi masukan satu dengan yang lainnya,” ungkapnya.
Di sisi lain, Jamil juga mengikuti perkembangan teknologi. Sekarang banyak pemain di jasa sablon ini yang menggunakan jasa sablon digital. Selain pengerjaannya cepat, biayanya juga lebih murah. “Saya sekarang sedang belajar teknologi DTF (Digital Transfer Film). Saya akui proses lebih cepat dan murah. Saya kepingin punya alatnya,” imbuhnya.
Jami berencana akan memperluas usaha dengan membuka cabang yang khusus untuk menjadi toko clothing. “Saya ingin memisahkan toko untuk sablon dan untuk kaos sehingga bisa lebih fokus lagi dalam mengembangan bisnis ini,” pungkas Jamil.
======================
Jamil Ripai
- Tempat Tanggal Lahir : Depok, 21 Oktober 1999
- Pendidikan : SMK Negeri 1 Depok
- Usaha yang dikembangkan : Membuat usaha sablon
- Nama Brand : Depok Kaos Polos & Sablon
- Mulai usaha : akhir tahun 2019
- Jabatan : Pengelola dan Founder
=======================
FAHRUL ANWAR