youngster.id - Komoditi kopi Nusantara kini telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya pengusaha lokal yang membangun kedai di berbagai kota di seluruh Indonesia. Bisnis kedai kopi di Indonesia diperkirakan terus meningkat seiring naiknya konsumsi domestik kopi Indonesia. Nilai pasarnya pun cukup menggiurkan, yaitu mencapai Rp 4,8 triliun per tahun.
Data Tahunan Konsumsi Kopi Indonesia 2019 yang dikeluarkan oleh Global Agricultural Information Network menunjukkan proyeksi konsumsi domestik (Coffee Domestic Consumption) pada 2019/2020 mencapai 294.000 ton. Jumlah itu meningkat sekitar 13,9% dibandingkan konsumsi pada 2018/2019 yang mencapai 258.000 ton. Pada 2021, konsumsi domestik kopi Indonesia diperkirakan naik lagi menjadi 370.000 ton.
Meski demikian, pandemi Covid-19 mengubah tren bisnis kopi pada 2021. Pemilik usaha kedai kopi diperkirakan semakin bersaing memperebutkan pelanggan dengan sajian minuman kopi berkualitas, harga terjangkau dan konsep gerai lebih sederhana.
Seperti yang dilakukan Muhammad Ilhammurohman pemilik kedai Green White Coffee. Menariknya, pria yang akrab disapa Oding ini mesti jatuh bangun dalam mengembangkan bisnis kedai kopi sejak tahun 2015. Mulai dari membangun kedai kopi di Bandung hingga akhirnya sekarang di Bogor. Meski beberapa kali gagal namun kecintaannya pada aroma “emas hitam” tak menurutkan semangatnya.
“Jadi saya kenalan dan jatuh cinta pada kopi itu sejak aktif di kegiatan mahasiswa pecinta alam,” ujar Oding kepada youngster.id.
Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu kerap menemui petani kopi di kawasan Ciwidey Bandung. Dia mengaku hal itu membuatnya banyak belajar tentang kopi, mulai dari cara bertanam, merawat, memetik hasil kopi yang siap panen hingga dapat menyajikan kopi dengan cara benar dan enak. “Dari perkenalan dan mendapat ilmu itu, akhirnya saya dan teman-teman tertarik untuk terjun ke usaha kopi,” ujarnya.
Awalnya, bersama teman kuliah Oding membangun Green White Coffeee pada 2015 di Bandung. “Dengan modal seadanya, bahkan pinjam modal pada dosen, kami nekad buka usaha,” ungkap Oding sambil tertawa.
Menurut Oding, usaha itu sempat berjalan tiga tahun. Namun tuntutan orang tua agar mereka menyelesaikan kuliah, membuat usaha itu harus berhenti di tengah jalan. Bahkan, Oding akhirnya memutuskan untuk kembali ke Jakarta guna membangun karier.
Namun dia tidak bisa melupakan kecintaannya pada bisnis kedai kopi. Oleh karena itu, ketika ada rekannya mengajak untuk buka usaha kedai kopi Oding langsung tertarik. Di tahun 2018 Oding kembali mendirikan Green White Coffee di kawasan Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor. Namun lagi-lagi Oding tidak bertahan lama di bisnis ini. “Namanya bisnis, ada aja yang namanya gesekan hingga akhirnya sama memutuskan untuk keluar dari kerja sama itu,” ungkapnya.
Lagi-lagi magnet bisnis kopi masih kuat. Pertemuannya dengan Donny Tersetyonugroho, sahabat masa remajanya membangkitkan semangat Oding untuk kembali menekuni bisnis kopi. “Kami akhirnya sepakat untuk membangun usaha kopi yang baru di awal tahun 2021 sampai sekarang,” ucap Oding.
Merangkak Dari Awal
Bagi Oding, Green White Coffee yang berlokasi di Perumahan Cibinong Green Park bisa dibilang mulai lagi dari nol. “Bisa dibilang di usaha ketiga ini, saya merasakan harus merangkak lagi dari awal. Karena dari 2 usaha sebelumnya, brand usaha ini nggak pernah sepi dari pengunjung. Cuma mungkin kami ini atau saya belum berjodoh dengan kedua usaha tadi,” ungkapnya.
Kini dengan Donny, dia membangun chemistry. “Semua ini kami jadikan pembelajaran, termasuk mencari solusi kalau ada masalah. Karyawan yang bekerja di sini sudah kami anggap seperti keluarga. Jadi kalau ada masalah, tentu dibicarakan dengan baik,” kata Donny.
Menurut Oding. dia kembali mengajar semua yang terlibat dalam bisnis ini tentang cara membuat kopi dengan benar. “Termasuk mulai makanan dan minuman yang ada di sini juga ide dari saya,” ujarnya.
Mereka juga harus menghadapi tantangan dengan lokasi yang terbilang kurang strategis karena adalah bekas kantor pemasaran perumahan yang telah lama ditinggalkan oleh pengembangnya.
“Saya pikir awalnya, siapa yang mau datang ke tempat ini, mana lokasi kafenya jauh dari jalan utama atau jalan raya. Sebelum usaha dimulai, tempat ini sepi, banyak pohon bambu, alang-alang, karena tadinya lokasi itu bekas kantor pemasaran perumahan yang ditinggal dan nggak digunakan lagi sama pengembangnya. Tetapi setelah kami renovasi dan bersihkan, ditambah lampu-lampu, kini tempat tersebut jadi menarik dan enak dilihat,” ungkap Donny.
Hasilnya dalam waktu 3 bulan Green White Coffee bisa menbukukan omset sebesar Rp 30 juta per bulan.
“Alhamdulillah tetapi usaha ketiga yang saya jalankan bersama Donny sekarang, biar seperti baru merangkak lagi, tetapi dalam hitungan 3 bulan kami bisa melayani 150 orang setiap harinya. Bahkan di akhir pekan jumlahnya bisa lebih. Jumlah transaksi juga bisa sampai 700 ribu per harinya,” klaim Oding.
Pemasaran Digital
Donny menyebut, peranan media menjadi salah satu faktor yang turut mendukung perjalanan usahanya semakin dikenal. Termasuk melakukan digital marketing.
“Digital marketing sangat ampuh dan membantu mengenalkan kami kepada khalayak. Bahkan tamu kami yang datang selain dari kawasan Bogor dan Depok juga dari Jakarta, Bekasi, Bandung hingga Makasar,” klaim Dony.
Mereka yakin dengan konsep kafe yang unfinish yang sedang tren maka usaha ini dapat terus berkembang. Bahkan mereka siap menghadapi persaingan. “Berinovasi serta menjaga kualitas produk menjadi hal yang dilakukan setiap saat oleh Green White Coffee,” kata Oding.
Produk yang tersedia di antarnaya coffee late, capucino, americano, espresso, hingga cokelat, teh hijau dan red velvet. Menu makanan juga bervariasi seperti kentang goreng sosis, batagor, singkong keju dan roti. “Untuk harganya mulai dari Rp 5000 sampai Rp 20 ribu. Pokoknya sangat terjangkau buat pengunjung, terutama anak milenial,” ujar Donny.
Untuk mengembangkan usaha, mereka telah mempersiapkan program khusus bagi kemajuan perkembangan usahanya agar bisa berkembang dan terus berkelanjutannya. Di antaranya menggelar program UMKM untuk melibatkan para pelaku usaha lain di sekitar daerah tersebut, juga bisa berjualan di lokasi yang sama dengan sistem sharing profit.
“Kami akan melibatkan para pelaku UMKM yang mau bergabung berjualan di sini karena kami ingin membuat kedai kopi berkonsep outdoor yang melibatkan banyak usaha lain,” ujar Oding.
Bahkan mereka berencana akan menggelar berbagai program seperti gelar musik, program podcast, hingga layar tancep di setiap weekend. “Biar pengunjung datang ke sini selain dapat hiburan dan bisa merasakan festival di tempat kopi. Setahu saya belum ada yang berani ada kedai kopi berkonsep outdoor membuat program seperti kami,” klaim Oding lagi.
“Semoga ke depan usaha kami ini bisa lebih dikenal luas lagi, dan menjadi tempat hangout dan banyak memberi manfaat bagi lingkungan sekitar,” tutup Donny.
=====================
Muhammad Ilhammurohman (Oding)
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta 6 Januari 1993
- Pendidikan : Sarjana Jurnalistik, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
Donny Tersetyonugroho
- Tempat Tanggal Lahir : Bogor 20 November 1993
- Pendidikan : SMK Pariwisata
- Usaha yang dikembangkan : Membuat usaha kedai kopi berkonsep outdoor (unfinish)
- Nama usaha : Green White Coffee
- Mulai Usaha : 2021
- Modal : sekitar Rp 55 juta
- Omset : Rp 30 juta per bulan
- Jumlah Tim : 5 orang
- Prestasi : Juara 1 Produk Kopi Ranca Bali, Ciwidey, di Event Jawara Jawa Barat
=======================
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post