Tanoto Frans : Manfaatkan Teknologi Untuk Pasarkan Ikan Asin

Tanoto Frans, Founder & Pengelola Ikan Asin Medan (Foto: Istimewa/youngster.id)

youngster.id - Bagi masyarakat pesisir, ikan asin atau ikan kering adalah produk andalan selain tangkapan segar. Pasalnya, ikan yang diawetkan dengan cara diasinkan ini sangat popular sebagai lauk bagi masyarakat Indonesia. Bisnis ikan asin ini ternyata juga sangat menjanjikan.

Belawan Bahari, Medan Belawan, adalah salah satu kawasan di kota Medan yang terkenal sebagai gudang ikan asin. Kawasan yang sebagian besar merupakan perkampungan nelayan ini merupakan sentra bisnis ikan asin, terutama ikan teri, dengan omzet ratusan juta rupiah setiap harinya.

Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara, Pendi Pohan mengungkapkan uang yang berputar di kawasan itu lewat bisnis ikan asin ini mencapai Rp 200 juta per harinya.

Peluang ini yang dimanfaatkan oleh Tanoto Frans, yang mengelola brand Ikan Asin Medan. Dia bukan nelayan, tetapi mampu memberdayakan puluhan nelayan di kawasan tersebut hingga ke seluruh Indonesia.

“Awal mula menekuni bisnis ini pertama karena melihat potensi perairan di daerah  ini bisa menjadi usaha yang menarik. Selain itu, saya juga melihat kesempatan yang bisa diraih dari memasarkan produk ikan asin ini,” ungkap Frans kepada youngster.id.

Pria kelahiran Medan, 8 Agustus 1987 ini awalnya memulai usaha dengan mendistribusikan ikan asin kepada pelanggannya di sejumlah pasar tradisional. Hingga kemudian, seorang teman mengajaknya masuk ke pasar online yaitu lewat Tokopedia untuk mengembangkan bisnisnya.

Tak disangka, pilihan yang dibuatnya berbuah manis. Omzetnya kini mencapai triple digit, bahkan 85% penjualannya berasal dari e-commerce tersebut. “ Nggak nyangka banget, sih. Memang teknologi sebegitu hebatnya. Omzet bulanan kami sampai mencapai  ratusan juta rupiah. Berkat teknologi peluang bisnis ini tidak hanya terbatas di wilayah Medan saja, tetapi sampai ke seluruh Indonesia,” ucap Frans.

 

Kendala dan Proses

Menurut Frans, usaha berlabel Ikan Asin Medan ini telah ditekuni sejak tahun 2013 dengan modal sekitar Rp 5 juta. Tak sekadar jadi penjual, dia juga paham betul proses pengolahan ikan asin yang dilakukan para nelayan. “Proses membuat ikan asin itu membutuhkan kekuatan fisik,” ujarnya.

Pasalnya, untuk melakukan penjemuran ikan saja butuh cuaca yang baik dan tenaga. Frans juga paham kesulitan nelayan jika cuaca kurang baik dan membuat harga ikan melonjak dibanding hari biasanya.

“Kalau cuaca buruk seperti ada hujan badai, jangan heran kalau ikan kering ini bisa jadi naik harganya ketimbang hari biasanya. Dan kalau sudah demikian, kami sebagai pelaku usaha, hanya bisa berdiam diri saja, sambal menunggu kondisi cuacanya baik dan menunggu nelayan kembali membawa ikan hasil tangkapannya,” tuturnya.

Frans juga menyebut tantangan lain yang ditemui selama usaha ini adalah pada kualitas produk. Apalagi, sejak pemasaran usaha ini dilakukan secara online konsumen yang memesan datang dari berbagai pulau di Indonesia.

“Tantangan dalam menjalankan usaha ini adalah bagaimana produk saya dapat bertahan agar dapat diterima dalam keadaan baik oleh konsumen, mengingat Indonesia sangat luas,” kata Frans.

Meski demikian, tingginya peminat akan produk ikan asin membuat Frans tetap semangat menekuni usaha ini. “Jadi tetap semangat mengingat ada banyak peluang dalam bisnis ini. Di satu sisi, kami bisa mendapatkan omzet atau keuntungan material dari ikan kering ini. Di sisi lain, melalui usaha ini kami sedikit banyak juga turut membantu perekonomian para nelayan setempat bisa lebih baik lagi,” ucapnya.

Untuk itu, Frans selalu  menegaskan, produk yang dia pasarkan menggunakan bahan alami tanpa ada campuran bahan kimia seperti pemutih. “Dalam proses pembuatannya, semua bahan-bahan yang kami gunakan alami tanpa bahan pemutih ataupun bahan kimia lainya, sehingga aman ketika dikonsumsi oleh semua orang,” klaimnya.

Kualitas produk ini yang selalu Frans kenalkan ke para konsumen. Apalagi jenis ikan asin ada banyak di Indonesia. Hal ini sekaligus mengatasi komplen dari konsumen. “Saya selalu menjelaskan keunggulan maupun kekurangan produk kami, supaya dengan edukasi yang tepat produk bisa diterima dalam keadaan baik di tangan konsumen,” ujarnya.

Produk Ikan Asin Medan dijual dengan harga mulai dari Rp 5000 per produk hingga Rp 280 ribu. “Dengan keberhasilan menjual produk lokal ini, kami juga turut mendukung keberlangsungan hidup para nelayan mitra kami,” ujarnya.

 

Frans berharap, usaha lokal Ikan Asin Medan yang ditekuninya selama ini bisa menjangkau pasar internasional (Foto: Istimewa/youngster.id)

 

Masa Pandemi

Frans mengakui kondisi pandemi Covid-19 membuat usaha lesu, termasuk usaha ikan asin kering yang ditekuninya. Namun, kondisi itu tak berlangsung lama,.

“Tentu saja, saya juga mengalami dampak dari masa pandemi ini. Profit penjualan turun sekitar 70% dari biasanya, tetapi meski mengalami penurunan omset saya tidak mengurangi karyawan. Saya juga bersyukur kondisi itu tidak berlangsung lama. Setelah kami melakukan inovasi dan berbagai kegiatan promosi maupun branding di beberapa e-commerce, kendala itu bisa kembali seperti semula,” jelas Frans.

Selain itu, Frans juga rajin mengikuti pendampingan yang digelar Tokopedia, berupa materi edukasi yang diberikan melalui Pusat Edukasi Seller, Sekolah Kilat Seller hingga media sosial. Juga, lewat berbagai program agar UMKM menjangkau lebih banyak masyarakat, seperti Bangga Buatan Indonesia, TokoMart, Kumpulan Toko Pilihan (KTP) dan masih banyak lagi.

Dengan demikian, Frans bisa lebih meningkatkan pemasaran. Dia juga membagikan tips jualan sebagai UMKM reseller. “Harus teliti memilih supplier yang tepat agar kualitas produk selalu terjamin karena supplier tersebut akan menjadi mitra jangka panjang penjual. Kita juga harus memahami kebutuhan masyarakat dan tidak berhenti berinovasi,” ungkapnya.

Frans pun tak segan untuk menularkan semangat kewirausahaannya bagi kalangan anak muda lain yang ingin mengikuti jejak sepertinya menjadi seorang wirausahawan. “Untuk anak muda terutama kaum milenial yang ingin membuka usaha, sekiranya mereka dapat mencari atau menggali ide-ide untuk memulai usaha, harus segera bisa dieksekusi ide tersebut,” ujarnya.

Frans juga berharap, usaha lokal yang ditekuninya selama ini bisa menjangkau pasar internasional. “Yang pasti senang melihat produk lokal Ikan Asin Medan ini bisa dinikmati masyarakat di Indonesia Timur seperti Papua. Harapannya, bagi kelangsungan usaha saya, ke depan usaha ini tidak hanya menjangkau wilayah Indonesia tetapi juga bisa go international. Paling tidak bisa mencapai ke Asia Tenggara dulu,” ucapnya optimis.

 

======================

Tanoto Frans

====================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version