Yaniar Fernanda : Tangkap Peluang Usaha Kriya Bernilai Estetika Dan Fungsional

Yaniar Fernanda, Founder & CEO Dekayu (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Produk kriya Indonesia merupakan subsektor ekonomi kreatif yang masuk dalam tiga kontributor terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Data Badan Pusat Statistik pada 2019, industri kriya menyumbang 14,9% dari total PDB nasional. Namun badai Pandemi Covid-19 membuat bisnis ini terdampak cukup besar. Toh, kreativitas dan inovasi menjadi pelampung penyelamat industri ini.

Ya, industri kriya dalam negeri termasuk salah satu sektor yang tangguh dalam menghadapi dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19. Bahkan, sektor ini memunculkan tren baru di masyarakat. Selain menawarkan estetika, seni kriya juga tetap memiliki fungsi sebagai benda terapan. Berbekal dua manfaat tersebut, produk kriya Indonesia selalu dilirik banyak konsumen, baik lokal maupun mancanegara.

Salah satu contohnya Dekayu, sebuah usaha rintisan yang memproduksi peralatan rumah yang terbuat dari kayu. Mulai dari alat makan, dekorasi, perkakas, hiasan hingga souvenir dan bingkisan (hampers) hadiah. Usaha kriya ini dikembangkan oleh Yaniar Fernanda.

“Kami mengangkat potensi kerajinan kayu yang selama ini banyak digunakan sebagai hiasan menjadi bernilai fungsionalnya dan dapat digunakan sehari-hari. Kami percaya produk yang baik akan membawa hal baik termasuk pada lingkungan sekitar,” kata Yaniar kepada youngster.id.

Menurut perempuan yang akrab disapa Nia ini, sebagian besar masyarakat berpikir bahwa produk kerajinan hanya bisa menjadi pajangan saja. Melalui inovasi bisnis Dekayu, Nia ingin menunjukkan bahwa barang-barang dari kayu juga bisa digunakan sehari-hari. Jadi selain desain yang cantik, produk ini juga fungsional.

“Kami membuat produk kebutuhan rumah tangga mulai dari piring, gelas, sendok, garpu maupun perabotan rumah dari kayu. Kami juga terus mengedukasi untuk opsi bahan kayu dapat menjadi alternatif yang bisa digunakan sehari-hari selain bahan keramik, porselin, kaca dan gerabah. Produk berbahan natural banyak diminati kaum milenial yang juga mulai aware terhadap cinta lingkungan,” ungkap Nia.

Upaya lain Dekayu untuk memberikan edukasi pada masyarakat untuk menjadikan produk kayu yang diluncurkannya ini bisa menjadi pilihan lain yang memliki nilai estetika juga fungsional bagi masyarakat yang menginginkannya.

“Kami mendukung kegiatan komunitas mulai dari komunitas fotografi, homedecor, woman creative dan maraknya rintisan usaha lain di bidang creative. kami men-support banyak event workshop, bazar dan webinar edukasi yang menjadikan produk kayu dapat menjadi pilihan yang memliki nilai estetika juga fungsional,” jelas Nia. “Kami menjadi salah satu yang dengan bangga mengenalkan produk lokal dengan kualitas yang baik. Semangat bersama-sama menggunakan produk lokal juga mengangkat para pengrajin, merupakan hal baik yang dapat kami rasakan,” imbuhnya.

 

Dekayu
Kini, Dekayu telah memiliki lebih dari 100 varian produk dengan rentang harga mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 1 juta per unit. (Foto: Dok. Dekayu)

 

Produk Custom

Nia mengawali bisnis kriyanya tersebut pada tahun 2017. Bisnis ini bermula ketika ia melihat limbah kayu berupa potongan-potongan yang banyak dihasilkan oleh para pengrajin di sekitar tempat tinggalnya di Yogya. Dari situ muncul ide untuk membuat lampu kayu. Bukan lampu kayu biasa, namun lampu kayu custom yang dapat dipesan sesuai dengan keinginan atau desain dari pembelinya.

Seiring dengan permintaan pasar dan pelanggan Dekayu yang semakin kompleks, Nia kemudian mengembangkan produk kayu menjadi produk inovasi yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Ia kemudian mulai menggerakkan perajinnya yang berada di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta untuk memproduksi piring, gelas, sendok, garpu maupun perabotan rumah dari kayu.

Gayung bersambut, produk baru Dekayu direspon positif oleh komunitas fotografi. Mereka memanfaatkan produk-produk tersebut sebagai properti foto. Sejak saat itu Dekayu mengalami peningkatan pesanan yang signifikan. Bahkan saat pandemi seperti ini jumlah pengiriman paket dari Dekayu stabil antara 80-100 paket per hari.

Akhirnya Nia pun membuka toko di kawasan Umbulharjo, Giwangan, Yogyakarta pada tahun 2019. “Banyak pelanggan yang ingin memastikan produknya sesuai dengan pesanan dengan datang langsung. Akhirnya kami membuka toko tak jauh dari warehouse ini agar pelanggan merasa nyaman berbelanja” ujar Ibu dua anak ini.

Pada saat yang bersamaan dia mulai masuk ke media online melalui kanal Instagram dan marketplace Tokopedia. Nia menjelaskan, unique selling point product Dekayu adalah Local, Legal and Safe. Maksudnya, semua produk Dekayu, mulai dari bahan hingga proses produksi berasal dan hasil karya lokal buatan Indonesia. Legal karena sumber daya bahan baku berasal dari sumber daya yang resmi. Selain itu, aman karena proses pelapisahannya menggunakan material biopolish waterbased dan beeswax yang aman dan non toxic.

“Selain itu, kami membuat standarisasi kualitas produk mulai dari kadar kelembaban, tingkat kekeringan, halus dan seragam (akurasi) sehingga walau dibuat secara handmade kami terus menjaga kualitas produk hingga dapat diproduksi masal,” jelas sarjana Kimia, UGM Yogyakarta.

Tak sekadar membuat produk, Nia juga melakukan inovasi dalam menjaga “nyawa” kelangsungan bisnisnya dengan sangat beragam. Salah satu inovasi besar yang dilakukannya adalah memasarkan produk kriya Indonesia secara digital.

Nia juga mempertimbangkan kelebihan pemasaran digital, yakni jangkauan pasar yang lebih luas. Selain itu, pola pembelian masyarakat sejak pandemi berlangsung mulai beralih ke arah digital.

 

Agar Dekayu bisa terus survive di masa pandemi, dan bisa berkembang ke depannya, berbagai upaya inovasi dan kreativitas dilakukan Yaniar (Foto: Dok, Pribadi)

 

Kolaborasi

Kondisi pandemi Covid-19 membuat Dekayu semakin yakin untuk bergabung ke marketplace dan memasarkan produknya secara luas. Jadi selain menyediakan hampers, Dekayu juga menambah kanal penjualan online dan berujung menjadi penopang bisnisnya selama tahun 2020.

Dekayu juga akan senantiasa memanfaatkan beragam fitur yang ada di dalam marketplace tersebut. Misalnya fitur voucher toko, gratis ongkos kirim, dekorasi toko dan sebagainya. Bahkan selama bulan Ramadan 2021 ini Dekayu juga meluncurkan inovasi bisnis lainnya, yaitu dengan berkolaborasi pada produk hampers.

“Kami terus bergerak untuk inovasi produk dan berkreatifitas. Kami juga menjaga kualitas produk dan responsive terhadap dinamisnya persaingan, dengan terus mengoptimize segala resource yang kami punya,” katanya.

Menurut Nia, dengan memiliki aset digital, berjualan di marketplace, aktif di social media dan juga membuat plan dan proyeksi untuk pengembangan usaha akan menjadi keunggulan di tengah persaingan usaha.

“Pokoknya semua yang bisa dilakukan akan kami optimasi. Harapannya, jika kami terus aktif, lama kelamaan konsumen akan mulai mengenali pasar Dekayu. Kami bersyukur, sampai saat ini kami banyak dibantu, terutama oleh para pengrajin di bagian produksi dan tim yang berperan dalam proses mengembangkan usaha,” imbuhnya.

Kini, Dekayu telah memiliki lebih dari 100 varian produk dengan rentang harga mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 1 juta per unit. Sayang dia enggan menyebut omzet yang diperoleh saat ini. “Rata-rata transaksi kami dalam sehari bisa mencapai 100 pesanan,” kilahnya.

Nia mengakui masa Pandemi Covid-19 membuat bisnis merosot. “Yang paling terasa adalah tidak adanya kunjungan di toko kami. Semua itu membuat penjualan menurun dan berlangsung cukup lama. Tetapi pada saaat masuk dipertengahan tahun 2020 kami fokus menambah aset digital untuk memasarkan produk dan membuat inovasi produk dengan mengeluarkan produk hampers pada April 2020 yang menjadi penopang untuk bertahan selama pandemi,” ungkapnya.

Upaya untuk bangkit dari keterpurukan terus dilakukan. Selain berinovasi, dia berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk melahirkan produk hampers.

“Kami juga selalu memulai dengan langkah-langkah kecil yang dapat berdampak positif bagi kelangsungan usaha yang sedang kami jalani ini. Dengan begitu, ada harapan usaha dapat bertumbuh dan kami dapat melakukan banyak gerakan berbagi hal baik,” tutup Nia.

 

=========================

Yaniar Fernanda

=========================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version