youngster.id - Kementerian Perindustrian menggelar Innovating Jogja. Ini adalah kompetisi untuk mendorong pertumbuhan usaha rintisan sektor kerajinan dan batik di wilayah ini.
Ngakan Timur Antara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan, Indonesia membutuhkan sedikitnya empat juta wirausaha baru untuk turut menguatkan struktur perekonomian nasional saat ini. Pasalnya rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1% dari total populasi penduduk.
“Meskipun rasio wirausaha di Indonesia sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar 2%, namun masih perlu terus digenjot lagi untuk mengejar capaian negara tetangga. Guna melahirkan wirausaha baru, Kemenperin menyelenggarakan Innovating Jogja yang telah dilaksanakan sejak 2016,” kata Ngakan dalam keterangannya, Senin (5/8/2019).
Apabila dihitung dengan populasi penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa, jumlah wirausaha nasional mencapai 8,06 juta jiwa. Ngakan optimistis, gelaran kegiatan Innovating Jogja mampu menghasilkan startup kerajinan dan batik di Yogyakarta yang produktif, inovatif, dan kompetitif. Karena mereka dapat menggunakan fungsi alih teknologi dan inkubasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang diciptakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta sebagai salah satu balai di bawah BPPI Kemenperin.
“Innovating Jogja juga sebagai upaya untuk merebut peluang dari adanya momentum bonus demografi yang akan dinikmati oleh Indonesia,” ungkapnya.
Selain itu, Menurut dia, kesiapan memasuki era industri 4.0, sesuai penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, yang membutuhkan banyak wirausaha muda sekaligus SDM industri yang kompeten dan melek teknologi.
Menurut data Kemenperin, industri batik turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I tahun 2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98%. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07% di periode yang sama. Selain itu, ekspor batik Nusantara tercatat senilai US$52,44 juta pada 2018.
Kemenperin membidik nilai ekspor batik nasional dapat meningkat hingga 6-8 persen pada tahun 2019. Industri batik juga menjadi salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan, dengan didominasi oleh IKM yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik sebanyak 212 ribu orang. Kemenperin juga mencatat, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai US$823 juta , naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$820 juta.
Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
STEVY WIDIA
Discussion about this post