youngster.id - Sanur International Kite Festival akan digelar 3-8 Agustus 2017 di Sanur, Bali. Pada tahun ini mengangkat tema ‘Bhineka Tunggal Ika’ bakal diikuti peserta dari 26 negara yang akan berpartisipasi.
Sanur International Kite Festival merupakan salah satu program dari Sanur Village Festival (SVF) yang memadukan seni, aerodinamika, budaya, termasuk filosofi, sejarah dan imaji inovatif. Program ini dirancang bersamaan dengan datangnya angin muson serta agenda SVF, menjadikan peristiwa ini menyatu antara alam dan agenda perayaan masyarakat Sanur.
Tampilan layang-layang di SVF selalu mengalami perubahan. Kerja kreatif para kreator baik lokal, nasional maupun internasional selalu memberikan ciri khas sesuai tema-tema yang disodorkan panitia.
Kreator sekaligus master layang-layang Sanur, Kadek Armika, mengatakan, Sutasoma dengan filosofi luhur sebagai bingkai pameran layang-layang merupakan upaya menghadirkan kembali memori kultural dengan prinsip keseimbangan yang merupakan salah satu ciri budaya luhur.
“Wayang kulit sebagai bentuk penerjemahan budaya luhur yang memiliki kedalaman tentang hakekat kehidupan, diangkat kembali dalam memaknai kekuatan itu, selanjutnya menjadi bagian inspirasi dalam melihat banyak aspek realita saat ini,” kata Kadek, dalam siaran pers baru-baru ini.
Menurut dia, khusus menimbang tema besar SVF Bhinneka Tunggal Ika, setidaknya banyak mengilhami cara pandang maupun potensi artistik bahwa layang-layang juga mampu memberikan pesan bagi khalayak luas. Hakikat Bhinneka Tunggal Ika akan terlihat dari peserta yang berbeda-beda dari berbagai pelosok, baik daerah, suku, agama dan kepercayaan, dan lebih-lebih peserta internasional.
“Inilah bukti bahwa layang-layang mampu berbicara secara universal yang tidak hanya pada tataran estetika visual,” kata Kadek.
Ketua Umum SVF, Ida Bagus Gde Sidharta Putramengatakan, potensi layang-layang di Sanur yang sudah dikenal dunia bahkan menjadi sirkuit layang-layang internasional dapat dibarengi dengan koneksitas pada industri kreatif dan pariwisata.
“Pada bulan musim layang-layang setiap hotel dapat memamerkan layang-layang yang dapat menjadi ikon baru bagi dunia pariwisata,” katanya.
Gusde juga meyakini, akan terjadi interaksi antara wisatawan dengan layang-layang yang mereka lihat. Setelah itu, peluang menciptakan produk ikutan dari pernak-pernik yang menarik sampai layang-layang dapat dipasarkan secara langsung.
“Layang-layang bukan hanya menjadi kegemaran maupun keriangan saja, namun lebih dari itu secara ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Ini yang sedang dirancang Sanur Village Festival, meskipun pada kenyataannya transaksi bisnis dari layang-layang sudah berjalan dengan sendirinya,” tambah Gusde.
Sanur yang telah menjadikan momentum festival tahun ini lebih semarak dan memenuhi tuntutan standar internasional. Sanur sendiri telah lama dikenal sebagai desa terkemuka dalam dunia layang-layang. Layangan tradisional dan kontemporer yang menggunakan beragam bahan, dari bentuk baku sampai terbaru serta mengekplorasi isu-isu kekinian, baik dalam tradisi budaya sampai kehidupan masa kini.
STEVY WIDIA
Discussion about this post