youngster.id - Besarnya pasar Indonesia membuat bisnis online (e-commerce) dengan cepat bertumbuh. Meski demikian masih ada sejumlah kendala yang membuat e-commerce di Indonesia kurang cepat berkembang.
Hal tersebut diungkapkan Andrew Prasatya Senior Content Marketer iPrice Group dalam gelar State of e-Commerce Asia Tenggara 2017 Selasa (30/1/2018) di Jakarta. Menurut dia perusahaan yang berbasis di Kuala Lumpur itu melakukan riset terhadap lebih dari 1.000 e-commerce di Asia Tenggara pada periode 2016-2017. Dan mereka mendapati ada empat tantangan besar sekaligus kendala bagi perkembangan e-commerce di Indonesia .
“Tantangan pertama akses internet dan pengalaman belanja online. Banyak wilayah di Indonesia yang belum mendapatkan akses internet terutama di pelososk. Tak heran masih banyak masyarakat yang belum mengenal transaksi e-commerce,” ujarnya.
Andrew mengungkapkan, dari hasil riset didapati baru 50% masyarakat Asia Tenggara yang punya akses internet di mana lebih 90% belum berbelanja online. Sedangkan di Indonesia baru ada 81 juta pengguna aktif internet di Indonesia atau 31% dari populasi Indonesia. “Ini memepengaruhi kegiatan online, termasuk e-commerce,” ujarnya.
Kendala kedua adalah, kecepatan internet. “Kecepatan internet masih di bawah rata-rata di Asia Tenggara dengan Filipina yang paling lambat. Sedangkan di Indonesia rata-rata kecepatannya 5,19 Mbps atau peringkat 75 di dunia,” paparnya.
Faktor ketiga dari tantangan itu adalah tipografi Indonesia yang besar di mana e-commerce masih terpusat di Jakarta. Selain itu wilayah Indonesia yang luas membuat waktu pengiriman masih lambat.
Dan kepemilikan rekening bank menjadi kendala keempat. Kepemilikan rekening masyarakat di bank di Indonesia pada 2014 masih 36%. Proyeksinya pada 2019 bary mencapai 75%. “Hal ini mempengaruhi e-commerce, karena mereka harus membangun banyak metode pembayaran mulai dari transfer, cash on delivery hingga cicilan ,” papar Andrew.
Sedangkan dari faktor internal kendala bagi e-commerce untuk berkembang menurut Andrew adalah produk, pembayaran, dan waktu pengiriman. “Kapabilitas kartu kredit si Indonesia tidak sebanyak di Singapura, sehingga pelaku e-commerce perlu investasi untuk sistem pembayaran seperti cash on delivery (COD) padahal sistem pembayaran seperti ini tidak efektif,” pungkas Andrew.
STEVY WIDIA