youngster.id - Perkembangan perusahaan rintisan (startup) di Indonesia tahun 2019 cukup pesat. Berbagai gebrakan hadir melalui bisnis yang sebagian besar diinisiasi oleh anak-anak muda. Unikorn dan Dekakorn menjadi topik utama startup terheboh sepanjang tahun ini.
Sejumlah startup Indonesia yang jadi pembicaraan hangat sepanjang 2019. Yang pertama tentu Gojek yang resmi menjadi startup dengan valuasi lebih dari US$10 miliar. Gojek bisa dibilang menjadi startup yang paling banyak dibahas sepanjang tahun ini. Setelah, Gojek resmi ekspansi ke Asean pada tahun lalu, kini mereka membuat gebrakan dengan menjadi dekakorn alias startup dengan valuasi di atas US$10 miliar.
Gojek pun resmi menjadi dekakorn setelah mendapatkan pendanaan seri F dari beberapa investor seperti, PT Astra International Tbk., Mitsubishi Grup, Visa, AIA Indonesia sampai Siam Commercial Bank. Perusahaan yang awalnya fokus pada sektor transportasi itu dikabarkan bakal tutup pendanaan seri F pada Januari 2020.
Selain itu, nama Gojek kian menjadi perbincangan setelah sang pendiri sekaligus CEO, Nadiem Makarim, diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Joko Widodo. Dengan status menteri itu, Nadiem pun harus angkat kaki dari Gojek dan posisinya digantikan oleh Andre Sulistyo dan Kevin Aluwi.
Selanjutnya ada Ruangguru. CB Insight mencatat kalau Ruangguru sudah mendapatkan pendanaan seri C pada Juli 2019 dari investor sebelumnya, yakni UOB Venture Management dan East Venture. Terbaru, startup sektor pendidikan itu mendapatkan pendanaan seri C senilai US$150 juta yang diberikan oleh konsorsium General Atlanctic dan CGV Capital.
Hasil dari pendanaan seri C itu disebut bakal digunakan untuk mengembangkan bisnis Ruangguru di Vietnam. Di sana, Ruangguru ekspansi dengan nama Kienguru.
Selain itu, nama Ruangguru juga mencuat setelah pendiri sekaligus CEO Ruangguru Adamas Belva diangkat menjadi Staf Khusus Presiden. Meskipun begitu, Belva tidak meninggalkan posisi CEO di Ruangguru.
Startup lain yang namanya melejit di tahun 2019 adalah Tanihub. Startup yang fokus pada sektor pertanian ini ramai diperbincangkan ketika Joko Widodo menyebutkan mereka dalam Debat Capres putaran kedua tentang peran teknologi dalam pembangunan pertanian.
TaniHub adalah bagian dari TaniGroup, sebuah startup yang didirikan oleh Ivan Arie dan Pamitra Wineka. Ada dua layanan TaniGroup, yakni mengoperasikan e-commerce pertanian TaniHub dan platform tekfin TaniFund.
Setelah itu, Tanihub mendapatkan pendanaan seri A senilai US10 juta dari konsorsium yang dipimpin Openspace Ventures pada Mei 2019. Anggota konsorsium investor Tanihub lainnya adalah Intudo Ventures, Golden Gate Ventures, dan The DFS Lab.
Nama startup yang juga naik daun adalah Amartha. Fintech peer to peer (P2P) lending meraih pendanaan seri B dengan nilai yang dirahasiakan. Pendanaan itu didapatkan dari Line Ventures, Bamboo Capital Partners, UOB Venture Management, PT Teladan Utama, dan PT Medco Intidinamika.
Pendanaan itu akan mereka gunakan untuk ekspansi bisnis ke seluruh Indonesia. Harapannya, dengan memperluas jangkauan, Amartha bisa mempercepat inklusi keuangan. Amartha pun mengklaim sudah menyalurkan Rp1,75 triliun pendanaan, dengan 371.563 pengusaha mikro telah diberdayakan. Selain itu, Andi Taufan Garuda Putra diangkat menjadi staf khusus oleh Presiden Joko Widodo.
Startup yang dengan cepat berkembang adalah PT Visionet International yang memiliki produk OVO. Startup ini menjadi unikorn kelima Indonesia pada tahun ini. CB Insight mencatat OVO resmi menjadi Unikorn sejak Maret 2019 dengan valuasi sekitar US$2,9 miliar.
Sayangnya status unikorn OVO ternyata tidak berdampak positif. Lippo Grup pemegang saham mayoritas malam menjual 2/3 saham dari startup fintech sistem pembayaran tersebut. Meskipun begitu, Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menyakinkan kalau perusahaan yang dipimpinnya tidak kolaps.
Pemberitaan startup yang juga ramai adalah Bukalapak. Mulai dari cuitan sang pendirinya Achmad Zaky yang membuat muncul tagar #uninstallbukalapak. Selain heboh #uninstallbukalapak, Bukalapak juga diterpa isu pemutusan hubungan kerja (PHK). Bukalapak pun tidak menapik hal itu dan menyampaikan kalau itu adalah salah satu strategi bisnis berkelanjutan.
Isu PHK itu sempat menyeruak rumor kalau Bukalapak bakal tutup. Apalagi, setelah aplikasi Bukalapak hilang dari Playstore. Namun, untuk kasus hilangnya aplikasi Bukalapak disebabkan adanya pembaruan sistem. Terakhir mundurnya sang pendiri Achmad Zaky dari posisi CEO Bukalapak. Zaky bakal resmi meninggalkan posisinya pada 6 Januari 2020. Posisi Zaky akan digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin mantan Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk.
STEVY WIDIA