youngster.id - Pada akhir Mei 2020 lalu Komunitas Pancasila melakukan survei tentang Pancasila secara digital di sosial media dengan target responden kalangan milenial berusia 18-25 tahun. Hasilnya, masih cukup banyak generasi muda yang bersikap tak acuh terhadap Pancasila sebagai ideologi negara.
Hasil survei menyebutkan sebanyak 19.5% responden merasa tidak yakin bahwa nilai-nilai pancasila penting atau relevan dalam kehidupan mereka, dan 19.5% pula bersifat netral. Bahkan sebagian responden merasa bahwa Pancasila hanya sekadar nama atau tinggal teori dan tidak tahu maknanya.
Pancasila perlahan tidak banyak diterapkan di kehidupan anak muda dan milenial saat ini. Padahal, nilai-nilai pancasila yang ditanamkan pada generasi milennial akan menjadikan mereka memiliki sikap toleransi, memiliki jati diri, pintar, mempunyai pemahaman keagamaan yang baik dan dapat menjadi fondasi yang kuat untuk menghadapi dinamika globalisasi di era digital.
“Di era digital ini, generasi milenial menjadi sangat relevan dalam mengembangkan Pancasila. Era digital justru menjadi sebuah peluang dan tantangan, dimana generasi muda dapat dengan mudah belajar dari platform seperti Youtube dan Google. Namun yang paling penting bagaimana memfilter informasi yang diperoleh dan mengelolanya untuk menggapai prestasi, memiliki kepribadian dan karakter yang baik, kemandirian serta kecerdasan dalam mebangun peradaban bangsa lebih baik,” ujar Prof. Dr. Haryono. MPd, Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam keterangan persnya Sabtu (27/2/2021).
Kementerian Komunikasi dan Informatika dimandatkan presiden untuk menjalankan lima agenda percepatan transformasi digital. Salah satunya dalam pembangunan SDM bidang digital yang komprehensif dan berkelanjutan mulai dari level literasi digital, talenta digital, sampai level kepemimpinan era digital.
“Perlu adanya sinergi antara pemerintah dengan masyarakat dalam menciptakan strategi yang dapat menunjang nilai-nilai Pancasila dalam memanfaatkan platform digital seperti sosial media. Kemenkominfo telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan rasa nasionalisme anak muda indonesia, salah satunya dengan mendorong konten positif yang mempromosikan nilai toleransi tinggi sesuai dengan nilai Pancasila,” ungkap Samuel A. Pangerapan, Direktur Jenderal Aptika Kominfo.
Sementara itu, Google Indonesia sebagai penyedia platform digital pun turut mengambil peran dalam mendorong konten kreator menciptakan konten yang bernafaskan nasionalisme.
“Google memiliki beberapa program yang telah diinisiasikan, seperti Youtube Creator for Change, Tangkas Berinternet dan beberapa program lainnya. Program ini dibuat guna melatih generasi milenial untuk membuat konten positif dalam bentuk video, yang tidak hanya mengedepankan nilai-nilai toleransi tetapi juga melawan nilai-nilai ekstrimisme,” ujar Ryan Rahardjo, Head of Public Affairs Southeast Asia, Google.
HARUL ANWAR