youngster.id - Untuk menangani kasus pesanan makanan fiktif, pihak Go-Food bangun departemen khusus bernama Fraud Team. Mereka memiki standar operasional prosedur (SOP) dan pilar sanksi yang sudah disusun untuk melawan kasus pesanan fiktif yang kerap merugikan konsumen atau pun mitra pengemudi.
VP Marketing of Go-Food and Go-Pay, Aristo Kristandyo mengatakan, Fraud Team merekam kegiatan para pengguna untuk mempelajari kebiasaan mereka sehingga rekaman tersebut dapat digunakan untuk mencegah penipuan atau fraud.
“Jadi, algoritma pengguna terlihat kalau ada hal di luar kebiasaan, ada pesanan berulang, ada sistematika yang akan dilakukan oleh tim tersebut. Itu dilakukan setiap saat,” papar Aristo pada Go-Food Festival, Gelora Bung Karno, Jakarta belum lama ini.
Di luar hal itu, solusi lain yang ditawarkan pihak Go-Food adalah pemesanan melalui Go-Resto (yang kini bernama Go-Biz). Jadi, pesanan pengguna akan langsung diproses oleh merchant Go-Food sehingga bisa mengurangi risiko fraud.
“Jadi, pesanan pengguna langsung masuk ke merchant melalui Go-Biz, baru nanti diantar oleh Go-Jek. Ini jalan keluar kami dari sisi teknologi,” katanya.
Sementara itu, pihak Go-Food juga melayani aduan dari mitra pengemudi yang mendapatkan pesanan palsu di layanan Go-Food. Mitra hanya perlu melapor ke call center Go-Jek untuk ditindaklanjuti oleh mereka.
“Dari sisi pengemudi, kami juga melindungi yang bekerja jujur. Kalau ada pesanan fiktif Go-Food yang masuk, mereka bisa menghubungi call center, kami tangani, saldo akan diganti. Itu sudah sering terjadi,” pungkas VP Corporate Affairs Go-Food and Go-Pay, Rosel Lavina di kesempatan yang sama.
Saat ini Go-Food memiliki 400 ribu merchant dengan 320 ribu pelaku UMKM. Pihak Go-Food mengklaim, para merchant mengalami peningkatan pendapatan hingga 3,5x lipat dari sebelum terdaftar di Go-Food. Bahkan, dalam satu tahun mereka telah menyumbangkan sekitar Rp9,9 triliun ke ekonomi Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post